NOW PLAYING : (G)-idle - Help Me
SELAMAT DATANG DI CERITA BARU, SEMOGA KALIAN SUKA :)
Bagi kalian yang mulai mengikuti cerita ini, budayakan vote dan komen setelah kalian membaca cerita ini. Walaupun cerita ini masih baru dan belum terlalu menarik setidaknya hargai lah kerja keras aku sebagai author 🙂cerita ini aku buat untuk menghibur kalian semua❤
Reva Damarin Heriwijaya
****
Malam hari nya Ezra keluar bersama dua sahabat nya seperti biasa di lapangan basket dekat rumah Ezra yang
memang di sediakan di komplek perumahannya, tetapi kali ini Ezra tidak bersemangat seperti biasa. Pikirannya di penuhi dengan hal-hal yang terjadi tadi hal itu membuatnya hanya duduk terdiam di dekat ring basket sambil menonton Azka dan Wildan sedang merebutkan bola basket itu untuk masuk ke dalam ring dengan gaya sempurna.
Ezra menghela nafasnya saat tatapannya justru terlibat tidak fokus, kejadian tadi di mana ia melihat Reva untuk pertama kalinya sangat menganggu dirinya yang sejak tadi memikirkan bagaimana keadaan cewek itu setelah ia mengantarkannya sampai rumah.
Ia bisa mengingat dengan jelas bagaimana cewek itu begitu dia ketika ia mengantar Reva, cewek itu seperti sedang memikirkan sesuatu yang tidak bisa Ezra nyelami apa yang sedang ia pikirkan.
Ia juga tidak bisa menghalau rasa penasarannya saat bapak tua tadi yang mengungkit Ibu Reva yang ternyata sudah meninggal sehingga ia bisa melihat dengan jelas reaksi tubuh Reva seakan mematung dan dia begitu rapuh, marah, sedih. Semuanya bercampur aduk ketika Ezra melihat Reva yang kehilangan kendali dirinya tadi. Sebenarnya apa yang membuat Reva bisa seperti itu sehingga cewek itu tampak begitu rapuh.
Dan apa yang terjadi sebenarnya dengan cewek itu sehingga ia hilang kendali saat kedua orang tuanya di libatkan dalam perdebatan panas tadi?
Agh! Semakin memikirkannya justru semakin membuat kening Ezra berkerut dan ia merasa frustasi karena di landa oleh rasa penasaran hanya karna sifat Reva yang tidak ia kenal. Mungkin benar ia belum mengenal cewek itu begitu jauh mengingat mereka baru dekat beberapa minggu ini, itupun setiap mereka bertemu baik Ezra maupun Reva tidak pernah bertemu atau berbicara dalam keadaan baik seperti orang lainnya, mereka berdua selalu saja adu mulut.
Ezra menghela nafasnya seraya mengacak rambutnya dengan kencang sehingga tatanan rambutnya menjadi berantakan tetapi ia tidak peduli dengan penampilannya sekarang, sifat Reva begitu menganggu dirinya sekarang.
"Sebenarnya apa yang dia tutupi selama ini? Kenapa gue ngerasa aneh setelah kejadian tadi?" Ujarnya pada diri sendiri sambil menelengkan kepalanya.Bola basket tiba-tiba saja mendarat tepat di atas kepalanya membuat Ezra tersadar dari pikirannya, cowok itu meringis saat merasakan nyeri akibat benturan bola basket yang keras.
"Aakk! Sakit bego!" Makinya pada dua sahabat nya yang berhenti bergerak saat melihat sasaran bola basket mengenai kepalanya.
Wildan lah yang pertama memberi reaksi dengan sikap nya yang menyebalkan, ia mendekati Ezra yang memandangnya dengan tatapan kesal namun yang namanya Wildan ia tidak akan pernah takut dengan Ezra yang bisa saja marah kepadanya. Orang yang bisa membuatnya takut dan canggung di waktu bersamaan ada Azka yang selalu membawa aura dingin serta misterius.
"Gue gak salah, bola nya mungkin yang terlalu cinta sama kepala lo," Katanya enteng. Ia ikut gabung duduk bersama Ezra di penuhi dengan keringan sehingga baju kaosnya basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confession Of Love
Ficção Adolescente"Dia itu sebenarnya lemah tapi ia tidak pernah memperlihatkannya" ****** aku benci dia dan akan selamanya ia menjadi rivalku! dia yang selalu membuatku mendadak kesal dengan kehadirannya yang terbilang sangat sempurna yang membuatku semakin benci d...