"Untung gue ketemu sama lo tadi Hye." gue lansung mukul perutnya pelan.
"Aww... Sakit Hye. "Gue lansung naikin alis gue sebelah. "Lemah lo, gitu aja sakit. "Jawab gue.
"Lagian lo dari tadi ngapain nangis di dalam bis? "Tanya Minhyun. "Bodo ah, diam lo ,pergi sana. "
" oh, ok. Bye. "Tiba tiba aja Minhyun lansung ninggalin alhasil gue basah kuyup gara gara air hujan.
Gue dengan segera menghampiri dia lagi.
"Aiisshh... Lo ngapain pakai ninggalin gue? Gue basah kuyup jadinya gara gara hujan nyet. "Minhyun natap guw heran.
"Lah, tadi lo yang suruh gue pergi. "Ucap Minhyun. "Aiisshh... "Kesal gue.
"Udah ah, gak usah murung terus lo tuh. Gue cubit juga nih pipi lo. "Ucap Minhyun sambil nyubit pipi gue.
"Awww... Sakit Hyun. "Ucap gue. Gue lihat dia cuman cengar cengir.
Lo baik Hyun. Tapi hanya karena permasalah sepele, dapat merubah seseorang menjadi bukan diri dia yang sesungguhnya.
Akhirnya gue sampai juga di rumah gue. "Udah ah lo buruan masuk. Udaranya dingin bat nih. "Ucap Minhyun.
"Lo gak mau mampir dulu? Biar gue bikin teh hangat? "Tanya gue.
"Makasih, tapi gak usah. "Jawab Minhyun. Gue menaikan alis gue sebelah. "Udah ah, usah banyak bacot. Jelas tubuh lo menggigil gitu. Sok nolak pula. "Ucap gue sambil narik dia masuk ke dalam rumah.
"Lo duduk dulu di sini, gue mau buatkan lo teh hangat dulu. "Ucap gue dan segera pergi menuju dapur.
Selang beberapa menit, gue datang membawa dua teh hangat. "Anggap aja ini sebagai ucapan terimakasih gue. Karena lo udah mau berbagi payung dengan gue. Kalau gak ada lo, gue gak tau pulang sama siapa. "Jelas gue.
Gue lihat Minhyun cuman membalasnya dengan senyuman.
Gue bercerita banyak dengan Minhyun. Anaknya asik juga. Untung untung ngebalikin mood gue yanh hancur.
"Hye, gue pulang dulu ya. Hujannya juga udah mulai redah tuh. "Ucap Minhyun.
"Oh iya. Sekali lagi makasih ya Hyun. "Ucap gue. "Iya, santai aja kali Hye. "Ucap Minhyun lalu pergi menuju pintu depan.
Gue ngebereskan barang barang yang berserakan di rumah. Setelah merasa udah terbereskan semua, gue dengan segera masuk ke dalam kamar gue.
Gue duduk di meja belajar gue. Ngelihat ke luar jendela.
Gue ngebuka laci meja gue. Gue ngambil kotak biru kecil yang ada di laci tersebut.
Seketika gue keingat tentang ucapan Irene.
"Keknya Irene benar. Gue harus minta maaf dengan oppa. Bagaimana pun, itu tetap salah gue. "Ucap gue.
Dengan segera gue memasukan kotak tersebut ke dalam laci lagi lalu segera pergi.
Di saat gue ingin menuruni anak tangga, gue ngelihat Chanyeol oppa ingin menuju ke kamar gue juga.
***
Gue lagi duduk di sofa dengan Chanyeol oppa.
Cangung.
Mungkin kalau jarum jatuh, juga bakal kedengaran.
"Dek. "
Akhirnya Chanyeol oppa membuka suara.
"Umm? "Gue natap Chanyeol oppa. "Gue minta maaf. Mungkin emang gue yang terlalu emosi ke lo waktu tuh. "Ucap Chanyeol oppa meminta maaf ke gue.
"Gue gak terima permintaan maaf oppa. "Ucap gue.
"Ini bukan sepenuhnya salah oppa. Di sini gue juga salah. Gue tau lo marah untuk kebaikan gue. Aturannya gue harus lebih tau tentang peraturan. Lo juga oppa gue, gak sepantasnya yang tua meminta maaf ke yang muda. "Lanjut gue.
"Jadi biarkan gue yang meminta maaf ke oppa. "Ucap gue. Gue ngelihat Chanyeol oppa menunjukan senyumannya.
Dia dengan segera mengacak ngacak poni gue. Lalu memeluk gue. "Bagaimana pun, lo tetap adek tersayang gue. Adek tercantik yang pernah gue miliki. "Ucap Chanyeol oppa.
"Ihhh, oppa mah apaan dah? Kan kusut lagi rambut adek. "Ucap gue kesal.
Gue lihat dia cuman cengar cengir.
***
TBC💜

KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy
Teen FictionHanya untuk pelampiasan semata atau benar benar cinta? Atau mungkin hanya Fake Love? {BELUM DI REVISI }