NOW PLAYING : Feelings - Lauv
Keesokan hari nya Reva pergi ke sekolah dengan keadaan seperti biasa, hidupnya terlalu monoton untuk seorang pelajar seperti nya apalagi tidak ada hal yang ingin ia lakukan sekarang dan juga di masa depan. Dalam hati Reva tidak memungkiri kalau dirinya begitu iri pada teman-temannya di sekolah yang mempunyai hidup sempurna. Keluarga yang mencintai mereka, hidup tanpa beban, dan pergi bersenang-senang bersama sahabat.
Reva tahu hidup dirinya berkecukupan selama ini, bahkan lebih. Bisa saja ia bersenang-senang bersama Aretha namun kalau ia melakukan itu, kesenangan yang ia dapati hanya sesaat. Hal itu membawa nya menjadi tidak mengenal dirinya lagi. Ia hanya ingin kehangatan, orang tua yang peduli dengan nya khususnya Ayah nya yang mau mendengar apa yang ingin Reva katakan selama ini dan berhenti membandingkannya dengan Kanaya, kakak tirinya.
Reva mendesah panjang, sejak tadi ia terdiam cukup lama di dalam mobilnya dengan tatapan kosong. Reva capek selalu hidup dengan topeng nya. Ia ingin sekali menunjukkan kepada semua orang kalau dirinya yang terkenal bad girl bukan lah seperti ini. Reva jauh dari kata perempuan nakal.
"Gue benci dengan hidup gue!" Ujar nya sambil mencengkram setir mobilnya. Kepalanya di antuk kan kepada setir dengan keras berharap dirinya menjadi seperti semula.
Ingatan Reva kembali pada saat di mana ia kembali menguburkan keinginannya untuk bermain musik. Ya Tuhan! Ia begitu merindukan di mana dirinya bisa seperti dulu, menjadi Reva yang ceria dan di cintai oleh banyak orang. Reva yang begitu mencintai musik, dan Reva dengan dunia nya.
Reva kembali menghembuskan nafasnya panjang, mata nya terbuka. Ia ternyata sudah menangis dan Reva baru menyadarinya saat punggung tangannya sudah basah. Inilah yang paling ia takutkan saat orang-orang melihat nya dalam keadaan seperti ini apalagi orang-orang tau dengan kekurangan nya yang mengidap penyakit mental.
Reva merasakan dirinya merupakan orang yang begitu menyedihkan di dunia ini.
Kedua tangan Reva memukul pelan pipinya berusaha untuk menyadarkannya. Yah! Bagaimana pun juga Reva harus tetap menjalani hidupnya seperti ini walaupun dirinya tidak mau dengan keadaan hidupnya yang serba berantakan khusunya masalah keluarga nya yang membuatnya begitu membenci melihat dua wanita itu di rumah nya.
"Lo harus kuat Reva, jangan lemah! Lo harus bisa buktiin ke Ibu kalau lo baik-baik saja!" Kata nya menyemangati dirinya sendiri dengan tegas. Setelah merasakan dirinya sudah membaik seperti semula, Reva pun keluar dari dalam mobilnya dan langsung saja menunjukkan ekpresi cengiran khas nya saat dirinya berpapasan dengan satpam sekolah nya.
Tak lupa juga mengucapkan selamat pagi sambil menepuk-nepuk bahu satpam sekolahnya yang melihat nya dengan raut wajah kebingungan sekaligus wajah seram.
"Pak, senyum itu ibadah loh apalagi berbagi senyum nya sama saya, insya Allah bapak dapat rezeki karna berbuat baik sama anak murid,"
Pak Sumardi namanya, ia merupakan satpam baru di sekolah mereka, tidak lupa juga dengan adanya penambahan satpam di sekolah mereka itu artinya penjagaan di sekolah bakalan di ketatin agar mengurangi siswa yang ingin cabut saat jam pelajaran. Namun itu tidak berlaku dengan Reva yang sudah tau seluk-beluk jalan mana yang bisa membantunya untuk cabut dari sekolah.
"Ngapain juga saya harus senyum sama kamu," Balas Pak Sumardi.
Reva berdecak, bibirnya monyong ke depan. "Serah deh Pak, yang penting data udah ingatin kalau senyum itu ibadah apalagi di pagi hari," Kata Reva dengan santai sehingga bibir pak Sumardi berkedut di ikuti dengan kumis nya yang naik turun seperti menahan tawanya.
Reva menepuk kembali bahu Pak Sumardi seperti berhadapan dengan temannya bukan dengan orang tua. Alias kurang sopan santun.
"Saya tau bapak sekarang nahan ketawa, kumis bapak joget-joget dari tadi. Dah bapak Sumardi yang kumis nya cetar membahana mengalahkan kumis gue yang gak ada apa-apa nya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Confession Of Love
Jugendliteratur"Dia itu sebenarnya lemah tapi ia tidak pernah memperlihatkannya" ****** aku benci dia dan akan selamanya ia menjadi rivalku! dia yang selalu membuatku mendadak kesal dengan kehadirannya yang terbilang sangat sempurna yang membuatku semakin benci d...