Hari ini Reva pergi sekolah setelah ia menerima skors untuk tidak ke sekolah selama tiga hari. Suasana bising dan ramai menjadi pemandangan pertamanya saat tiba di parkiran sekolah. Reva keluar dari dalam mobil sambil menyelempangkan tas ranselnya di sebelah pundak lalu berjalan dengan santai menuju gerbang sekolah. Gerombolan anak laki-laki yang ia kenal dari kelas IPS tengah berkumpul di parkiran namun mereka bukan dari kelasnya. Salah satu di antara mereka melihat ke arahnya. "Eh, Reva sudah balik saja ke sekolah, gue kira lo di skors seminggu." Atas kejadian perkelahian dirinya dan Mela mendadak menjadi berita viral di sekolahnya. Di sekolah ini selalu saja menjadi viral jika menyangkut persoalan dirinya belum lagi Ayahnya yang merupakan donatur terbesar di sekolah ini, setiap perilaku Reva menjadi topik yang enak di perbincangkan.
Reva melirik cowok yang tidak ia kenal namanya namun ia tahu ia berasal dari kelas IPS, apalagi penampilannya yang memang seperti anak IPS. Dasi tidak di pakai, dua kancing atas baju seragam tidak terkancing, sepatu bercorak, dan baju yang tidak ia masukkan ke dalam celana seragam. Penampilan seperti memang berasal dari anak IPS.
"Gak senang lo liat gue datang?" Tanya Reva datar dengan wajah datarnya sehingga gerombolan di dekatnya itu bersorak sambil memukul bahu cowok yang tadi membuka suaranya. Baik cowok maupun cewek di sekolahnya tidak berani untuk menganggu dirinya. Mereka bakalan tahu jika mencari masalah dengan ratu onar di sekolah mereka itu artinya mereka harus menerima segala pembalasan dari Reva yang tentunya tidak akan diam jika ada yang mengusik dirinya.
Reva terus berjalan tanpa memperdulikan sapaan sapaan gerombolan di dekatnya begitu juga dengan sapaan adik kelas yang menyapanya. Reva hanya melirik saja saat ada yang menyapa namanya tanpa membuka suara. Sampai kakinya masuk ke dalam kelasnya yang terlihat sudah ramai. Beberapa teman kelasnya melihat nya dengan berbagai ekspresi yang tidak Reva pedulikan. Mata Reva menangkap sosok Mela dan teman-temannya ketika ia berjalan ke mejanya. Ia menatap Mela dengan tajam dan penuh ancaman begitu juga dengan Mela yang mendengus saat Reva memberikan tatapan musuh kepadanya.
Mela membuang wajahnya ke arah depan saat melihat Reva membanting keras tas nya di atas meja begitu juga menarik kursinya sehingga menimbulkan bunyi keras. Reva melakukan itu sambil menatap Mela. Sebetulnya ia merasa sedikit takut melihat tatapan ancaman Reva kepadanya, ia tahu kalau cewek yang terkenal bar-bar di sekolahnya ini tidak akan diam atas insiden perkelahian brutal mereka, namun ia memilih untuk tidak peduli hal itu.
Tidak lama Reva masuk kelas, Aretha menyusul masuk. Mata perempuan itu berbinar saat mendapati Reva yang sudah duduk di kursinya. Ia berlari kecil ke arah meja nya dan langsung memeluk tubuh Reva membuat Reva sedikit terkejut sekaligus kebingungan di peluk tiba-tiba oleh sahabatnya saat ia sedang fokus dengan ponselnya.
"Kenapa lo peluk gue?" Tanya Reva begitu Aretha melepaskan pelukannya. Bibir Aretha maju ke depan bersamaan dengan ekspresi wajah kesalnya.
"Gue sepi tahu gak ada lo, untung saja masa hukuman lo sudah habis," jawab Aretha membuat Reva menghela nafasnya pendek seraya menganggukkan kepalanya.
Reva melipat tangannya di atas dada dan kaki satunya juga melipat di atas paha. "Gue kena hukum karena di kelas ini ada yang cari masalah sama gue," Reva mengatakan itu dengan suara keras, ia sengaja mengeraskan suaranya untuk melihat reaksi Mela kepadanya. Ia sangat kesal dengan cewek itu yang sudah mencari masalah dengannya dan juga berani berbohong saat di kantor wakil kepala sekolah. Perbuatan cewek itu akan ia balas sekarang sampai Mela berlutut kepadanya untuk meminta maaf. Di sekolah ini tidak ada yang bisa mengalahkan dirinya.
Mela memang mendengar semua apa ucapan Reva namun ia memilih diam sambil mengepalkan tangannya di atas meja karena kesal. Kedua sahabatnya juga hanya bisa diam dengan kepala tertunduk, jika mereka menatap Reva sinis maka nasib mereka pasti akan sama dengan Mela.

KAMU SEDANG MEMBACA
Confession Of Love
Roman pour Adolescents"Dia itu sebenarnya lemah tapi ia tidak pernah memperlihatkannya" ****** aku benci dia dan akan selamanya ia menjadi rivalku! dia yang selalu membuatku mendadak kesal dengan kehadirannya yang terbilang sangat sempurna yang membuatku semakin benci d...