"Balikin ikat rambut gue!" Suara bernada mengancam membuat kesadaran Ezra kembali, tubuhnya mendadak kikuk saat Reva berjalan mendekatinya bahkan tubuh perempuan itu hampir menyentuh dadanya. Hal itu membuat Ezra semakin kikuk dengan respon Reva yang tiba-tiba kepadanya.
Reva berhasil mengambil karet rambutnya walaupun ia mengambilnya secara kasar tanpa memperdulikan reaksi wajah Ezra yang terlihat dengan jelas sangat terkejut dengannya tapi yang namanya Reva ia selalu saja bersikap masa bodoh dengan reaksi cowok itu.
"Pendek! Lo mau kemana?" Teriakan dari Ezra saat Reva ingin menyusul Aretha menjadi terhenti setelah mendengar nada panggilan yang tidak enak di dengar untuknya.
Reva menghela nafasnya panjang, ia memang cukup sabar menghadapi sifat Ezra yang selalu saja mengundang rasa amarahnya. Tangan cewek itu mengambil topi yang tadi terlepas dari kepalanya lalu memakainya kembali.
Tubuh Reva memutar setengah dengan mata menatap Ezra sinis. "Nama gue Reva bukan pendek, perlu gue ejain buat lo?"
Ezra tersenyum tipis, baru saja ia ingin membalas ucapan kasar dari Reva. Dua temannya datang sambil menepuk bahunya cukup keras, ah yang menepuk bahu nya adalah Wildan.
Reva yang menyadari Wildan dan Azka menghampiri Ezra memilih untuk berbalik badan untuk menyusul Aretha yang saat ini tengah melihat dengan sorot kekaguman pada cowok di belakang tubuhnya. Raut wajah Reva mungkin bisa dikatakan saat ini seperti hendak menerkam orang, cewek itu menarik paksa tangan sahabatnya untuk pergi dari tempat ini secepat mungkin agar ia tidak berurusan lagi dengan cowok menyebalkan itu.
"Loh Re, kita mau kemana?" Tanya Aretha.
"Kita pergi ke tempat lain aja, udah gak mood gue nonton bioskop," Jawab Reva dengan nada ketus sambil terus berjalan tanpa memperdulikan raut wajah keberatan yang di tunjukkan oleh Aretha.
Reva bisa menebak mengapa sahabatnya ini seperti keberatan untuk pergi dari sini, penyebab nya adalah cowok modus yang bernama Wildan itu yang membuat sahabatnya ini mendadak ketar-ketir seperti melihat artis k-pop. Reva pun heran dengan Aretha yang begitu mengagumi Wildan, padahal sudah jelas sekali kalau cowok yang berwajah tampan itu memang suka memainkan perasaan para cewek di sekolahnya.
"Woi pendek! mau kemana lo?" teriakan Ezra kembali terdengar dari belakang membuat Reva meringis kesal mendengarnya. Ia menurunkan topinya untuk menutupi wajahnya. Suara Ezra begitu keras sehingga berapa pengunjung mall melirik ke arah mereka dengan raut wajah ingin tahu. Reva menebalkan indra pendengarannya untuk tidak mengubris panggilan yang di sematkan Ezra untuknya.
Ia merasa cowok itu tidak akan membiarkannya kabur sekarang, Kaki Reva lebih cepat melangkah agar cepat keluar dari mall ini. Ia tidak memperdulikan keluhan sahabatnya yang sepertinya merasa susah berjalan saat ini dengan posisi tangan di tarik olehnya dengan keras. Reva terlanjur panik sampai ia melihat lift yang tidak jauh dari arah mereka. Sedikit berlari ia membawa Aretha ke lift yang tidak jauh dari mereka. Tangannya pun terlihat gemetar saat menekan tombol untuk membuka pintu lift hingga pintu besi itu pun terbuka, Ia menghela nafasnya dengan lega saat melihat di dalam lift tidak berisikan orang, alias kosong. Reva tidak menyiakan kesempatan ini untuk segera masuk ke dalam lift. Baginya lebih enak berada di dalam lift tidak banyak orang dari pada banyak orang.
"Tekan tombol bawah," pinta Reva kepada Aretha yang berada dekat di tombol lift.
"Re!"
"Sudah cepetan! lo mau liat gue tersiksa berurusan sama Ezra?" ujar Reva kesal. Aretha hanya menghembuskan nafasnya sambil melakukan apa yang di pinta Reva.
Akhirnya dirinya bisa kabur dari cowok menyebalkan itu. Reva begitu lega saat pintu lift mulai bergerak untuk menutup, namun saat pintu itu sedikit lagi berhasil tertutup sempurna sebuah tangan menahannya sehingga pintu lift kembali terbuka membuat bola mata Reva membulat terkejut saat melihat sosok yang berada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confession Of Love
Teen Fiction"Dia itu sebenarnya lemah tapi ia tidak pernah memperlihatkannya" ****** aku benci dia dan akan selamanya ia menjadi rivalku! dia yang selalu membuatku mendadak kesal dengan kehadirannya yang terbilang sangat sempurna yang membuatku semakin benci d...