Rujuk

1.6K 35 2
                                    

"Bunda aku antar Denia ke bandara sebentar. " Ujar Gara sambil mencium tangan ibu mertuanya.

"Hati-hati nak, setelah itu langsung balik. Kamu nginap kan? "

"Ia Bun, "

"Aku ikut, " teriak Fani bak anak kecil.

"Biar aku saja yang, ini kan sudah malam. Kamu istirahat saja. " Ujar Gara sambil merangkul pinggang Fani yang berdiri di samping Denia.

"Pokoknya ikut titik. " Fani tidak mau di bantah. Ada banyak pertanyaan untuk Denia, jika dia tidak ikut makan besoknya tidak akan ada lagi kesempatan.

"Baiklah, " putus Gara sambil menarik gemas hidung Fani.

Fani hanya pasrah diperlakukan semau Gara karena tidak ingin ibunya curiga dan bertanya macam-macam.
Dalam hati Fani sudah siap membalas perbuatan Gara.

Seenaknya saja datang dan pergi semaunya. Gara pikir Fani itu cewek apaan yang dia datangi saat mau saja. Yah walaupun Fani tau kewajiban istri adalah menyenangkan suami tapi dia juga punya perasaan.

Jadi istri pertama tapi rasa simpanan itu kan gak enak, walaupun Fani sendiri yang memilihnya namun tidak bisa dipungkiri dia juga egois ingin memiliki suaminya hanya untuk dirinya seorang.

Setelah berpamitan, mereka bertiga berangkat menggunakan mobil Gara sementara mobil Denia yang digunakan Fani dan Denia datang mereka berikan kepada orang tua Fani. Awalnya Fani menolak tapi Denia bersikeras karena ingin memberikan kenang-kenangan.

Saat mobil mulai melaju Fani meminta Gara berhenti kemudian ia pindah ke kursi belakang bersama Denia. Gara hanya diam saja, membiarkan gadisnya melakukan apa yang dia mau karena Gara yakin gadis itu pasti dongkol setengah mati dipermainkan seperti ini.

Setelah Gara kembali menjalankan mobilnya. Fani langsung menatap lurus Denia untuk meminta penjelasan.

"Tanyakan pada kak Ara, aku hanya dibayar olehnya untuk mengawasimu Alf. " Komentar Denia setelah cukup lama terdiam.

"Labih baik kau jelaskan sekarang atau tidak sama sekali. "

"Yang aku tahu, kak Ara tidak ingin ada laki-laki lain mendekatimu selama dia tidak bisa berada di sisimu. Maka dari itu dia memintaku untuk selalu bersamamu sampai dia bisa kambali lagi denganmu. "

"Ara? "

"Maksudku kak Gara. "

"Lalu apa yang akan kamu lakukan di Bali? "

"Hanya berlibur sebentar sebelum kembali ke Singapore. "

"Singapore? "

"Aku memang tinggal disana sebelum kak Gara memintaku ikut mengambil jurusan kuliah yang kau ambil. Karena sekarang kak Gara sudah bersamamu jadi aku akan kembali kesana untuk mengontrol butik dan juga kafeku. "

Fani hanya manggut-manggut, sejatinya dia tidak begitu mengerti tapi sudahlah. Baginya buang-buang tenaga untuk memikirkan hal yang begitu rumit untuk dijelaskan.

Selamat perjalanan, ketiganya hanya diam hingga mereka tiba di bandara.

"Oy Alf, setelah dari Bali. Aku langsung ke Singapore, jadi mungkin kita akan ketemu lagi setelah waktu yang cukup lama. " Denia memeluk Fani dengan erat.

"Tidak apa, kau bisa menghubungiku dari sana bukan? "

"Pasti! " Jawab Denia mantap.

Setelah mengucap janji, kini Denia beralih pada Gara.

"Dasar licik, semoga saja kakak ipar tidak segera memaafkanmu. " Bisik Denia pada Gara sebelum meninggalkan mereka berdua.

"Aku hanya ingin melindunginya bodoh! " teriak Gara karena Denia sudah berlari menjauh.

Fani yang mendengar itu hanya terbengong tidak mengerti.

"Mau jalan atau langsung kembali? " Gara menanyai Fani sambil menggenggam tangannya.

"Kenapa kau kembali? Apa wanita itu dan ibumu tidak melarang untuk menemuiku? " Fani berkata dingin sambil melepaskan tangan Gara.

"Apa aku tidak boleh menemui mertua dan juga istriku? " Bukannya menjawab, Gara malah balik bertanya.

"Datang dan pergi begitu saja, kau benar-benar semaunya ya? " Cibir Fani.

"Kalau merasa begitu, kenapa tidak mengusirku saja? " Gara berkata cuek.

"Habisnya kau masih berhutang aquarium cantik yang kau pecahkan dulu. " Fani membuang muka sambil menyelesaikan kalimatnya.

"Bukannya kau bisa membeli yang lebih besar dengan uang yang selalu aku kirimkan setiap minggunya? "

"Terus bagaimana rasanya mebiyayai istri boros sepertiku? " Fani merasa geli menyebut dirinya istri.

"Biasa saja lagi pula uangku tidak akan habis walaupun kau membeli 3 pulau sekaligus."

Mendengar itu, ingin rasanya Fani menonjok mulut Gara yang begitu sombongnya.

"Bukankah kau sangat ingin menghabiskan uangku? " Gara berkata cuek sambil mendudukkan dirinya di kursi tunggu yang tak jauh dari mereka.

"Apa-apaan kata-katamu itu? Aku tidak punya waktu untuk bermain-main seperti ini, aku pergi. Byee."

"Bukan begitu. Semakin kau bersikap seperti itu, semakin besar pula keinginanku untuk selalu bersamamu." Gara berkata sambil berdiri kemudian menarik Fani kedalam pelukannya.

"Mulai sekarang aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi, Fani. " Ucap Gara setelah mengecup bibir Fani sekilas. Untungnya suasana tidak begitu ramai dan tidak ada seorangpun yang memperlihatkan mereka.

"Bodoh! " Teriak Fani sambil berlari meninggalkan Gara.

Gara tersenyum senang sambil menyusul Fani.

******

TBC

Strong WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang