Suasana sekolah tampak sepi saat Reva memasuki kendaraanya kedalam sekolah,saat ia turun dari parkiran siswa, Reva menghela nafasnya dengan gusar, akibat pertengkaran hebat dirinya dengan ayahnya Reva memilih pergi lebih awal dari pada biasanya,bahkan saat ia keluar dari kamar penghuni rumah belum menunjukkan batang hidungnya hanya bi Tuti saja yang ia temui di dapur.
Wanita paruh baya itu sesaat terkejut dengan kedatangan Reva yang jarang-jarang bangun lebih awal, bi Tuti tahu pertengkaran hebat semalam namun ia lebih memilih bungkam tanpa mau mengatakan apa yang sudah terjadi baginya ia tidak berhak terlalu ikut campur dalam urusan keluarga pelik ini.
Jadi bi Tuti hanya tersenyum hangat seperti biasa yang di balas dengan gadis itu senyum tipis, wajah Reva pagi ini terlihat lebih pucat dan gadis itu lebih banyak diam saat ia meminum susu yang baru saja di buatkan oleh bi Tuti setelah itu gadis itu berjalan keluar tanpa sepatah kata pun, bi Tuti hanya bisa memandang getir ke arah punggu Reva yang sudah menghilang.
Gadis remaja seperti Reva di penuhi dengan permasalahan keluarganya, seharusnya masa remaja gadis itu di lewati dengan hal yang menyenangkan bukan sebaliknya.
Bi Tuti hanya bisa berdoa dalam hati semoga gadis itu bisa berdamai dengan masa lalu nya.
Reva kembali mengumam saat matanya menangkap satpam sekolah yang tampak berkerut memandang dirinya, pak satpam yang bernama pak Herman itu menghampiri Reva yang saat ini mengernyitkan dahinya.
"ini satpam ngapain datangin gue?" gumamnya saat pak Herman sudah berada di hadapannya.
Pak Herman kembali memandang Reva lebih teliti untuk memastikan siswi dihadapannya ini ialah Reva yang terkenal biang onar di sekolah. "Kamu kok tumben datang awal?" tanya pak Herman membuat kening Reva makin berkerut.
Salahkan dia datang tepat waktu?. pikirnya.
"Memangnya kenapa kalau saya datang awal?" Reva bukannya menjawab justru berbalik tanya kepada pak Satpam di depannya ini.
Pak Herman mengidikkan bahu seraya menggarukkan kepalanya membuat Reva berguman di dalam hati lagi.
Ni pak satpam aneh banget sih? Malah garuk kepala lagi,situ ketombean?". Batinnya sedikit kesal, ia tidak ingin berkata langsung bisa-bisa dirinya di kena ceramah panjang di pagi hari, uh! Membayangkannya saja membuat Reva pusing setengah mati.
"Ya aneh aja kamu datang telat, tapi yasudah lah mungkin kamu sudah tobat dan berubah jadi siswa teladan," Reva memutar bola matanya dengan jengah, perkataan pak Herman malah seperti berputar-putar.
Reva memperbaiki letak tas punggungnya. "ih si bapak pingin banget ya liat saya berubah, kalau saya berubah sekolah sepi dong pak gak ada tukang jahil lagi," Reva menyengir sambil mencolek bahu pak Herman membuat pak Herman menggelengkan kepalanya.
"Kamu tu ya seharusnya berubah udah kelas dua belas sebentar lagi kamu-"
"Iya pak iya,saya ngerti pak udah sering banget dengar wejengan beginian," potong Reva sambil menepuk bahu pak Herman dengan wajah tak berdosanya.
Pak Herman cengok. "Lah kamu bapak jelasin kok malah di potong-potong sih, nih ya kalau kamu sering motong-motong pembicaraan orang ntar rezeki nya datang setengah,"
Reva menyengir "Ya elah si bapak jaman sekarang masih percaya sama mitos begituan, kuno amat sih,"
"Ehh ni anak di bilangin..."
"Haduh duh pak, ini tu masih pagi banget saya males dengerin wejengan dari orang tua, udah ah saya pergi dulu, bye bye pak Herman yang ganteng seduniahhhh!" Reva melambai-lambai sambil berlalu meninggalkan pak Herman yang menggelengkan kepalanya dengan lelah, siswa seperti Reva memang susah untuk di beritahu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Confession Of Love
Genç Kurgu"Dia itu sebenarnya lemah tapi ia tidak pernah memperlihatkannya" ****** aku benci dia dan akan selamanya ia menjadi rivalku! dia yang selalu membuatku mendadak kesal dengan kehadirannya yang terbilang sangat sempurna yang membuatku semakin benci d...