BAB 33

124 8 0
                                        

Rintikan hujan mulai turun saat motor Ezra melaju dengan cepat di jalan sehingga Reva merapatkan tubuhnya pada punggung cowok itu guna menghindari percikan air hujan yang mengenai kulit wajahnya. Sesekali Reva mengelap air yang berada di wajahnya ketika pandangannya mengabur. Reva sedikit bersyukur dengan kehadiran Ezra tadi yang secara mendadak menawarinya tumpangan, berhubung ia memang saat pulang tadi menghindari cowok ini sampai berujung dirinya terkena sial tidak menemukan abang gojek, dan tiba-tiba saja orang yang saat ini ia hindari muncul di hadapannya di saat ia dalam keadaan sulit. Mengapa selalu saja takdir membuatnya dan Ezra saling terhubung?

Pertama kali cowok ini membantunya saat tengah malam di mana mobilnya mati di tengah jalan lalu sekarang Ezra kembali membantunya saat ia tidak tahu harus pulang dengan siapa.

Dan ia cukup heran, kenapa dari sekian banyak orang di bumi ini Ezra lah yang selalu membantu nya? Kenapa tidak orang lain saja?

Kalau begini terus bagaimana Reva bisa menjaga jarak dengan cowok menyebalkan ini? Apalagi sedari tadi otak nya terus berpikir apa Ezra membantunya dengan maksud tertentu seperti waktu itu membuatnya harus mau menjadi babu selama sebulan? Agh! kalau saja cowok ini memanfaatkan situasi seperti ini Reva tidak akan membiarkan dirinya kembali di perbudak oleh Ezra yang super sialan.

"Turun lo!" Reva tergugu ketika badan Ezra menyentak dirinya yang tersadar dari segala macam pikiran yang berkecamuk di otaknya. Kening Reva bertaut, alih-alih dirinya tiba di rumah, Ezra membawanya ke tempat kafe.

"Lo gak anterin gue balik sampe rumah?" Tanya Reva sedikit panik.

"Memangnya lo mau basah di jalan? baju gue saja sudah setengah basah, mending teduh dulu di sini sambil tunggu hujannya reda,"

"Ya....., tapi kan gue mau nya sampe rumah terus,"

Ezra berdecak kesal, ia membuka helm dengan raut wajah tertekuk sambil merapikan rambutnya. Hal itu tidak terlewatkan dari pandangan Reva yang beberapa saat terdiam di tempatnya saat memperhatikan Ezra.

Anjir! ini cowok kok tiba-tiba ganteng?. Batin Reva kesal sambil meringis dalam hati.

"Kalau lo mau sakit silahkan lo pulang sendiri," Ujar Ezra dengan santai membuat Reva memutar bola matanya. Baru saja ia tadi memuji Ezra didalam hati.

"Gak ikhlas banget sih ni orang bantu gue!" Gumam Reva sembari dirinya ikut turun dan membuka helm lalu di berita kepada Ezra yang menaikkan sebelah alisnya. Raut wajah cowok di hadapannya ini seakan-akan meledaknya dan itu membuat Reva semakin merasa kesal. Ia tidak tahu dengan suasana hatinya yang mendadak selalu berubah ketika bersama Ezra. Cowok ini sukses membuat dirinya di landa moody-an.

Tiba-tiba saja tangan Ezra mendarat di rambutnya dan memegangnya, Reva pun tersentak saat kepalanya di tarik ke depan sehingga wajah nya dengan Ezra berjarak beberapa senti. "Lo harus nya bersyukur bisa barengan sama gue sekarang,"

Bibir Reva tertarik sedikit ke atas. Lebih tepatnya saat ini ia ikut meledek apa perkataan Ezra.

Yang ia lakukan adalah semakin menipiskan jarak dirinya dengan Ezra, reaksi mereka berdua pun bergantian. Kali ini giliran Ezra yang terlihat terkejut dengan sikap Reva yang semakin mendekatinya seperti hendak menciumnya. Bahkan mata Ezra tidak berkedip.

Reva semakin melebarkan senyumannya, ia pun mendekatkan bibirnya ke daun telinga Ezra. "Gue heran kenapa lo selalu bilang gitu sama gue, apa mungkin lo yang selama ini tertarik sama gue sampai lo ngelakuin segala cara supaya bisa dekat sama gue? Hati-hati, gue bukan tipe cewek yang mudah jatuh dengan pesona lo,"

Setelah mengatakan itu, Reva menjauhkan wajahnya. Tangan Ezra yang berada di kepalanya di tepis nya dengan gaya angkuh lalu berjalan masuk ke dalam kafe meninggalkan Ezra yang sejak tadi menormalkan degub jantung nya atas kejadian tadi.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang