BAB 35

103 6 0
                                        

Kejadian tadi cukup menganggu Ezra khusus nya hati nya yang merasa kesal melihat Azka dan Reva berpelukan tadi, setelah melihat mereka berdua Ezra berlari menuju kelas dalam diam sampai jam pulang sekolah. Sikap diam Ezra tentu membuat Wildan merasa aneh dengan sahabat nya satu lagi.

Ezra sejak tadi diam dan dirinya tidak tahu apa penyebab mengapa Ezra tampak dingin hari ini.

Mereka saat ini sedang berada di kafe tempat di mana mereka sering berkumpul, kafe yang ruangannya khusus untuk mereka. Dan itu semua atas permintaan Wildan yang merupakan pemilik kafe ini.

"Za, lo lagi sariawan? Tumben mulut lo gak ngerocos dari tadi," Wildan semakin kesal melihat dua temannya yang sejak tadi memang bersikap diam. Hal ini lah yang membuat Wildan tidak tahan dengan orang pendiam namun apes nya dirinya mempunyai sahabat yang sifatnya pendiam.

Ezra menoleh sebentar lalu ia mengambil minuman dan meneguk nya sampai kandas. "Emang gue hobi ngerocos?"

Wildan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, memang Ezra bukan tipe orang yang banyak berbicara seperti dirinya. Akan tetapi, di banding Azka yang begitu pendiam, Ezra masih lumayan. Cowok itu memang pendiam tetapi tidak sependiam Azka.

"Gak sih, lo kenapa? Gue liat abis dari keluar kelas lo jadi mode diam," Azka yang sejak tadi bermain hp mengangkat kepalanya secara tiba-tiba. Matanya tertuju kepada Ezra yang sekarang bersikap tidak nyaman.

Saat di mana mata Ezra mengarah kepada Azka mendadak tubuh Ezra menjadi tegang, hal itu membuat Azka mengerutkan keningnya samar tanpa membuka suara.

Wildan merasa aneh dengan dua temannya ini. "Gue mau ambil minum sebentar, lo berdua ada pesanan?"

Keduanya menggeleng kompak dan langsung saja Wildan pergi tanpa sepatah katapun.

Saat mereka tinggal berdua, barulah Ezra menegakkan tubuhnya lalu menatap wajah Azka dengan tatapan menyelidik, ia mencoba bersikap tenang seperti tadi.

"Di sekolah tadi, lo kenapa gak masuk jam belajar? Lo dari mana?" Tanya Ezra kepada Azka yang kali ini menatap nya. Untuk beberapa saat Azka memandang wajah Ezra dengan datar namun tidak dapat di tebak oleh Ezra apa yang sedang di pikirkan oleh Azka.

Azka menghela nafasnya panjang. "Kenapa lo tanya?"

Ezra mengidikkan bahu nya dengan santai tanpa terganggu dengan tatapan tajam dari Azka kepadanya. "Gue cuma tanya, ada yang salah dengan kalimat pertanyaan gue?"

Azka tersenyum tipis seraya menggelengkan kepalanya. "Gue gak kemana-mana,"

"Lo pasti ke sebuah tempat,"

Azka memicingkan matanya, bibirnya tertarik ke atas, sepertinya Ezra tahu kejadian antara dirinya dengan Reva di atap sekolah tadi.

"Lo tau dari mana?"

Reaksi tubuh Ezra tampak tidak nyaman dan itu membuat Azka yakin dengan dugaan nya kalau Ezra melihat semuanya. Saat itu juga Ezra berdecak kesal, ia mengacak rambutnya menjadi kacau.

"Lo ada hubungan apa dengan Reva?"

Azka tersenyum semakin lebar dengan masih menatap wajah Ezra yang sedang melihat nya.

"Lo liat semuanya...-" Gumamnya. Ia menempelkan punggung nya pada kursi sambil menghela nafas, hal itu membuat Ezra kesal dengan Azka yang seperti mempermainkan nya sekarang.

"Gue gak ada hubungan apa-apa sama dia," Lanjut Azka tanpa melihat Ezra.

"Lo yakin?"

"Kenapa? Lo khawatir kalau gue suka sama Reva?"

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang