BAB 32

136 14 1
                                        

Satu bulan kemudian.

Ezra memantulkan bola basket beberapa kali dalam keadaan duduk, hari ini mungkin menjadi hari yang paling di senangi oleh semua siswa di sekolahnya, pasalnya hari ini guru sedang mengadakan rapat mendadak tentang ujian nasional yang di adakan beberapa bulan lagi dan itu memakan waktu yang cukup lama sampai guru mengabarkan kepadanya rapat guru selesai setelah jam pulang sekolah, hal itu membuat semua siswa bersorak keriangan terbebas dari jam belajar begitu pula dengan Ezra yang sedang duduk bertiga di lapangan basket.

Tubuh mereka berkeringat setelah bermain basket cukup lama di bawah terik matahari dan sekarang Ezra cukup kelelahan dan memilih untuk berteduh di bawah pohon. Kelas nya XII IPA-1 tampak riuh dari kejauhan dan tentunya sekarang beberapa temannya tengah sibuk dalam kesibukan mereka masing-masing.

"Sebentar lagi kita bakalan tinggalin sekolah ini," Kata Wildan yang duduk di sebelahnya sembari mengamati sekolah mereka dari arah lapangan, Ezra dan Azka pun melakukan hal yang sama. Mereka bertiga cukup lama mengamati sekolah mereka.

"Gue gak nyangka waktu cepet banget berjalan, baru aja gue masuk ke sekolah eh sekarang udah mau ujian nasional aja," Celetuk Wildan kembali, Ezra hanya terkekeh geli.

Ia merasakan hal yang sama seperti Wildan, waktu berjalan begitu cepat sampai ia tidak sadar kalau dirinya sebentar lagi akan lulus dari sekolah ini.

Tiba-tiba saja dari arah yang tidak jauh dari mereka, Ezra mendengar suara tawa yang familiar di telinganya. Ketika ia menoleh untuk menemukan suara tersebut Ezra melihat sosok yang selama sebulan ini ia hindari, ah ralat! Sosok itulah yang kelihatan menghindari dirinya.

Reva yang sekarang tertawa bersama Aretha menarik perhatian Ezra, sudah lama ia tidak mendengar tawa dari Reva sampai ia sendiri tanpa sadar menarik bibirnya ke atas. Sejak kejadian di UKS, baik Reva maupun Ezra memilih untuk saling menjauh satu sama lain, mereka beberapa kali berpapasan entah itu di kantin, di parkiran sekolah atau di koridor sekolah. Dan Reva bersikap kepadanya seperti tidak mengenal Ezra, untuk pertama kalinya Ezra cukup kesal dengan sikap cewek itu yang tidak menganggap nya namun ia berpikir ulang, untuk apa dirinya harus merasa keberatan kalau dirinya saja juga merasakan hal yang sama. Ezra dan Reva hanya di pertemukan dengan satu kejadian yang kurang beruntung sehingga mereka berakhir dengan keadaan tidak beruntung pula.

Sejak saat itu, Ezra pun memilih bersikap tidak peduli saat dirinya beberapa kali bertemu dengan Reva hingga sekarang.

"Lo udah berapa lama gak ngomong sama Reva?" Tanya Wildan, ia mengikuti arah mata Ezra yang sedang memperhatikan dua cewek yang sedang berjalan sambil tertawa tanpa memperdulikan sekeliling.

Wildan dan Azka sudah mengetahui masalah di UKS, dan mereka berdua memilih diam. Toh, Ezra dan Reva gak pacaran dan mereka tidak memusingkan hal yang menurut mereka tidak penting.

Ezra menghela nafasnya berat, tangannya meletakkan bola basket di samping kaki Wildan. "Sebulan," Jawab nya pendek.

"Gue perhatiin kenapa lo yang kelihatan berat gak bisa berurusam lagi dengan cewek bar-bar?"

Ezra memalingkan wajah cepat ke Wildan dengan ekspresi wajah tidak senang. "Gue? Gila aja lo, justru gue senang dia gak selalu dekat dengan gue," Bantah Ezra cepat.

Wildan mengulum bibirnya dengan pandangan menyelidik, dan itu merupakan ekspresi yang menyebalkan bagi Ezra. "Kok gue ngerasa sikap lo malah sebaliknya, lo suka sama dia? Lo udah lupain Freya?"

Freya?

Apakah ia lupa dengan sosok yang cukup penting dalam hidupnya?

"Kepo lo!" Ezra menjitak kepala Wildan dengan keras sehingga pekikan keras terdengar.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang