BAB 41

121 4 2
                                    

Reva Pov

Semuanya tampak berbeda, rasa benci itu perlahan memudar. Seolah-olah beban yang selama bertahun-tahun aku rasakan hilang begitu saja karena aku sudah mengikhlaskan semuanya, termasuk kepergian Ibu.

Ayah tampak senang melihat sikap yang sedikit berubah seperti dulu, namun aku tidak dapat berubah seperti dulu dalam waktu dekat. Aku masih membutuhkan waktu untuk semuanya dan Ayah menghargai nya.

Saat ini aku menunggu orang yang selama ini telah aku sakiti hatinya. Jantung ku sedari tadi berdegup dengan kencang, aku tampak gelisah. Sejak aku memulai menerima keberadaan tante Lydia dan Kanaya, mereka seakan-akan takut dengan sikap ku. Mereka memilih untuk jarang bersama ku di rumah sakit karena mereka pikir aku membutuhkan waktu bersama Ayah.

Ayah memeluk tubuh ku dari samping, ia tahu kalau diriku saat ini begitu gugup untuk bertemu mereka berdua. Dari tatapannya yang menatap ku memberikan kekuatan bahwa aku bisa menghadapi semuanya. Ketika pintu terbuka, dua sosok yang sejak tadi aku tunggu masuk dengan senyuman canggung. Bahkan tante Lydia seperti ingin menangis ketika melihat wajah ku dan aku tidak mampu menahan bibir ku yang bergetar.

Ya Tuhan! Maafkan aku yang sudah menyakiti hati seorang wanita yang sangat baik.

"Hai sayang, gimana keadaan kamu?" Tanya tante Lydia. Ia berjalan mendekati ku namun tidak begitu dekat karena dirinya memberi jarak di antara kami. Mbak Kanaya sejak masuk tadi hanya diam menatap diriku.

Aku tersenyum kecil. "Baik seperti kuda," Jawab ku serak membuat tante Lydia tersenyum lebih lebar. Ayah mencium puncak kepala ku karena aku berbicara dengan baik, tidak seperti dulu.

Aku terus menatap wajah sahabat ibu ku ini yang sudah menjadi Ibu tiriku. Lalu aku memeluk nya sehingga tubuhnya menegang. Tentu saja tante Lydia terkejut dengan sikap ku sekarang.
Aku menangis di dalam pelukannya, dan saat aku merasakan tangannya mengelus puncak kepala ku di situlah aku merasakan rasa hangat seperti kebersamaan aku dengan Ibu.

"Maafin Valin, tante. Valin salah. Gak seharusnya Valin bersikap jahat sama tante dan Mbak Kanaya. Valin udah tahu semuanya. Itu bukan kesalahan tante. Justru tante lah yang menolong Ibu. Maafin Valin. Valin tahu kesalahan Valin begitu banyak sampai gak termaafkan, tante boleh membalas perlakuan Valin dulu terhadap Tante," ucap ku dengan bergetar. Elusan Tante Lydia tidak berhenti, ia melepaskan pelukan ku agar dapat melihat seluruh wajah ku. Ibu jarinya menghapus air mata di wajah ku. Bukannya marah atau justru memaki ku seperti yang selama ini aku lakukan padanya, Tante Lydia mencium kening ku dengan lembut. Air matanya turun, ia terlihat bahagia bisa menyentuhku sekarang.

Ia tertawa senang, khas seperti Ibu. Melihatnya seperti aku melihat sosok Ibu. Benar kata Ibu, Tante Lydia adalah wanita yang sangat baik dan aku merasa menyesal menyadari hal itu sekarang. "Tante sudah maafkan kamu sayang, jauh sebelum kamu meminta maaf sama Tante. Tante sayang sama kamu Valin, Tante sudah menganggap kamu sebagai Putri kandung Tante sendiri. Kamu itu sangat berarti bagi Tante, ibu kamu dan juga Ayah kamu,"

Aku terus saja terisak, melihat sikap baik Tante Lydia yang tidak marah kepada ku bahkan kali ini Tante Lydia tidak memanggil dirinya sebagai 'Ibu'. Ia mengikuti kemauan ku seperti Ayah yang juga seperti itu. Mereka seperti menghargai diriku yang sejak dulu tidak pernah bisa menerima kehadiran tante Lydia. Hal itu membuatku semakin merasa bersalah pada mereka semua.

"Valin sayang sama Tante. Valin menerima Tante sebagai pengganti Ibu. Maaf karena Valin telat. Valin sayang Ibu." Kataku akhirnya memanggilnya dengan sebutan Ibu membuat Tante Lydia menangis di hadapan ku, ia tersenyum bahagia lalu memelukku dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih sayang." Ujar nya dan diriku hanya diam meresapi kehangatan yang menjalar di dalam hati ku.

Saat kami menguraikan pelukan, Aku menatap Mbak Kanaya yang ternyata ikutan menangis harus melihat diriku yang telah berubah. Aku tahu bagaimana kerasnya dan begitu jahatnya sikap ku terhadapnya dulu, tetapi dirinya tidak pernah membalas sedikit pun apa yang sudah aku lakukan terhadapnya. Sikapnya sama seperti Ibu tiriku, mereka mempunyai sifat yang sangat baik.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang