Hari itu akhirnya tiba. Sejak tadi Reva sama sekali tidak membuka mulutnya saat kaki mereka tiba di bandara ngurah Rai, Bali. Reva sendiri merasa tidak tertarik sejak pertama kali Dinda telah mengatur semua jadwal liburan mereka sampai empat hari mendatang. Wanita itu telah mempersiapkan semuanya dengan sempurna. Di mulai dari penerbangan mereka, tempat mereka akan menginap dan juga daftar tempat yang akan menjadi tempat mereka untuk berlibur di tempat salah satu destinasi yang sangat di minati oleh warga Indonesia dan juga turis dari macam negara.
Selama dalam perjalanan menuju tempat penginapan pun, Reva hanya diam sambil terpaku pada layar Ipad miliknya. Telinga nya juga di sumpah dengan earphone. Ia sibuk berselancar pada dunia modeling dan juga acara orkestra yang akan menjadi jadwal nya saat ia kembali ke London.
Hingga mereka tiba di tempat penginapan yang sangat mewah membuat mereka terpaku dengan segala macam yang sudah di siapkan oleh Dinda. Sejak tadi pun Dinda selalu bergelayut manja di lengan Ezra yang selalu saja tampak sibuk dengan tablet nya. Entah lah Reva sendiri memilih tidak peduli apa yang sedang di lakukan oleh dua pasangan itu. Walaupun berat tetapi Reva tetap akan mencobanya. Sebagian hatinya masih mencintai laki-laki itu namun ia sudah merelakan Ezra dengan Dinda karena menurutnya Dinda adalah wanita yang sangat baik.
"Kalian suka?" Tanya Dinda saat mereka berdiri di depan ruang tamu. Reva memanjakan matanya memperhatikan interior yang ada di dalam ruangan, semuanya tampak mewah dan juga tampak nyaman akan tetapi tidak terlalu berlebihan. Penginapan ini tampak seperti villa.
"Sejauh ini tempat nya nyaman. Aku gak nyangka kamu sudah siapkan semuanya," Ujar Wildan dengan wajah puas sambil memperhatikan sekitar.
Dinda tersenyum senang. "Ini liburan pertama kita, aku harap kita semua bisa bersenang-senang."
Kami semuanya hanya mengangguk, lalu mencari kamar masing-masing. Ternyata Dinda sengaja menyewa tempat penginapan ini khusus untuk mereka berenam. Katanya ia ingin liburan ini khusus untuk mereka saja agar mendapatkan kenangan yang menyenangkan. Reva sendiri tidak keberatan, sejauh ini ia tidak banyak berkomentar tentang liburan yang sudah di siapkan Dinda.
Mereka semua berpencar mencari kamar masing-masing. Reva memilih kamar di lantai atas paling sudut karena dari sini ia bisa melihat pemandangan di luar. Sedangkan Alena memilih lantai bawah. Yang lainnya Reva tidak tahu karena saat ini tubuhnya sudah teramat lelah untuk mencari tahu dimana kamar teman-temannya.
Reva sudah meletakkan koper miliknya di samping tempat tidur. Ia melepaskan kardigan miliknya sehingga hanya menyisakan sweater putih. Cukup lama ia memperhatikan tata letak kamar yang di tempatnya saat ini hingga kaki nya melangkah pada balkon yang di batasi dengan pintu jendela besar. Reva membuka tirai jendela lalu matanya bisa menemukan pemandangan di luar.
Sudah lama ia tidak berlibur ke sini, terakhir kali Reva ke Bali sekitar dua tahun yang lalu saat ia melakukan potret di Bali untuk majalah di perusahaan ia bekerja. Bali tidak banyak berubah, pengunjung di sini pun semakin ramai karena pantai ini salah satu pantai terindah di Indonesia sehingga mustahil kurang pengunjung dari tahun ke tahunnya.
"Iya saya tahu, saya akan kirim file nya ke kamu. Saya minta urus secepatnya karena saat ini saya gak bisa menghandel semuanya. Saya sedang di Bali."
Reva mendengar suara yang di kenal nya sehingga ia menoleh pada pintu kamar nya yang tertutup rapat.
"Tolong selesaikan secepatnya, kabari saya kalau ada kenda-..."
Pintu terbuka lebar sehingga Reva berdiam dengan kaku di tempat nya. Mata nya memandang terkejut pada sosok di depan pintu yang juga tampak kikuk melihat Reva berada di dalam kamar.
"Saya tutup teleponnya," Ujar Ezra lalu mematikan panggilan nya dan menyimpannya ke dalam saku celana. Raut wajahnya tampak kikuk melihat Reva yang masih memandang nya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Confession Of Love
Teen Fiction"Dia itu sebenarnya lemah tapi ia tidak pernah memperlihatkannya" ****** aku benci dia dan akan selamanya ia menjadi rivalku! dia yang selalu membuatku mendadak kesal dengan kehadirannya yang terbilang sangat sempurna yang membuatku semakin benci d...