BAB 21

211 18 0
                                        

Menunggu adalah hal yang paling di benci oleh Reva. Kegiatan menunggu adalah suatu hal yang menurutnya begitu banyak membuang waktu apalagi menunggu untuk hal yang memang tidak penting. Seperti sekarang ini, entah sudah berapa lama ia menunggu cowok yang saat ini sedang bermain di lapangan futsal.

Ia merasa begitu bosan untuk terus menetap di tempat ini. Ezra memang keterlaluan, bisa-bisanya cowok itu meminta nya untuk terus berada di sini dan tidak di perbolehkan kemana-mana.

Lagi dan lagi, Reva mendesah pelan. Matanya fokus kepada sosok yang sedang merebut bola dari lawan dengan gerakan lihai, mungkin jika ada Aretha di sini sahabatnya itu tidak akan berhenti mengoceh untuk memuji cowok famous di sekolahnya. Namun, gerakan mata Reva berganti ke arah sosok cowok berbadan tinggi tegap dan memiliki wajah tampan akan tetapi beraura dingin.

Siapa lagi kalau bukan Azka yang saat ini juga sedang berjuang memperebutkan bola yang menggelinding dari satu kaki ke kaki lainnya.
Botol minum pemberian Azka tadi masih berada di tangannya dengan air yang tinggal setengah.

Entah mengapa saat Azka tadi memberi botol minum kepada nya membuat Reva terdiam sekaligus menghangat karena Azka yang memiliki sifat dingin bisa memberinya botol minuman

Dirinya tidak baper atau pun senang atas kebaikan Azka, akan tetapi ia lebih merasa bingung dengan sifat cowok itu. Ezra dan Wildan selalu membuatnya merasa emosi sedangkan Azka justru berbanding terbalik. Cowok itu memilih diam dan sibuk di dunia sendiri. Sangat dingin dan juga misterius untuk cowok modelan seperti nya.

"Woi pendek!" Reva tersentak kaget begitu mendengar suara cukup keras di sampingnya. Matanya menoleh ke samping kemudian kebingungan sendiri. Sejak kapan Ezra sudah berada di tempat nya?

"Melamun aja kerjaan lo!" Bibir Reva mencekik ketika mendengar Ezra kembali mengejeknya.

"Suka-suka gue, masalah buat lo?" Balasnya tak kalah sadis. Perhatiannya teralih ke arah lapangan futsal yang tidak ada lagi bermain bola. Ah, karena sibuk memikirkan kebaikan Heru ia sampai bisa kehilangan fokusnya.

"Dasar pendek," Gumam Ezra sembari mengelap keringat di wajah dan lehernya. Matanya memperhatikan Reva yang kembali bersifat ogah-ogahan.

"Mana minum gue?" Tanya Ezra.

Reva mengidikkan bahunya. "Mana gue tau, liatlah di dalam tas lo,"

"Coba ambil minum di dalam tas gue,"

"Lo kan punya tangan," Desis Reva sambil melipat tangannya di dada.

"Lo kan pembantu gue,"

Reva menatap Ezra tajam seolah tatapannya adalah sebuah pedang. Ezra menatapnya dengan raut wajah biasa saja tanpa terganggu dengan tatapan Reva yang kelihatan ingin sekali memukulnya.

Reva pun menghembuskan nafasnya sembari menutup mata untuk bersabar. Tangannya pun mengambil botol minum di dalam tas milik Ezra setelah mendapat benda yang di minta Ezra, ia pun dengan asal melempar kepada Ezra yang terkejut sekaligus reflek untuk menangkap botol minum yang di lempar Reva secara tiba-tiba.

"Lo-!" Geram Ezra begitu ia berhasil menangkap botol minum miliknya. Reva hanya menatapnya datar tanpa merasa bersalah dan takut dengan Ezra.

"Kenapa? Makanya ambil sendiri," Balasnya dengan ringan lalu fokus kepada ponsel di tangannya.

Ezra masih merasa geram, ia duduk di samping Reva sambil minum air miliknya. Tidak berapa lama, Wildan dan Heru menghampiri mereka berdua dengan keringat di sekitar badan menimbulkan bau tidak enak. Reva yang mencium bau badan dari ketiga cowok di dekatnya ini langsung menutup hidungnya dan menatap kesal ke arah ketiga cowok di dekatnya yang sudah melihat ke arah nya.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang