"Gimana pertunjukkan lo kemarin? Gue spam di LINE lo gak ada jawab," Reva menyerbu Aretha dengan pertanyaan. Hari ini Aretha sudah kembali ke sekolah setelah mengikuti pertunjukan ballet. Dan kehadiran Aretha hari ini entah kenapa membuat Reva tidak merasa kesepian, Aretha merupakan sahabat terpenting bagi nya.
Aretha mendengus, ia melepaskan tangan Reva dari bahunya. "Lancar seperti yang lalu-lalu, kemarin lo gak ada bolos kan?"
"Enggak." Katanya singkat.
Bibir Aretha terangkat, syukurlah sahabat nya ini tidak cabut saat jam sekolah, ia cukup khawatir Reva cabut dari jam pelajaran lagi mengingat tahun ini merupakan tahun kelulusan mereka, ia tidak ingin Reva di cap sebagai siswi terburuk.
Aretha pun menepuk bahu Reva. Ia senang dengan sikap sahabatnya ini yang perlahan sudah mau berubah, tidak separah tahun lalu yang hampir tiap hari selalu bolos dari jam pelajaran.
"Ada pelajaran yang gak lo ngerti?" Tanya Aretha lagi untuk memastikan otak sahabat ini.
Reva menggeleng. "Semua pelajaran gue ngerti," Jawab Reva cepat membuat kening Aretha berkerut samar.
Reva sadar dengan ucapannya, dan benar saja saat ini Aretha melihatnya dengan ekspresi wajah yang aneh. Tidak, tidak! Aretha tidak boleh tahu kalau selama ini ia sebenarnya mengerti trang pelajaran.
Reva tersenyum kikuk. "Gue emang ngerti semua pelajaran karena gue mulai belajar tiap malam, lo senang kan liat gue jadi rajin sekarang?" Katanya memberi alasan, saat ini ia belum siap menceritakan semuanya pada Aretha. Walaupun Aretha memang sahabat dekatnya, Reva masih belum mempunyai keberanian untuk menjelaskan dirinya yang sebenarnya itu seperti apa.
Aretha terdiam cukup lama membuat Reva di detik itu juga sedikit khawatir hingga ia menjadi lega saat Aretha terkekeh lalu menepuk kembali bahu Reva dengan pelan, sepertinya Aretha mempercayai dirinya.
"Bagus kalau lo udah berubah, gue udah sering doa tiap malam supaya lo bisa berubah, alhamdulillah doa gue di ijabah sama Allah,"
"Lebay lo!"
"Reva."
Reva dan Aretha berbalik bersamaan melihat siapa yang memanggil dirinya, tubuh Reva mendadak tegang saat melihat Pak Dito berada di hadapannya saat ini dengan senyuman misterius nya. Tangan Reva menjadi keringat dingin saat kaki Pak Dito melangkah mendekatinya. Reva melirik cemas pada Aretha yang tersenyum ramah pada Pak Dito bahkan sampai menyapanya yang di balas oleh gurunya itu dengan senyuman ramah.
Jantung Reva saat ini berdegub cukup keras, bahkan mata nya saat ini tampak begitu cemas, namun dari sikap nya ini baik Aretha maupun Pak Dito sepertinya tidak menyadari. Dan saat mata Pak Dito dan Reva bertatapan, Pak Dito menepuk tangan sampingnya seperti yang di lakukan oleh orang tua.
"Bapak sudah bicara dengan Ayah kamu, seperti Ayah kamu tidak memberi kesempatan untuk kamu kembali pada musik,"
Dan saat itu lah dunia Reva terhempas begitu saja dengan rasa ketakutan yang begitu besar, Pak Dito mengatakan hal itu dengan ekspresi wajah yang memang sedih, namun yang di khawatir oleh Reva sekarang bukanlah Pak Dito melainkan Aretha yang tampak bingung dengan ucapan dari Pak Dito.
Aretha menatap Reva dengan tatapan yang penuh bertanya serta menuntut namun tidak ada satupun kata yang bisa di keluarkan oleh Reva saat ini.
"Maksud Bapak apa? Reva bisa bermain musik?" Pertanyaan yang di takutkan oleh Reva itu keluar dengan mulus dari bibir Aretha sehingga kening Pak Dito mengernyit kebingungan.
Ia sekilas menatap Reva yang sudah pucat pasi. "Kamu tidak tahu kalau teman kamu sebenarnya mempunyai catatan prestasi yang gemilang di dunia musik waktu dia masih kecil sampai SMP? Bahkan Reva pernah ikut pergelaran musik orkestra di singapura," Jelas Pak Dito dengan mulus.
![](https://img.wattpad.com/cover/159641022-288-k358567.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Confession Of Love
Teen Fiction"Dia itu sebenarnya lemah tapi ia tidak pernah memperlihatkannya" ****** aku benci dia dan akan selamanya ia menjadi rivalku! dia yang selalu membuatku mendadak kesal dengan kehadirannya yang terbilang sangat sempurna yang membuatku semakin benci d...