Reva menunggu kedatangan Ezra di depan pagar rumahnya sambil menyilangkan tangan di dada dengan raut wajah bosan dan juga kesal. Ia kesal karena lagi-lagi harus berurusan dengan cowok itu yang membuat nya kehilangan kesabaran di tambah kejadian kemarin yang membuatnya hampir kehilangan kesadaran atas perlakuan Ezra di dalam mobil.
Mengetuk sepatunya di atas tanah sembari melihat jam di layar ponsel, Reva berdecak dengan kesal. Orang yang sedari ia tunggu tidak menunjukkan tanda hadir.
"Ish, satu menit lagi ni cowok gak muncul gue bakalan masuk ke rumah lagi!" Gerutunya kesal. Sesekali ia melihat sekeliling untuk memastikan kehadiran Ezra.
Bertepatan dengan itu sebuah pengendara motor sport berhenti tepat di depannya. Reva mengerutkan kening begitu melihat cowok di hadapan nya yang sedang mematikan mesin motor. Ia tidak bisa mengenali wajah karena si pengendara motor memakai helm berkaca hitam.
Di saat cowok itu membuka helmnya barulah Reva menjadi cengo sendiri melihat Ezra yang kali ini memakai motor bukan memakai mobil.
"Lo ngapain bengong di situ? Ayo naik!" Tegur Ezra kesal melihat Reva tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya.Reva mengedip lalu menghela nafasnya panjang. "Gue sama lo pergi naik motor?" Ulang nya dengan nada tidak percaya, Ezra hanya memberi ekpresi mengangkat alisnya. "Gak gak gak! Gue gak mau pergi sama lo naik motor, licik banget lo ya! Sengaja lo ya naik motor biar bisa deketan sama gue terus kayak yang di film-film lo pura-pura ngerem di jalan supaya bisa nempel dengan badan gue!" Tuduh Reva dengan manatap Ezra menghakimi sekaligus waspada.
Ia tidak ingin di permalukan kedua kalinya sama cowok ini, setelah yang semalam yang di lakukan oleh Ezra membuatnya tidak bisa tidur.
Sentilan keras di dahi mendarat dengan mulus membuat Reva terpekik kesakitan karena perbuatan Ezra. "Anjir! Sakit bego! Lo pikir kening gue benda empuk apa?"
"Otak lo tu perlu di perbaiki biar jangan asik nethink aja ke gue, lagian siapa juga yang mau modus kayak begituan kalau ceweknya itu elo? Hiii gue aja perlu mikir-mikir dulu lakuin kayak gitu,"
"Sialan lo tiang listrik!" Maki Reva keras lalu memukul kepala Ezra yang masih menggunakan helm sehingga cowok di depannya mengaduh kesakitan. Kekuatan cewek di hadapannya ini tidak boleh di remehkan.
"Sakit gila!"
"Lo yang gila!"
Ezra geram sendiri berhadapan dengan Reva yang keras kepala dan juga tidak mau mengalah, ia membuka helmnya kemudian mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. "Cepat naik atau gue gendong lo sekarang!" Ancam Ezra membuat Reva menghembuskan nafasnya.
Ia pun menaik motor sport besar Ezra dengan sikap malas sekaligus ogah-ogahan. Ia tentu akan memilih opsi pertama dari pada yang kedua. Bisa-bisa ia terkena ketiban sial jika di gendong oleh cowok rengsek seperti Ezra. Hiiii.
Saat Reva sudah berada di belakang, tubuh Ezra berbalik dan melihatnya membuat Reva kembali kesal. "Apa lagi?" Tanyanya kesal.
"Pakai helm ni, gue gak mau kena tilang sama polisi gara-gara lo gak pakai helm," Ezra memberikan helm berwarna putih berukuran sedang khas cewek. Reva pun memakainya tanpa membuka suara lagi.
"Pegangan!" Peringat Ezra saat ia sudah menghidupkan mesin motornya. Reva memajukan bibirnya tanpa mau mengikuti ucapan Ezra. Tangannya lebih memilih mengenggam besi belakang motor Ezra dari pada harus memegang badan cowok itu.
Di perjalanan, Reva sedikit menikmati menuju ke toko buku. Walaupun cuaca agak panas dan jalanan sedikit padat ia menikmatinya. Di tambah angin jalanan yang meniupkan rambut nya. Ezra membawa motor dengan kecepatan sedang. Selama di perjalanan ia hanya diam sambil melirik keadaan sekitar jalan raya Jakarta yang tidak pernah macet sedangkan Ezra fokus ke jalanan, namun dirinya juga sesekali melirik cewek di belakangnya melalui kaca spion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confession Of Love
Ficção Adolescente"Dia itu sebenarnya lemah tapi ia tidak pernah memperlihatkannya" ****** aku benci dia dan akan selamanya ia menjadi rivalku! dia yang selalu membuatku mendadak kesal dengan kehadirannya yang terbilang sangat sempurna yang membuatku semakin benci d...