BAB 43

110 4 0
                                    

Waktu berjalan begitu cepat. Hingga tiba saat di mana hari Reva menunggu pengumuman kelulusan akhirnya tiba. Seluruh siswa angkatan di kumpulkan di lapangan sekolah termasuk Reva dan Aretha yang saat ini sedang berada di barisan dengan perasaan gelisah sejak tadi pagi. Reva memang takut kalau dirinya di nyatakan tidak lulus, seminggu sebelumnya pun ia mengeluhkan hal ini pada Aretha. Sahabat nya itu memberinya pikiran pikiran positif karena menurut Aretha jarang siswa SMA tidak di luluskan. Namun tetap saja Reva tidak bisa membendung perasaan gelisahnya.

Sebelum mereka di kumpulkan tadi, Reva melihat Ezra yang ternyata juga memperhatikannya. Walaupun mereka berbeda kelas. Reva tetap saja mudah mendapatkan sosok Ezra.

Semua siswa menjadi tegang saat kepala sekolah naik ke atas panggung. Mereka semua mendengar wejengan kepala sekolah terlebih dahulu sampai di mana Pak Siswanto yang merupakan kepala sekolah tiba hal yang sedang di tunggu-tunggu oleh semua para siswa nya.

"Baiklah, saya rasa kalian semua pasti mau dengar intinya saja dari nasihat saya tadi. Untuk seluruh angkatan tahun ini dinyatakan semuanya LULUS!!" Suara pak Siswanto terdengar lugas saat mengucapkan kata 'LULUS' sehingga semua siswa yang berada di lapangan langsung bersorak kesenangan mendengar nya. Termasuk Reva yang sudah di peluk lebih dahulu oleh Aretha yang sudah berteriak kesenangan. Reva tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya kali ini. Aretha benar, mereka semua lulus bahkan siswa ternakal termasuk dirinya yang terancam tidak lulus dinyatakan lulus juga.

Semua barisan yang awalnya rapi menjadi berantakan karena semua siswa sibuk merayakan hari kelulusan mereka. Mereka juga merayakannya dengan cara melempar tepung warna-warni dan juga mewarnai baju mereka dengan cat. Reva menghindari saat bajunya sudah penuh dengan coretan-coretan dari teman nya. Ia berjalan ke atap sekolah sendirian. Aretha tampak begitu bahagia dengan teman-teman sekelasnya membuat Reva tidak ingin menganggu Aretha. Dari atap ini Reva bisa melihat mereka semua, senyum Reva mengembang. Selama ia sekolah di sini cukup banyak kenangan yang telah ia lakukan dan hampir semua kenangan itu adalah sifat buruknya selama di sekolah. Kali ini Reva merasa tenang, ia tidak perlu bersikap seperti dulu lagi.

"Kamu di sini ternyata."

Reva menoleh ke arah suara, Ia tersenyum manis saat mengetahui Ezra sedang berada di atap sekolah. Reva memang sudah memikirkan perasaannya. Ia mulai menyukai Ezra yang dulunya cowok yang sangat ia benci, bahkan pernah menyumpah kalau ia tidak akan menyukai cowok seperti Ezra. Namun takdir berkata lain, Reva seakan-akan menelan semua ucapannya itu.

"Aku belum tanda tangan di baju kamu," Ujar Ezra sehingga Reva menantapnya dengan sorot bertanya lalu melihat baju nya yang memang sudah penuh dengan coretan dari teman-temannya dan juga cat.

"Ah itu...." Reva melihat lagi bajunya, ia tidak menemukan tempat untuk tanda tangan Ezra di seragamnya. Reva meringis kepada Ezra membuat Ezra terkekeh, ia mendekat kepada Reva sehingga jarak di antara mereka hanya terpisah dua langkah kecil. Reva menjadi gugup di buatnya, mata nya bergerak tidak menentu untuk menghindari tatapan Ezra yang sangat dalam padanya.

"Kalau memang gak ada tempat di baju kamu, apa boleh nama aku isi hati kamu?"

Reva semakin gugup, bahkan ia sudah menggigit bibirnya gelisah.

Melihat kegelisahan dari wajah Reva, Ezra tersenyum kecil. Memang agak aneh bagi mereka karena awal pertemuan mereka berdua saling membenci namun seiring berjalan nya waktu rasa benci itu berubah menjadi peduli lalu membentuk rasa cinta.

"Aku tahu ini kamu pasti bingung. Tapi aku memang benar-benar cinta sama kamu, Re. Aku sayang sama kamu."

Reva diam. ia tahu kalau Ezra memang tulus mencintainya. Reva bisa melihatnya dari sorot mata cowok itu dan juga perbuatannya pada Reva selama ini. Reva tidak bisa menyangkal ucapan dari Ezra untuknya.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang