Jam pulang sekolah Reva secepat kilat keluar dari kelas untuk menuju parkiran sekolah agar ia terhindar dari suruhan Ezra yang kembali memintanya untuk menemani cowok itu latihan futsal. Reva sungguh kesal harus kembali menemani cowok itu dan ia juga tidak ingin di hina di depan orang jika terus berlama-lama dengan Ezra. Kejadian di kafe waktu itu masih ia ingat dengan jelas, itu cukup membuat dirinya malu. Ia tidak pernah di rendahin seperti itu di hadapan orang. Dan cowok itu merupakan orang pertama kali yang membuat dirinya malu. Kaki Reva berhenti melangkah untuk mendekati mobilnya saat ia menyadari sosok yang sedang hindari sedang berdiri menyender di dekat mobilnya bersama Azka dan Wildan.
Reva membalikkan badannya berniat untuk melarikan diri agar tidak ketahuan oleh Ezra.
"Pendek!"
Dan seperti nya usaha Reva kembali gagal. Reva menghela nafasnya panjang sebelum membalikkan badannya. Ia memasang wajah datar saat memutar tubuh lalu berjalan mendekati Ezra dan dua sahabatnya yang sedang melihatnya.
"Lo mau kabur lagi?" Reva menggelengkan kepalanya cepat sembari mengusap hidungnya kebiasaan ia jika sedang berbohong kepada orang.
"Barang gue kayak nya ada tinggal di kelas, tapi kayak nya gak penting." Reva menunjukkan mimik serius agar tidak ketahuan oleh Ezra yang saat ini tengah memandangnya menyipit.
Cowok itu menegakkan badannya, Wildan tiba-tiba saja memeluk bahu Ezra dengan senyuman lebarnya. "Jadi dari tadi lo nungguin Reva? Kenapa?" Tanya Wildan, ia memandang wajah Ezra dan Reva bergantian.
Ezra menunjukkan wajah tenangnya. "Dia ikut temanin gue latihan futsal," Setelah itu, Ezra berjalan mendekati Wildan yang terdiam sambil melihat Azka yang sedari tadi diam di dekatnya. Sahabat pendiam nya itu hanya memandang Ezra dan Reva bergantian dengan wajah datarnya yang sama sekali tidak bisa Wildan baca ekspresi wajah yang di tunjukkan oleh sahabatnya itu dan apa yang sedang di pikirkan Azka. Sahabatnya ini begitu sulit untuk di tebak dan selalu menunjukkan kesan misterius pada semua heran.
Reva mengerucutkan bibirnya ketika memandang raut wajah Ezra yang sangat menyebalkan itu, ia begitu benci saat cowok yang berhenti di depannya ini seperti memandangnya dengan tatapan mengejek. "Lo langsung ikut gue ke tempat latihan, gak perlu pulang dulu."
Reva mengerutkan keningnya. "Lo gila? Gue aja belum makan, belum juga mandi sama ganti baju,"
"Gak usah ribet deh lo kayak mau pergi kencan aja sama gue,"
"Woi bangke! Gue gak ada kepikiran ke situ, lagian gue anti banget bisa kencan sama lo. Gue gak mau pergi sama lo kalau masih pakai seragam," Sembur Reva dengan kasar.
"Ikut gue atau masa lo jadi babu gue bakalan gue tambah?" Ancam Ezra dengan sorot mata menajam terhadap Reva yang mengacak rambutnya frustasi, ia sudah mengepalkan jemarinya dengan geram. Demi apapun di dunia ini, hal yang paling ia inginkan sekarang adalah menonjok wajah Ezra supaya cowok itu tidak bersikap seenaknya dengan dirinya lagi.
"Lama-lama batang leher lo gue pijak ya?" Teriak Reva frustasi. Beberapa siswi yang berada di parkiran melirik ke arah mereka namun tidak ada satupun yang berani mendekat karena melihat wajah Reva yang terlihat menahan marah dengan mantan ketua osis yang sangat di segani di sekolah.
Ezra menghembuskan nafasnya di udara. "Lo kalau ngomong gak bisa sopanan dikit sama gue?"
"Emang lo siapa gue?"
"Babu,"
"Biadab lo!"
Ezra semakin memicingkan matanya tajam, telinga nya mendadak panas mendengar ucapan kasar dari cewek di depannya yang justru tidak menunjukkan rasa takut kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confession Of Love
Novela Juvenil"Dia itu sebenarnya lemah tapi ia tidak pernah memperlihatkannya" ****** aku benci dia dan akan selamanya ia menjadi rivalku! dia yang selalu membuatku mendadak kesal dengan kehadirannya yang terbilang sangat sempurna yang membuatku semakin benci d...