Pernyataan Perang

1.2K 42 0
                                    

"Aku sudah bilang jangan menjemput ku, " komentar Fani saat pagi-pagi sekali Denia sudah mampir di rumah nya.

"Hey Alf kau tidak takut tinggal sendiri? " tanya Denia tanpa rasa bersalah telah mengusik orang lain pagi-pagi buta.

"Aku sudah terbiasa. " jawab Fani acuh.

"Kau sudah siap, kan? Ayo kita berangkat, aku sudah menyiapkan sarapan untuk mu di mobil. " seru Denia semangat.

"Tidak perlu repot, aku jalan kaki saja. " Tolak Fani.

"Bukan aku kok tapi Bi' Iah yang repot. " Bantah Denia dengan muka polos nya.

"Terserah, aku mau mandi. " Tandas Fani sambil berlalu meninggalkan Denia yang sibuk menjelajahi setiap jengkal rumah nya.

*******

Sudah minggu kedua Fani menjalani masa-masa kuliah nya, namun ketua Dema yang bernama Denis itu tidak pernah berhenti menganggu Fani. Etah itu menarik ujung jilbabnya atau sekedar menjatuhkan barang bawaannya.

Hari ini pun Denis berulah dengan melempar Smartphone Fani ke dalam semak-semak, apes nya Smartphone tersebut mendarat cantik di atas batu.

"Ini sudah keterlaluan! " umpat Fani emosi namun tetap dengan muka datar nya.

"Ups gak sengaja, " tutur Denis santai saat melihat keretakan di layar Smartphone milik Fani.

"Kau akan menyesali ini! " sungut Fani kemudian berlalu pergi.

*****

"Hey Alfa... Apa yang _" ucapan Denia mengantung saat mendapati Fani mengempiskan salah satu ban mobil yang di ketahui nya milik Denis.

"Duduk dan bantu aku mengempiskan seluruh ban mobil ini. " Titah Fani sambil menarik Denia berjongkok di samping nya.

"Kau gila? Aku tidak mau pulang tanpa nyawa! " pekik Denia.

"Aku tidak akan membiarkan mu mati konyol di tangan makhluk sepertinya, lagi pula yang kita hadapi manusia biasa. Bukan Dark Demon atau raja kegelapan yang begis. " tutur Fani panjang lebar yang membuat Denia melogo karena ucapannya.

".... " Hening, tidak ada tanggapan dari Denia.

Detik berikutnya terdengar suara tawa Denia yang meledak-ledak.

"Apa yang kau tertawakan? " Fani merasa aneh dengan Denia.

"Ha... Haha ternyata kau bisa melucu juga, " ungkap Denia.

"Aku tidak sedang bercanda! " tegas Fani.

"Tapi kau sangat lucu, " Denia masih dengan tawanya yang tertahan.

"Berhenti tertawa dan kempiskan ban di belakang mu, aku akan ke sisi kiri untuk mengempiskan ban yang lainnya. " Terang Fani kemudian berpindah ke sisi lain mobil Denis.

"Kenapa harus mengempiskan semuanya, bukankah menganti satu ban kempes saja sudah merepotkan? " tanya Denia pada angin lalu.

Sepuluh menit telah berlalu. Fani menepuk-nepuk kan tangan untuk menerbangkan debu yang sempat menempel pada tangannya.

"Sepertinya kau sangat senang. " Denia tersenyum melihat Fani walau wajah Fani nampak datar dan biasa saja namun Denia yakin Fani cukup senang bisa memberi pelajaran pada Denis.

"Lumayan, ayo pulang. " Fani menarik tangan Denia meninggalkan mobil Denis yang hampir rata dengan tanah karena keempat bannya telah di kempeskan.

"Alf bukan kah kita masih ada satu mata kuliah lagi? " tanya Denia sambil mensejajarkan langkah nya dengan Fani.

"Bapak gak jadi masuk. "

"Asik, ke mall yuk. " Ajak Denia semangat.

"Baiklah, aku juga sedang bosan saat ini. "

*****

"Alf jalan mu sangat cepat, aku sampai ngos-ngosan mengekor di belakang. "

"Kau sudah mengeluh dari satu jam yang lalu. "

"Yah itu karena cara mu bawa mobil sangat memprihatinkan, "

Perbincangan Fani dan Denia tak pernah berhenti seperti langkah mereka yang tak henti mengitari mall yang di pijak nya satu jam yang lalu.

"Eh bukan kah itu raja kegelapa? " Tanya Denia tiba-tiba.

"Maksud mu? " Fani heran dengan Denia.

"Itu kak Denis sedang belanja dengan ratu nya yang bar-bar. " Jelas Denia sambil mengarahkan wajah Fani melihat dua sosok yang saling berpegangan lebih tepatnya Nara mengapit lengan Denis dengan paksa.

"Bukan urusan ku. " Komentar Fani acuh kemudian melangkah menjauhi tempat itu.

Denia hanya mengikuti Fani dari belakang, mengekor kemanapun wanita itu pergi. Setelah meraka makan siang dilanjutkan dengan menonton kemudian mampir ke sebuah toko baju ternama. Mereka memutuskan untuk kembali setalah gelapnya malam mulai menyelimuti bumi.

Maaf author baru sempat ngelanjutin cerita ini lagi.

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang