BAB 13

194 10 0
                                        

Kejadian antara dirinya dan ayahnya sangat membekas di hati Reva saat ayahnya yang menamparnya untuk pertama kalinya dan meminta untuk menjauhi dunia musik yang ia sukai,Reva semakin membenci dengan keluarga nya yang membuatnya selalu merasa terasing saat ayahnya mulai menunjukkan kepedulian kepada dua wanita yang di bencinya nya membuatnya semakin merasa jauh dari ayahnya.

Setelah di mana Reva bertengkar hebat dengan ayahnya, Reva memilih mengurungkan dirinya sampai malam dan meninggalkan makan malamnya karena ia tidak ingin bertemu dengan orang yang membuatnya begitu sakit hati, semalaman ia merasa begitu tersiksa saat penyakit nya yang membuatnya menyakiti dirinya untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya dengan cara memukul dadanya dengan kuat berulang-ulang sehingga membuatnya kesulitan bernapas, baginya lebih baik ia merasakan sakit di tubuhnya dari pada harus merasakan sakit hati yang selalu di rasakan nya selama ini.

Reva tidak peduli jika tubuhnya mengalami luka saat ia menyakiti dirinya baginya luka tersebut termasuk obat penyembuh luka hatinya dan ia merasa begitu lega saat ia sudah mulai menyakiti dirinya.

Reva menghembuskan nafasnya saat ia berdiri di depan cermin menampilkan seorang gadis berwajah pucat tanpa binar bahagia di matanya,ia bisa melihat wajahnya yang begitu menyedihkan membuatnya semakin membenci dengan kehidupannya.

'Lo harus kuat Re,jangan lemah gini tunjukin sama mereka kalau lo bukan anak yang lemah,lo anak yang kuat!'. Batinnya dengan mengepalkan jemarinya kuat lalu mengambil tasnya untuk berangkat sekolah.

Saat Reva sudah berada di lantai bawah ia berjalan menuju dapur dan melihat bi Tuti yang sedang sibuk di dapur, bibir Reva tersenyum tipis saat bi Tuti menoleh kepadanya lalu memberikannya segelas susu rasa coklat kesukaan Reva.

Reva segera minum susu buatan bi Tuti tanpa duduk, ia begitu cepat menghabiskan susunya yang mendapat celengan kepala dari bi Tuti "Non Valin kalau minum itu harus duduk jangan berdiri kan gak bagus non," peringat bi Tuti dengan pelan kepada Reva yang terkekeh saat ia meletakkan gelas yang sudah kosong.

"Valin buru-buru, Bi." Jawabnya sambil tersenyum kecil, tangannya sibuk memperbaiki tali tas yang merosot dari bahunya.

Bi Tuti menghela nafas dengan kepala menggeleng kembali,baginya sikap Reva begitu luar biasa "Ya sudah lain kali duduk ya non soalnya gak bagus minum sambil berdiri,"

Reva hanya mengangguk patuh "Aku berangkat dulu ya, Bi." kata Reva kemudian mengambil tangan bi Tuti untuk menyalaminya

"Loh gak sarapan dulu non?"

"Enggak Bi, Valin gak lapar,"

Bi Tuti mengeryitkan dahinya "kalau gitu bibi siapkan bekal dulu ya untuk non Valin biar nanti di makan waktu jam istirahat,"

Kepala Reva menggeleng lagi "Gak usah bi,Valin nanti makan di kantin aja,Valin berangkat dulu" bi Tuti hanya diam dengan bergumam kecil saat memerhatikan Reva yang sudah berjalan pergi menuju pintu rumah.

wajahnya kembali sedih saat melihat Reva yang mengabaikan keluarganya yang baru saja duduk di meja makan,gadis itu bahkan tidak mau menoleh ke arah ayahnya dan langsung melesat pergi tanpa peduli dengan panggilan dari ibu tirinya,bi Tuti hanya memandang getir kearah Lydia yang menampilkan gurat kesedihan atas sikap Reva.

Entah sampai kapan lagi keluarga ini akan bahagia yang pastinya ia sangat merindukan dengan kehangatan dulu di mana Reva selalu bersikap ceria tanpa beban.

Bi Tuti pun memilih melanjutkan pekerjaannya lagi ketika tidak melihat sosok Reva yang  sudah menghilang dari balik pintu.

Reva melangkah dengan santai saat ia keluar dari mobil nya dan berjalan masuk dengan wajah datar nya namun sialnya tiba-tiba saja ia harus berhadapan kepada guru sekolah nya yang saat ini kebagian tugas piket di mana mengawasi siswa dan siswi sekolah.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang