"Dia itu sebenarnya lemah tapi ia tidak pernah memperlihatkannya"
******
aku benci dia dan akan selamanya ia menjadi rivalku!
dia yang selalu membuatku mendadak kesal dengan kehadirannya yang terbilang sangat sempurna yang membuatku semakin benci d...
Pagi ini Reva datang dengan wajah yang sangat pucat, semalam ia tidak bisa tidur sedetik pun karena memikirkan hubungannya dengan Aretha. Ia tidak menyangka Aretha langsung memutuskan persahabatan mereka tanpa memberi Reva ruang untuk menjelaskan semuanya. Ia pikir Aretha bakalan mengerti apa yang membuatnya menjadi susah untuk menjelaskan namun nyatanya Aretha memilih untuk menjauh darinya.
Kening Reva mengernyit saat tiba-tiba ia merasakan nyeri pada kulit tangannya, ia pelan-pelan membuka kardigan nya dan melihat perban nya sudah bernoda merah. Reva menghembuskan nafas nya cukup panjang, ia begitu mengasihani dirinya yang terlihat menyedihkan seperti ini.
Semalam ia kembali menyakiti diri nya, penyakit nya kambuh hingga dirinya membutuhkan pelampiasan agar hati nya menjadi baik. Mungkin sayatan kali ini cukup dalam sehingga luka nya cukup terasa perih.
Reva kembali menghembuskan nafasnya, ia melanjutkan jalannya tanpa memperdulikan tatapan orang di sekitarnya, ia mencoba bersikap tenang dan cuek saat beberapa dari mereka menatapnya dengan tampang yang mengasihani karena kejadian kemarin. Namun Reva mencoba tidak memperdulikan semuanya, tatapannya tetap lurus dengan ekspresi wajah begitu datar.
Tiba di tangga, Reva berpapasan dengan Ezra. Mereka saling pandang cukup lama karena posisi mereka saat ini adalah terpisah dia anak tangga, Ezra berada di anak tangga atas sedangkan Reva berada di bawah nya. Tatapan Ezra beralih kepada tangan kardigan Reva, mata cukup lama memperhatikan tangan Reva karena menurut nya agak aneh, lengannya sedikit bengkak seperti di tutupi oleh sesuatu. Ezra kembali menatap Reva, sejak kejadian kemarin Reva hanya diam dan tatapannya begitu kosong seperti sekarang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo udah sarapan?" Tanya Ezra membuka percakapan mereka. Beberapa siswi berlalu-lalang di dekat mereka, namun baik Reva maupun Ezra sama-sama memilih tidak peduli.
Reva menggeleng kepalanya pelan, ia memperbaiki tali tas di bahu nya. "Gue gak biasa sarapan pagi," Setelah mengatakan itu Reva melewati Ezra tanpa mau menunggu respon cowok itu lagi. Ezra menghembuskan nafasnya, ia menoleh kebelakang untuk melihat Reva yang kali ini tampak begitu dingin. Entah kenapa sikap nya sedikit berubah karena kejadian pertengkaran Reva dan Aretha.
Sepertinya saat ini Ezra harus melakukan sesuatu untuk Reva.
[.]
Tiba di dalam kelas, Reva mendapati teman kelasnya sedang memperhatikan nya saat ini. Dari raut wajah mereka melihat Reva adalah ekspresi mengasihani, terkejut, dan juga bingung dengannya. Sepertinya pertengkaran Aretha dan Reva sudah melebar luas di sekolah sehingga teman sekelasnya pun menatap nya sekarang dengan sorot iba.
Cih!
Saat Reva tiba di kursi nya, ia mendapati Jihan teman sekelasnya duduk di kursi milik Aretha, Reva tidak terlalu akrab dengannya, cewek ini memiliki sifat pendiam dan juga antisosial.
Menyadari kehadiran Reva serta tatapan bertanya, Jihan tersenyum tipis. Ia memperbaiki letak duduk nya dengan gerakan canggung saat Reva duduk di sampingnya. "Maaf, Aretha minta pindah duduk sama gue. Lo gak keberatan kan gue duduk di sini?" Tanya nya dengan nada takut.