BAB 8

204 17 1
                                    

Ezra harus menahan kesal saat lagi-lagi ia harus berurusan dengan gadis pembawa onar di sekolah,gadis bar-bar yang sudah mulai merusak ketenangan nya di tahun terakhir. Ia tidak bisa menahan rasa kesalnya saat Reva berani membuat dirinya hampir tersungkur di kantin,yang membuat ia bertambah kesal adalah saat gadis itu melengos pergi sambil menatapnya dengan wajah yang ingin sekali Ezra hajar,Reva memandang remeh kepadanya.

Hal ini membuat Ezra mengatupkan rahangnya kuat,selama ini tidak ada satu pun cewek yang berani buat seperti itu kepadanya,namun Reva pengecualian.

Gadis itu tidak mempunyai rasa takut untuk membalas perbuatannya yang kemarin memang memberi pelajaran buat Reva.

"Udah mending lo segerin ni dengan minum air dingin,gue jamin panas di kepala lo bakalan padam," intrupsi suara yang membuyar kekesalannya,Ezra memicing saat temannya Wildan menempelkan botol minuman dingin di wajahnya sehingga kulitnya sedikit merasa terkejut karena merasakan sensasi dingin yang begitu menusuk.

"Santai bro liatin gue,lo boleh marah tapi jangan lampiasin ke gue" lanjut Wildan sambil terkekeh,ia menatap Azka yang saat ini sedang memerhatikan keduanya.

Ezra menghela nafas,tangannya mengambil botol minuman yang tadi di berikan oleh Wildan untuknya lalu meneguknya perlahan dengan mata yang masih menyorot tajam,karena cewek itu suasana hati nya menjadi buruk seperti sekarang.

"Permisi kak," Suara lembut mengalihkan tatapan Wildan dan Heru menatap ke arah cewek yang saat ini tengah berdiri di samping Ezra namun sayang cowok itu tampak tidak menyadari suara di sampingnya yang merupakan adik kelas mereka.

Wildan menepuk bahu Ezra sehingga cowok itu menoleh kepalanya untuk melihat Wildan yang sudah memberi petunjuk dari wajahnya kearah adik kelas yang sedang memerhatikan wajah Ezra dengan tatapan kagum dan gugup.

Ezra menoleh kearah adik kelasnya dengan wajah malas "Ada apa?" tanyanya singkat menatap datar kearah adik kelasnya yang tampak terkejut dengan balasan Ezra yang kurang bersahabat,ia mengenal kakak kelasnya ini dengan sikap ramahnya kepada semua angkatan sekolahnya.

"Eh itu anu kak, aku di suruh panggil kakak buat ke ruang osis sekarang juga karena sebentar lagi ada pelantikan ketua osis baru," jelas adik kelasnya yang bernama Meska,suaranya tampak takut-takut menatap kearah Ezra.

Ezra menghela nafasnya kembali "Gue pergi dulu, lo berdua makan aja duluan," katanya sembari berdiri tegak saat melihat sahabatnya menganggukkan kepala tanda setuju.

Ezra mengalihkan tatapannya kepada Meska. "Thanks, udah ingatin gue." Meska mengangguk di sertai senyuman lebarnya lalu mengikuti Ezra yang sudah lebih dulu berjalan keluar dari kantin.

"Mimpi apa gue semalam bisa ngomong sama kak Ezra?" gumamnya dengan nada senang, matanya mencuri perhatian kerah Ezra dengan bibir tetap menyunggingkan senyum.

Sedangkan di tempat lain Reva tidak ada henti-hentinya menarik bibirnya ke atas saat di mana ia bisa membalas perlakuan Ezra, ia cukup puas sudah dua kali membuat Ezra tidak bisa berkutik di depan semua orang terlebih wajah Ezra yang mematung tanpa berani membalas sudah memuaskan rasa kekesalannya.

Berbeda sekali dengan Aretha yang memutar bola matanya jengah dengan tingkah Reva yang sudah membuat cowok populer di sekolah menahan malu karena ulahnya. "Lo itu ajaib banget Re,lo itu tau kan Ezra itu banyak banget fans nya kalau sampai mereka tau gue yakin lo habis di buat sama cewek-cewek cetar," kata Aretha kepada Reva yang saat ini menaikkan alisnya.

"Gue duluan yang ngabisin mereka Ta, gak ada yang bisa ngalahin gue di sini, jadi sebelum mereka habisin gue bakalan gue bina terlebih dahulu," balas Reva dengan santai, saat ini mereka sedang duduk di taman sekolah yang tampak sepi dari siswa lainnya.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang