BAB 49

106 4 1
                                        

Suara deburan ombak yang terdengar bersahut-sahutan menjadi alunan suara yang begitu menenangkan di telinga wanita yang sedang duduk di bibir pantai sambil menekuk lututnya seraya memandang pemandangan yang sudah lama tidak ia lihat. Bali. Merupakan tempat destinasi yang paling sering di kunjungi oleh masyarakat maupun turis mancan negara. Pulau ini di kenal dengan istilah "Pulau Dewata". Bali juga di kenal dengan pegunungan berapi yang hijau, terasering sawah yang unik, pantai, dan terumbu karang yang cantik. Pemandangan ini selalu membuat manusia yang melihat nya berdecak kagum atas ciptaan tuhan yang tidak dapat di tandingi oleh siapapun.

Seperti Reva yang sejak tadi duduk sendiri di pinggir pantai terus mengulas senyumannya. Saat ini ia sedang menikmati sunset yang akan segera tiba. Ia ingin melihat keindahan warna jingga saat matahari terbenam, saat-saat itulah yang paling di tunggu oleh Reva.

"Aku dari tadi cari kamu, ternyata kamu ada di sini," Sebuah suara membuat wanita berparas cantik itu menoleh kearah sumber suara lalu senyuman lembut terbit dibibir nya yang berwarna merah muda tanpa di olesi dengan lipstik.

"Aku lagi nunggu sunset, udah lama gak liat matahari terbenam. Kamu mau ikutan?"

Senyuman dari laki-laki itu mengembang sempurna membuat wajah nya terlihat sangat tampan. Azka memang memiliki paras yang sama dengan Ezra. Tampan dan bisa memabukkan setiap wanita yang melihat wajah mereka, namun saat ini hati Reva tidak bergetar hanya melihat senyuman Azka yang tulus untuknya. Susah baginya untuk jatuh ke pesona Azka yang menyukai nya. Hati nya masih terpaut pada satu nama yang tujuh tahun selalu menghantuinya sampai saat ini. Ezra Weda Pratama. laki-laki yang ia lepaskan tujuh tahun lalu untuk mengejar cita-cita nya di negeri orang.

Azka tidak menjawab. Ia hanya ikut duduk di samping Reva sambil memperhatikan wajah cantik Reva dari samping yang sudah memalingkan wajah nya untuk memperhatikan sekeliling mereka yang masih ramai oleh pengunjung untuk menikmati matahari terbenam seperti mereka saat ini. Senyum Reva terbit saat melihat pengunjung keluarga yang tertawa bersama sehingga hatinya berdesir hangat melihat nya. Kenangan yang indah saat berada di Bali.

"Kamu baik-baik aja?" Tanya Azka saat keheningan cukup lama di antara mereka sehingga Reva menoleh sebentar sambil menguraikan senyuman tipis di bibirnya.

"Baik kok, kalau pun gak baik aku akan tetap terus coba jadi baik." Balas nya tanpa menoleh pada Azka yang memperhatikan raut wajah Reva.

Setelah itu mereka kembali terdiam, Azka diam karena tidak ingin menganggu Reva yang memang tampak menikmati pemandangan yang ada di hadapan mereka. Waktu lambat laun bejalan sampai bola mata mereka melihat warna jingga yang perlahan makin terang. Matahari terbenam akan segera tiba, baik Reva dan Azka sama-sama tertarik untuk merekam momen indah tersebut.

"Azka...." Panggil Reva pelan. Ia tetap memperhatikan sunset yang sangat indah di mata nya.

Azka menoleh dan hanya bergumam pelan. Reva kembali tersenyum. Kali ini ia menatap Azka cukup lama, memperhatikan tatapan laki-laki di samping nya ini yang memandang nya dengan sorot lembut.

"Kamu pilih di cintai atau mencintai?" Tanya Reva dengan nada pelan namun tampak serius.

Azka terdiam. Lama sekali berpikir.

"Kamu pilih di cintai ya?" Reva menebak, kodrat nya setiap manusia tentu memilih di cintai dari pada mencintai.

Azka berdehem sebelum berbicara. "Ada terdapat satu rasa bahagia yang akan di rasakan oleh setiap orang saat di cintai oleh seseorang. Tapi, aku nggak suka di cintai. Di cintai itu artinya kita harus memilih untuk membalas cinta yang orang yang mencintai kita atau justru menolak nya. Kita di hadapkan dengan dua pilihan yang rumit. Dan pilihan itu merupakan salah satu pilihan yang sangat rumit, ibarat nya kita memilih sesuatu benda yang tidak kita bisa lihat dengan mata kita, hati kita lah yang memilih nya."

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang