Semuanya terasa gelap dan dingin. Aku tidak tahu dimana diriku saat ini berada. Aku begitu takut. Di sini begitu gelap, aku tidak dapat melihat apapun. Hanya deru nafas ku yang bisa ku dengar. Semuanya terlihat mengerikan.
Di mana aku? Apakah aku sudah mati? Apakah Tuhan menghukum ku karena mengambil jalan yang sudah salah?
"Ibu.... " Panggil ku dengan suara bergetar, saat ini aku hanya dapat berdiri sambil memeluk diri ku sendiri. Aku begitu ketakutan.
Di mana aku sekarang? Kenapa semuanya menjadi begitu senyap dan gelap?
Aku semakin terisak begitu merasakan rasa dingin menembus pori-pori kulitku. Aku butuh pertolongan.
Ibu....
Tolong aku!
"Valin.. "
Tangisan ku berhenti, apakah aku tidak salah mendengar? Siapa yang memanggil nama ku?
Aku menatap ke depan walau diriku tidak dapat melihat apa-apa. Perlahan kaki ku mencoba berjalan dengan pelan masih melirik ke sekitar. Semakin lama aku berjalan, iris mata ku menangkap sebuah cahaya kecil dari hadapan ku yang jarak nya cukup jauh.
Aku seperti mendapatkan arah, dan langsung saja diriku berlari sekencang mungkin untuk mendapatkan cahaya yang semakin lama semakin bisa kulihat sehingga aku dapat melihat dengan jelas sekeliling ku.
Ini aneh, mengapa semuanya tampak begitu sangat luas seakan tanpa pembatas?
Aku semakin berlari dan berhasil menembus kegelapan yang membuat ku ketakutan dan disinilah aku berdiri di tempat antah berantah yang sama sekali tidak aku ketahui. Hanya padang rumput hijau membentang luas tanpa seorang pun. Hanya aku yang berada di sini, bahkan suara hewan tidak ada.
Nafas ku kembali tidak beraturan, semakin kebingungan depan tempat yang aku pijak sekarang.
Sampai aku mendengar suara itu lagi...
Suara yang memanggil ku dengan nada lemah.
Dan saat aku kembali mengedarkan pandangan, aku menangkap sosok yang berdiri memunggungi ku. Dari bentuk tubuhnya terlihat familiar.
Aku hanya diam, tidak mampu bergerak untuk beberapa menit sampai punggung itu berbalik sehingga aku bisa melihat sosok tersebut.
Senyum ku melebar, sosok tersebut adalah sosok yang bertahun-tahun aku rindukan. Aku pun berlari menghampirinya dan langsung memeluk tubuhnya. Aku terisak.
Apakah ini hanya mimpi? Atau diri sendiri yang sudah berada di alam yang sama dengan ibu ku?
Tangan lembut itu mengelus rambut ku.
Oh Tuhan, aku begitu merindukan sosok ini.
Aku sangat bahagia.
"Valin rindu Ibu," Ujar ku dengan bergetar karena tangisan.
Ibu ku terkekeh dalam pelukan sampai dirinya mencoba menguraikan pelukan kami lalu tangannya menghapus air mata di pipi ku. Aku memegang jemarinya kemudian mencium nya dengan rasa kerinduan.
"Valin rindu Ibu, " Ulang ku lagi.
Ibu mengangguk, air matanya juga ikut turun. Ia mencium dahi ku cukup lama sampai kulitku merasakan air matanya yang jatuh di atas kulit pipi ku.
"Ibu juga merindukan kamu sayang." Balasnya dengan nada yang sangat lembut. Kami kembali berpelukan untuk waktu yang begitu lama.
Aku begitu bahagia bisa melihat wajah dan juga dapat memeluk tubuhnya kembali. Sudah begitu lama aku menunggu saat-saat seperti ini dimana diri nya bisa melihat diri ku kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confession Of Love
Teen Fiction"Dia itu sebenarnya lemah tapi ia tidak pernah memperlihatkannya" ****** aku benci dia dan akan selamanya ia menjadi rivalku! dia yang selalu membuatku mendadak kesal dengan kehadirannya yang terbilang sangat sempurna yang membuatku semakin benci d...