BAB 7

239 15 4
                                    

"Kamu tu niat sekolah atau tidak? Memang hari ini kamu datang tidak telat tapi lihat seragam kamu! Tidak di masukkan apalagi tidak pakai dasi,kamu tidak tahu peraturan sekolah?" Reva kembali menunduk memainkan sepatunya saat mendengar wejengan guru di hadapannya.

Pak Siswanto,guru yang hari ini piket sekaligus merangkap sebagai wakil pembina osis di sekolah. Sial! Reva hanya bisa mendengar petuah-petuah tidak penting menurutnya.

Ia memang sudah terbiasa mengeluarkan baju saat di lingkungan sekolah bahkan dasi pun jarang ia pakai, namun kali ini ia sial saat melihat Pak Siswanto yang mempunyai wajah garang di padukan dengan kumis hitamnya yang tebal semakin memperjelas tampangnya yang sangar.

Ah kenapa akhir-akhir ini ia selalu saja mendapatkan kesialan di sekolah!

"Sekarang masukkan seragam kamu dan pakai dasi kamu!" Perintah pak Siswanto dengan nafas naik turun karena menceramahi siswi yang memang sudah terkenal pembuat masalah di sekolah,Reva meringis "Sekarang pak?" tanyanya menatap wajah gurunya dengan tampang polos.

"Tahun depan! Agh! Saya pusing lama-lama! Tentu saja sekarang Reva," geram pak Siswanto,matanya melotot garang membuat Reva mengangguk kepala ngerti.

"Tapi kan pak masa iya masukin seragam saya di depan bapak," ujarnya enteng kembali melihat pak Siswanto yang terdiam.

Di pikirannya membenarkan ucapan Reva,masa mungkin gadis ini memasukkan seragam nya tepat di hadapannya apalagi Reva ini perempuan bisa-bisa ada mata yang salah paham begitu melihat Reva memasukkan seragamnya sekarang.

Pak Siswanto berdecak kesal "Yasudah kamu ke toilet rapikan seragam mu, ingat ya! Langsung ke toilet jangan ngeluyur kemana-mana!" peringat pak Siswanto dengan wajah mengintimidasi.

"Dan satu lagi, jangan lupa pakai dasi, kamu punya dasi kan?" Reva reflek membuka tasnya mencari-cari di mana dasinya,seingatnya ia sudah menyimpan dasinya di tas akan tetapi ia tidak menemukannya,dasinya hilang!

Reva menghela nafasnya lalu kembali menyengir, sebentar lagi ia akan kembali mendengar wejengan dari pak Siswanto "Dasi saya gak tahu di mana pak"

"kamu ini ya dasi itu di simpan di tempat yang aman dan di jaga bukan di hilang kan, kamu sama saja mencontohkan perilaku yang buruk terhadap adik kelasmu Reva,"

Tuh kan! Reva hanya bisa mencibir di dalam hati saat pak Siswanto lagi-lagi menceramahinya.

Kepala Reva mengangguk mengiyakan dengan khidmat walaupun sebenarnya ia sudah ingin sekali kabur sekarang "Iya pak saya minta maaf,saya tidak ada niat hilangin dasi"

"Lain kali simpan dasi dengan benar!"

"Iya pak,nanti saya titip dasi saya sama bapak biar saya setiap mau pakai dasi mintanya sama bapak," celetuk Reva tanpa sadar membuat pak Siswanto menggelengkan kepalanya.

"Kamu ini ya makin hari makin gak jelas sifatnya,kalau kamu begini terus bisa-bisa kamu tidak lulus tahun ini," kata pak Siswanto lagi dengan nada mengancam,tapi Reva masih menunjukkan sikap santai tanpa takut.

"Pasti saya lulus pak,kalau saya gak lulus sekolah kan jadi malu," balas Reva enteng sambil menyengir dengan wajah yang menyebalkan.

Pak Siswanto lagi-lagi hanya bisaa menggelengkan kepala "Ya sudah sana rapikan pakaian mu, setelah itu masuk ke kelas saya tidak mau liat kamu keluyuran!" Reva mengangukkan kepala seraya mengangat jemarinya hormat kepada pak Siswanto dan langsung saja melangkah pergi.

Baginya pergi dari pak Siswanto merupakan anugerah terindah setelah telinganya panas mendengar petuah-petuah dari gurunya. Reva menyengir saat beberapa kali ia tampak menjahili adik kelasnya saat berjalan di koridor sekolah,tidak ada yang berani menantangnya di sini,tunggu!

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang