Now playing Our Souls At Night- Sondia
"Maafkan aku." Ujarnya.
Reva menutup matanya perlahan kemudian melemaskan seluruh tubuhnya untuk bersiap menjatuhkan tubuhnya sekarang.
Namun di saat itu, Reva merasakan tubuhnya di tarik oleh seseorang dan berakhir dalam pelukan.
Tubuh Reva tidak mampu bergerak, pelukan ini mengunci nya begitu kuat sehingga ia tidak mampu untuk meloloskan dirinya. Ia hanya bergeming saat tubuh tersebut bergetar hebat, ia tidak tahu siapa yang menariknya tadi.
"Kenapa lo milih jalan yang salah sedangkan lo masih punya pilihan untuk hidup lo?"
Suara ini....
Reva melepaskan pelukannya untuk melihat siapa di hadapannya, dan benar saja dugaannya. Ezra berdiri di hadapannya dengan raut wajah tegang. Cowok ini pun sudah basah kuyup seperti dirinya. Mereka berdiri di antara hujan yang deras, namun itu tidak membuat Reva merasa lega ada yang menariknya. Beban nya belum sepenuhnya terangkat, ia tidak ingin merasakan sakit hati lagi.
"Kenapa lo tolongin gue?" Tanya Reva dengan lemah.
Ezra maju satu langkah dan sedikit menunduk agar bisa melihat wajah Reva saat ini.
"Karena gue gak mau lo bunuh diri lo, lo gak mikir gimana perasaan Ayah lo saat dia ngeliat lo mati bunuh diri?"
Tubuh Reva seketika bergetar.
"Gue gak peduli! Memang itu kan maunya Ayah gue! Selama ini dia selalu ngelarang gue buat main musik, dia juga selalu maksa gue supaya terima kehadiran tante Lydia dan Kanaya, dia gak pernah mikirin perasaan gue,"
"Aretha juga, dia sama sekali gak mau dengar penjelasan dari gue, dia lebih milih ninggalin gue. Lo tau kan gimana rasanya? Selama ini dia satu-satu nya orang yang bisa buat gue bertahan dari semuanya, tapi dia justru gak percaya alasan gue sembunyikan ini semua!"
"Mereka semua kepingin gue itu gak ada di dunia ini, gue ini cuma membawa beban aja bagi kehidupan mereka, lo juga pernah bilang kalau gue ini cewek gak normal, gue gila. Iya, gue gila! Gue punya penyakit mental yang sayangnya Ayahnya gue sampai sekarang gak tahu gue punya penyakit itu. Gue ini cuma nyusahin kalian semua kalau gue hidup, gue....gue gak berguna."
"Kenapa harus bunuh diri jadi pilihan lo?"
"Karena sama aja kalau gue hidup apa yang gue ingin gak pernah di dengar oleh semua orang,"
"Lo salah, lo kayak gini karena lo selalu tutup diri lo sendiri, lo gak pernah buka mata lo untuk cari tahu siapa yang selama ini peduli sama lo. Di pikiran lo cuma kalau semua orang gak ada yang peduli sama lo," Balas Ezra dengan nada keras karena suara hujan yang deras menutupi suaranya.
Reva tersenyum sinis. "Lo sok tahu! Lo itu gak sepenuh nya kenal gue-.. " Reva berjalan mundur beberapa langkah. Matanya satu menatap Ezra yang waspada dengan sikap Reva.
"Lo mau ngapain?" Ezra mencoba mendekatkan dirinya kepada Reva namun Reva meminta Ezra untuk berhenti menggunakan tangannya.
"Lo jangan dekati gue,"
Ezra terdiam, ia memperhatikan gerak-gerik Reva di tempatnya. Saat ini ia begitu mencemaskan keadaan Reva, cewek itu begitu kalut.
"Buat apa gue hidup kalau impian yang gue ingin gak akan pernah bisa gue capai? Gue capek, gue capek hidup! Biarin gue supaya gue bisa nyusul Ibu gue di sana," Ujar Reva berteriak keras sambil menangis. Ia mendekati lagi pembatas jembatan lalu memanjat nya.
Ezra pun bergerak cepat sehingga ia berhasil menangkap tubuh Reva, ia menarik tubuh Reva. Nafasnya naik turun karena ketakutan.
"Lo gila ya?!" Bentak Ezra. Ia menahan tubuh Reva dengan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confession Of Love
Teen Fiction"Dia itu sebenarnya lemah tapi ia tidak pernah memperlihatkannya" ****** aku benci dia dan akan selamanya ia menjadi rivalku! dia yang selalu membuatku mendadak kesal dengan kehadirannya yang terbilang sangat sempurna yang membuatku semakin benci d...