Now Playing : Why why why- Punch❤
ARETHA benar-benar kebingungan sekaligus terkejut dengan Reva hari ini. Sahabat nya itu datang dalam penampilan yang berbeda 180 derajat dari seperti biasanya. Reva yang selalu mengikat rambutnya dengan ekor kuda mengubah tampilannya hari ini dengan menggeraikan rambut coklat nya, tidak lupa dengan bandana warna hitam di kepalanya. Dan juga memasukkan seragam sekolahnya kedalam rok serta memakai kardigan warna hitam.
Bukan hanya Aretha saja yang kebingungan dengan tampilan Reva yang berbeda, semua temannya juga menunjukkan ekspresi wajah yang sama bahkan ada beberapa teman cowok di kelasnya memandang Reva dengan takjub.
Aretha memiringkan tubuhnya ke samping, matanya menyipit untuk menelisik sahabatnya ini. Reva yang merasa dirinya sekarang tengah di perhatiin oleh Aretha dan teman sekelas nya menghela nafasnya lalu melihat wajah Aretha.
"Lo ngapain liat gue?" Tanya Reva.
Mata Reva masih menyipit, ia mendekatkan tubuhnya pada Reva sehingga jarak wajah antara keduanya hanya terpisah beberapa senti. Tangan Aretha mendarat di kening Reva untuk memastikan sahabatnya saat ini tidak dalam keadaan sakit berulang kali membuat Reva tidak nyaman dengan sikap Aretha, tangannya pun menepis tangan Aretha di kening nya.
"Lo ngapain?" Tanya Reva lagi, kali ini nada suaranya terlihat kesal.
"Lo gak sakit kan, Re?" Reva mengangkat sebelah alisnya bingung. Ia cukup memberi tatapan kepada Aretha yang seperti menebak dengan raut wajahnya.
"Kenapa gaya lo gak kayak biasanya?" Tanya Aretha lagi.
Reva terdiam beberapa saat mencerna pertanyaan Aretha, ketika ia mengerti arah pembicaraan kali ini Reva menegakkan tubuhnya sambil mendesah, tangannya ia letak ke dada.
"Gue cuma lagi pingin aja kayak gini," Jawab nya pendek.
"Ngapain lo pake kardigan? Lo sakit?"
"Nggak, gak usah tanya lagi." Kata Reva dengan tegas menutup pembicaraan mereka.
Aretha terlihat tidak puas dengan jawaban dari Reva. Ia memang merasa ada yang aneh dengan sikap Reva sekarang, belum lagi dengan kulit wajahnya yang agak pucat, tidak seperti biasanya. Aretha memilih mengurungkan rasa penasarannya untuk bertanya kepada Reva ketika guru masuk ke dalam kelas mereka untuk memulai pelajaran seperti biasa.
Dia tetap harus bertanya nanti.
.
.
.
"Lo gak ke kantin?" Reva menggeleng pelan kepalanya. Saat ini ia merasa tubuhnya tidak seperti biasanya, yang ia butuhkan mungkin hanya tidur di dalam kelasnya. Reva tau kenapa tubuhnya bisa seperti ini, efek dari luka yang ia lakukan kemarin membuat nya seperti ini terlebih luka yang ia buat kali ini cukup dalam dan banyak mengeluarkan darah. Reva melakukannya memang tanpa sadar, jika saja ia menyayat tangannya lebih dalam lagi Reva akan terbaring dirumah sakit sekarang karena kehabisan banyak darah.
Reva mengubah tampilan nya sekarang bukan tanpa alasan, ia melakukan itu untuk menutupi dirinya. Ia pun memakai kardigan agar tangannya yang luka tidak di ketahui oleh orang di sekitarnya termasuk Aretha. Ia tidak ingin membuat orang bertanya apa yang sudah terjadi pada dirinya, dan itu membuat Reva semakin merasa dirinya lemah di mata semua orang.
"Re, lo tega biarin gue ke kantin sendirian?" Reva mendesah mendengar nya. Ia membuang wajah nya untuk menghindari Aretha yang menatap nya dengan tatapan memohon.
"Re..." Panggil Aretha lagi namun tidak di pedulikan oleh Reva yang sudah meletakkan kepalanya di atas meja bersiap untuk tidur.
Aretha berdecak sebal melihat Reva yang tidak menggubris nya, ia pun menarik tangan Reva begitu saja ketika sahabat nya itu tampak nyaman dengan posisi nya dan membawanya keluar kelas. Aretha sengaja menulikan pendengarannya saat mendengar serentetan kata-kata tajam yang keluar dari mulut Reva untuk melepaskan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confession Of Love
أدب المراهقين"Dia itu sebenarnya lemah tapi ia tidak pernah memperlihatkannya" ****** aku benci dia dan akan selamanya ia menjadi rivalku! dia yang selalu membuatku mendadak kesal dengan kehadirannya yang terbilang sangat sempurna yang membuatku semakin benci d...