BAB 26

192 15 2
                                    

Aretha : Reeeeee!!!!!! Lo gak lupa kan sama rencana kita malam ini?

Aretha : Awas aja kalau gak jadi! Gue pecat lo jadi sahabat gue😡

Notifikasi chat membangunkan Reva dari tidur nya yang nyenyak, sepulang dari kafe gadis itu langsung pulang tanpa pamit pada cowok menyebalkan itu dan berakhir dengan dirinya yang langsung tertidur di atas kasur tanpa melepaskan seragamnya terlebih dahulu.

Ternyata menemani cowok menyebalkan itu lebih melelahkan dari pada pergi sekolah setiap hari.

Reva menguap sebentar setelah nya ia mengambil ponsel yang berada di dekat kepalanya dan langsung saja membuka pesan dari Aretha yang mengiriminya cukup banyak pesan dan isinya semua adalah rencana mereka.

Ah, malam ini ternyata malam minggu atau lebih tepatnya jika di sebut dengan sabtu malam. Sebagian orang memanfaatkan malam ini dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Ada yang menghabiskan malam yang di kenal malam para anak muda untuk hura-hura bersama teman, ada juga yang mungkin bahagia bisa mengapeli pacar atau ada juga yang memanfaatkan malam ini untuk berdoa agar hujan supaya para orang yang sedang di mabuk cinta bisa merasakan sepinya menjadi seorang jomblo.

Termasuk juga Reva, bedanya Reva memandang malam minggu ini dari perspektif berbeda dari sebagian orang. Malam ini adalah malam yang sering ia habiskan bersama Aretha untuk menghilang kan beban yang sedang mereka rasakan bukan untuk hura-hura.

Jemari Reva menyentuh keyboard yang ada di layar ponselnya untuk membalas pesan dari sahabat satu-satunya itu.

Jam 7 kita berangkat, gue tunggu di rumah.

Setelah membalas, dirinya langsung bangkit dan menghampiri cermin panjang yang berada di dekat meja rias nya. Ia bisa melihat penampilan dirinya baru bangun tidur. Sangat tidak enak untuk di lihat terlebih penampilan nya saat ini persis seperti anak gelandangan dengan rambut yang mencuat keluar dari ikatan rambutnya dan juga baju seragam yang kusut serta kaus kaki yang melorot sebelah.

Ia tertawa sebentar saat melihat raut wajah nya di cermin, Reva mengambil kembali ponsel yang tergeletak di kasurnya lalu mengambil gambar dirinya sendiri yang tentunya menampilkan ekspresi wajah tidak enak untuk dilihat.

Setelah puas melihat hasil jepretan dirinya, ia pun mengirimkan foto dirinya kepada Aretha dengan gerakan cepat lalu segera meletakkan ponselnya di atas tempat tidur untuk segera membersihkan dirinya agar terlihat lebih segar.

Tidak butuh waktu lama, dirinya selesai membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi dengan jubah baju mandinya. Reva melihat lampu di ponselnya menyala pertanda ada notifikasi chat yang belum ia buka. Reva mengambil benda canggih itu untuk membuka chat yang masuk dengan tangan yang sibuk mengelap badannya yang masih belum kering.
Namun, melihat isi di layar ponselnya membuat kening nya berkerut. Penyebabnya adalah yang ia lihat nama orang yang mengechat nya sekarang adalah musuh abadi di sekolah nya yang tidak lain adalah Ezra Weda Pratama. Cowok pertama yang membuatnya harus menjadi babu untuk nya selama sebulan.

Mata Reva membulat saat membuka isi pesan Ezra dan tubuhnya mematung.

Musuh abadi  : itu rambut abis kena setrum atau di sambar petir?

Musuh abadi : muka lo lebih jelek dari pembantu rumah gue, mungkin foto lo bisa gue gunain untuk majalah dinding sekolah.

Sontak Reva menutup mulutnya karena terkejut melihat foto yang di ambil tadi olehnya ternyata terkirim kepada Ezra. Tapi seingatnya ia mengirimkannya untuk Aretha tapi mengapa bisa nyasar ke Ezra?

Sial! Ini mungkin karena efek dirinya baru bangun tidur, dan bodohnya ia tidak mengecek terlebih dahulu kepada siapa dia mengirim foto dirinya tadi.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang