BAB 16

183 12 3
                                    

"Lo mau bawa gue kemana? Lepasin gue!" Pekik Reva dengan kencang saat dengan teganya Ezra menarik tali tasnya saat ia berjalan bersama Aretha tadi. Bodohnya Aretha malah membiarkan dirinya di perlakukan seperti ini dengan Ezra. Lihat saja, Reva akan membuat perhitungan dengan sahabatnya itu yang tidak mau menolong dirinya.

Ezra melepaskan pegangan nya seraya melihat ke arah Reva yang saat ini bersedih kesal sambil menggumam yang isiannya adalah kata makian untuk nya.
"Gue mau latihan futsal, lo temenin gue." Ujar Ezra dengan tenang membuat Reva langsung mendongkak wajahnya.

Reva menunjuk dirinya dengan ekspresi menahan marah. "Gue temanin lo latihan futsal?" Ulangnya yang di balas anggukan kepala Ezra.

"Gak! Gue gak mau! Lagian kenapa sih gue harus ikut lo? Gak, gak, gak!!"

"Lo lupa sama perjanjian kita?"

Reva menghembuskan nafasnya, sial.

"Gue belum ganti baju, belum makan siang, gue juga harus tidur siang!"

Ezra tersenyum miring, tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. "Lo bukan bocah, gue gak mau alasan. Lo harus ikut gue," Putus Ezra, ia pun berjalan ke arah mobil miliknya tidak memperdulikan Reva yang sudah mengacak rambutnya frustasi.

Reva menggigit bibirnya, kakinya mengetuk lantai. Saat ini ia harus memikirkan cara agar ia tidak harus mengikuti perintah Ezra. Sedetik kemudian Reva mendapakan idenya lalu menyusul Ezra.

"Gue gak bisa ikut lo."

Ezra terdiam, alisnya terangkat sebelah.

Reva berdehem mencoba menstabilkan perasaannya. "Gue bawa mobil, gue gak mungkin kan tinggalin mobil gue di sekolah," Jelasnya. Dan ini merupakan alasan yang paling jitu baginya. Dalam hati ia sudah berdoa semoga Ezra mengubah pikirannya Reva harus ikut dengannya.

Ezra tertawa mengejek membuat Reva hanya terdiam di tempat sambil mengerutkan keningnya. Apa ia salah bicara?

"Siapa juga yang suruh lo semobil dengan gue? Gue minta lo ikut gue bukan berarti lo harus semobil sama gue."

Jleb! Reva saat ini mati kutu atas ucapan Ezra yang frontal.

"Lagian gue gak sembarangan ngasih cewek modelan kayak elo semobil dengan gue, lo ikutin gue dengan mobil lo."

Ezra sialan! Ezra kurang ajar, Ezra kencing kuda! Segala makian memenuhi seluruh isi hatinya untuk cowok di hadapannya yang sudah masuk ke dalam mobilnya. Reva merasa harga dirinya langsung jatuh di hadapan Ezra saat ia mengatakan hal itu untuknya.

"Sabar Reva, sabar. Ini ujian, ujian dari Tuhan."

Dan sekarang Reva harus bisa menahan rasa emosinya untuk cowok yang sedang bermain di lapangan futsal tidak jauh dari arahnya yang sedang duduk sambil menopang dagu dengan bosan. Buang-buang waktu saja ia harus menunggu Ezra latihan futsal sedangkan dirinya saat ini ingin sekali bergelung di kasur empuk nya dan makan cemilan manis yang selalu di buatkan Bu Tuti untuknya saat ia pulang sekolah. Namun, semua hal yang di inginkan nya harus bisa ia tahan untuk sementara waktu demi menghindari panjang waktunya ia menjadi pesuruh Ezra kampret.

"Kalau aja tu cowok gak pinter ngomong udah gue begokin dia dari kemarin-kemarin!" Sungut Reva dengan memonyongkan bibirnya ke depan, tenang. Saat ini yang ia butuhkan adalah menenangkan dirinya supaya tidak merugikan dirinya.

Reva berdecak kembali, matanya memperhatikan malas tempat latihan Ezra. Gedung futsal ini luas, namun tidak seluas lapangan sepak bola. Yang ia syukuri adalah gedung futsal ini di penuhi atap yang artinya Reva bisa sedikit tenang untuk tidak merasakan teriknya matahari. Akan tetapi, sayang sekali gedung futsal tempat latihan Ezra tidak menyediakan kipas angin atau pendingin ruangan, membuat Reva sedari tadi mengipasi wajahnya dengan telapak tangannya.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang