TAEHYUNG POV
Gue melajukan mobil gue padahal saat ini jalan tengah ramai. Tapi gue tetap gak peduli.
Kalau pun gue mati, mungkin itu lebih bagus karena menurut gue gak ada yang sayang sama gue di dunia ini.
Gue memberhentikan mobil gue yang gue sendiri gau tau ini tempat apaan. Tapi yang pasti tempat ini sepi, hanya ada beberapa lampu yang menyinari jalan.
Ada beberapa rumah yang berjejer, tapi seperti nya karena tempat ini terlalu sepi orang orang jadi tidak ingin keluar dari rumah.
"Aaaarrrgghhhh!!!!"
Gue memukul stir mobil gue. Gue merasa seperti kehilangan arah.
Gue benci dengan kehidupan gue yang gak pernah berunjung bahagia.
Orang tua gue, kekasih gue sekalipun gak ada yang peduli sama gue. Jangankan peduli, mendapatkan kasih sayang dari mereka saja tidak.Apa ini memang sebuah karma bagi gue karena gue udah terlalu sering nyakitin cewek untuk di jadikan pelampiasan semata?
Gue akui awalnya Hye Sun itu salah satu incaran gue selanjutnya buat gue jadikan pelampiasan.
Tapi entah kenapa dari hari ke hari sifatnya sangat manis terhadap gue. Sifatnya sama seperti tipe yang gue ingin kan.
Gue mulai suka dengannya, tapi di saat itu juga Irene kembali ,hati gue kembali terbagi lagi. Gue gak tau harus menyukai siapa.
Gue selalu ingin bersama dengan Irene, tapi gue juga gak bisa ngebiarin Hye Sun jatuh hati sama cowok lain selain gue.
Tapi sekarang, semua itu terjadi.
Gue menghelakan nafas gue kesal, Dan menatap ke luar jendela.
"Saranghaeo. "
TAEHYUNG POV END
***
HYE SUN POV
Gue menatap malas ke arah papan tulis. Kursi di depan gue kosong. Dia gak datang ke sekolah atau bolos?
Kring...
Bel istirahat berbunyi.
"Hye, kuy ke kantin. "Ajak Seulgi. "Nanti gue nyusul. "Jawab gue. Lansung aja Seulgi narik Taeyong buat ke kantin. Untuk hubungan gue dengan Minhyun, gue udah jelasin semuanya kemarin sama Taeyong dan Seulgi.
Mereka kaget, tapi berusaha tetap ngedukung gue apa pun yang terjadi.
Gue lihat Jimin dan Jungkook lagi bicara. Salah gak sih kalau gue mampirin mereka yang lagi bicara? Sama aja gue ganggu mereka lagi bicara. Tapi apa boleh buat.
Lansung aja gue mampir ke meja mereka berdua.
Gue berdehem sedikit agar mereka mendengar gue. "Hye Sun ada apa? "Tanya Jimin. Yang di susul Jungkook lansung natap gue.Gue nelan ludah gue kasar.
"Gue pengen nanya sama kalian. "Ucap gue. "Apa? "Jawab Jungkook."Taehyung ada ke markas kemarin? "Tanya gue. "Gak, dia gak ada kemarkas kemarin. "Jawab Jimin.
"Apa kalian ada bersama dengannya kemarin? "Tanya gue lagi.
"Gak,dia ga ada bersama dengan kami kemarin.Apa lo udah coba ke rumah nya? "Tanya Jimin.
Gue lansung menggelengkan kepala gue. "Tapi gue udah coba menelpon nomor hp rumahnya, tapi kata bibi itu ,Taehyung sedang tidak di rumah. "Jawab gue.
"Lo udah coba nelpon dia secara lansung? "Tanya Jimin lagi. "Udah, tapi telpon gue gak di jawab sama dia. Gue yakin dia masih marah sama gue. "Jawab gue lagi.
Brakk...
Jungkook seketika aja ngedorong meja nya. Ngebuat gue kaget dan sedikit mundur. "Kenapa lo masih memperdulikannya? "Tanya Jungkook.
"Sedangkan dia gak peduli sama sekali dengan lo. "Lanjut Jungkook.
"Kook, bukan sekarang waktunya. Sekarang saatnya kita bantu Hye Sun buat nyari Taehyung. "Ucap Jimin."Buat apa? Sedang kan dia sendiri pergi dari kita. Udah lah dia emang keras kepala,egois. Gue juga gak peduli sama dia lagi. "Ucap Jungkook.
"Kook, lo kok bicara kek gitu? Gue tau dia keras kepala, dan egois. Tapi dia itu teman lo juga. "Ucap gue. Jungkook tersenyum sinis ke arah gue.
"Teman? Gue gak punya teman kek dia Hye. Yang mampu menyia nyiakan yang sempurna, dan menunggu yang udah usang. "Ucap Jungkook lalu pergi.
Gue gak ngerti apa maksud dari semua kata kata Jungkook barusan. Gue cuman natap gak percaya, gue nahan air mata yang udah ingin keluar dari mata gue.
"Hye, maafkan Jungkook ya. "Ucap Jimin megangin pundak gue.
Gue cuman ngangguk. "Gue dan teman teman gue yang lain bakal bantu lo buat nyari Taehyung. "Gue cuman ngangguk paham."Udah lo gak usah sedih. "Ucap Jimin sedikit ngacak rambut gue. "Ingin ke kantin? "Tanya Jimin.
"Makasih, tapi gak Jim. gue pengen di kelas aja. "Jawab gue. "Ya udah kalau gitu gue ke kantin dulu. "Ucap Jimin lalu pergi.
Gue masih tetap dengan posisi gue yang tadi. Berdiri.
Tess...
Satu air mata netes di pelupuk mata gue dan membasahi pipi gue. Air mata yang coba gue pertahan kan dari tadi akhirnya keluar.
"Hiiksss."
Isakan semuda itu rasanya lolos dari mulut gue. Untung saja kelas saat ini sedang kosong, hanya ada gue sendiri.
Seketika gue merasakan ada yang meluk gue dari belakang.
"Lo gak perlu nangis. Ini bukan salah lo. "
***
SIAPA HAYO(〜^∇^)〜
VOTE DAN YANG INGIN KOMEN SIHLAHKAN. ^^
THANKS MANTEMAN.
TBC
💜

KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy
Ficção AdolescenteHanya untuk pelampiasan semata atau benar benar cinta? Atau mungkin hanya Fake Love? {BELUM DI REVISI }