BAB 17

164 14 0
                                    

Menjelang pagi, Reva mendengar ketukan kamar beserta suara alarm dari jam di sampingnya membuat tidurnya menjadi terganggu. Reva berdecak kesal, kakinya menendang selimut dengan geram sehingga selimutnya berantakan di dekatnya. Ia paling benci jika ada ada yang menganggu tidur pulasnya.

Tangannya pun menggapai mengambil jam di dekatnya lalu mematikan suara yang begitu menganggu nya, setelah berhasil mematikan suara alarm tersebut Reva meletakkan asal jam nya di lantai. Sungguh matanya sekarang begitu berat terlebih tubuhnya saat ini sangat lelah.

Reva mencoba kembali tidur, namun ketukan di pintu membuatnya kembali berdecak. Ia lupa kalau tadi ada yang mengetuk kamarnya. Setengah malas Reva bangkit dari tidurnya dengan mata terbuka sebelah lalu membuka pintu kamar.

"Non Reva," Reva menyipitkan matanya sambil berusaha membuka lebar matanya, ia melihat Bi Tuti yang sedang membawa nampan berisi sarapan pagi.

"Letakin aja Bi sarapan aku di atas meja," Ujarnya serak khas orang habis bangun tidur. Bi Tuti mengangguk dan berjalan masuk ke dalam kamar milik majikannya setelah Reva membuka lebar pintu kamarnya. Reva mengusap wajahnya, ia harus segera siap-siap untuk pergi sekolah jika tidak ingin pintu gerbang sekolahnya ditutup.

Reva keluar dari kamarnya saat ia selesai bersiap untuk pergi ke sekolah, ia berjalan perlahan turun dari tangga dengan menenteng pegangan tas sekolah tanpa memakainya di punggung. Ia bersikap dingin saat melewati ruang makan di mana selalu ada tiga orang yang sudah begitu asing di matanya sedang melakukan sarapan pagi bersama. Reva menghela nafasnya panjang kemudian melanjutkan jalannya. Tanpa di sadari dari ruang makan Lydia melihat anak tirinya yang baru saja turun dari kamarnya.

Ia pun bangkit sambil membawa kotak bekal yang ia siapkan, Lydia sedikit berlari untuk menyusul Reva yang sudah berada di pintu rumah.
"Valin!!" Panggilnya dan berhasil membuat Reva menghentikan pergerakan tangannya yang ingin membuka pintu rumah.

Lydia tersenyum saat Reva mendengar panggilannya, senyum lebar terbit di bibirnya. "Valin, Ibu mau kasih kamu ini." Reva menghela nafasnya seraya menundukkan kepala, ia masih belum berbalik badan karena ia cukup muak dengan wajah orang yang tidak ia sukai selama ini. Genggamannya kepada kenop pintu menguat membuat buku jarinya memutih.

Berapa kali ia harus mengatakan kepada dua orang di rumah nya ini supaya tidak mendekatinya lagi? Ia sudah capek selalu bersikap seperti ini selayaknya menerima Ibu dan Kakak tirinya di rumahnya.

"Valin." Reva menghembuskan kembali nafasnya nya lalu berbalik dengan wajah dingin dan mata memandang tidak suka kepada Lydia yang masih menampilkan senyuman hangatnya kepada Reva. Ia sudah terbiasa menerima respon dingin Reva kepadanya.

Lydia memberikan kotak bekal kepada Reva yang masih terdiam di depannya. Sedangkan Reva memandang malas ke arah kotak pemberian Lydia untuknya. Mau apa lagi Ibu tirinya ini?

Lydia kembali tersenyum. "Di makan ya nak? Ibu masakin makanan kesukaan kamu. Ibu harap kamu suka dengan masakan Ibu," Ujar Lydia dengan lembut.

Reva tersenyum mengejek lalu mengambil kotak bekal dari tangan Lydia dan memegangnya di depan wajah Ibu tirinya. "Ibu lagi, Ibu lagi. Ck! Capek gue jelasin sama Tante, gak ngerti-ngerti juga sama ucapan gue!" Reva berjalan selangkah mendekati Lydia dengan wajah menggeram. "Tante gak perlu siapin makanan buat gue! Karena sampai kapan pun Tante gak akan pernah bisa jadi Ibunya aku! Gak akan bisa! Ngerti gak?" Bentaknya kasar membuat Lydia menyentuh dadanya.

Ia melakukan ini karena dia memang sangat sayang dengan putri dari suaminya ini, tidak ada terlintas sedikit pun ia mempermainkan keluarganya ini.
"Valin, maafin Ibu, Ibu gak bermaksud-"

"Ah udah lah! Capek gue ngomong sama Tante. Ini terakhir kalinya buat Tante. Gak perlu sok akting depan Ayah gue kalau Tante itu pantas jadi Ibu gue. Muak gue lama-lama liatnya!" Ketusnya lagi dengan nada mengancam. Lydia menundukkan kepalanya sambil menahan air mata yang sedari tadi ingin turun.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang