BAB 47

134 6 0
                                    

Tiba di dalam mobil Azka, Reva menghela nafasnya panjang. Ia menyenderkan punggung nya di kursi mobil sambil menutup wajah nya. Bahkan Reva tetap di posisi itu ketika Azka sudah masuk di dalam mobil. Mereka terdiam cukup lama. Selalu saja begini, di saat Reva mencoba untuk melupakan Ezra, laki-laki itu selalu muncul. Seakan takdir sedang mempermainkan dirinya.

"Re, kamu baik-baik aja kan?" Azka memberanikan diri untuk bertanya pada Reva yang sejak tadi tidak mengeluarkan suara.

Reva menurunkan tangannya. Ia melirik ke arah Azka lalu tersenyum samar. Senyum yang menurut Azka adalah topeng nya Reva karena ia tahu kalau Reva saat ini tidak baik-baik saja apalagi setelah pertemuan mereka tadi dengan Ezra dan juga Dinda.

"Maaf karena aku tadi agak lancang sama kamu," Reva tersenyum. Ia sungguh berterimakasih kepada Azka yang tadi membantunya untuk tetap tenang. Mungkin kalau tidak ada Azka tadi Reva pasti akan menangis di hadapan Ezra membuat semuanya semakin runyam.

"Gak, kamu gak ada lewat batas tadi. Justru aku ngucapin terima kasih. Karena kamu aku bisa menghadapi Ezra." Jawab Reva, ia menunjukkan wajah menenangkan agar Azka tidak merasa bersalah kepadanya.

"Kamu baik-baik aja kan?" Tanya Azka ulang.

"I'm fine. Don't worry about me," Balas Reva lembut.

Azka hanya menanggapinya dengan tatapan sedikit gelisah, ia tidak berbicara lagi kemudian menghidupkan mobil nya untuk mengantarkan Reva pulang ke rumah.

Sesampai nya mereka dirumah, Reva keluar dari mobil Azka yang di susul oleh Azka. Laki-laki itu mengantarkan Reva sampai depan pintu rumah. Reva tersenyum lembut kepada Azka.

"Terima kasih atas makan malam nya, aku menikmati nya." Ujar Reva membuka pembicaraan mereka sebelum Reva masuk ke dalam rumah.

Azka mengangguk pelan, ia ikut tersenyum. Seperti nya setiap bersama Reva, dia selalu saja tersenyum tanpa ia sadari. "Syukurlah, kalau begitu aku pamit dulu,"

"Kamu gak mau mampir?" Tawar Reva kepada Azka.

Laki-laki menghela nafasnya pelan. "Mungkin lain kali, ini sudah malam. Orang tua kamu pasti sedang istirahat. Titip salam ku saja untuk orang tua kamu,"

Kepala Reva mengangguk. "Hati-hati dijalan," Ucap nya lagi yang dibalas Azka senyuman. Azka mengelus kepala Reva dengan lembut sebelum ia pergi.

"Kalau sudah sampai di rumah nanti aku kabari." Reva hanya mengiyakan lalu matanya memperhatikan Azka yang sudah berjalan ke mobil nya. Ia pun masuk kedalam rumah yang tampak sepi.

Nafasnya dibuang dengan berat saat kakinya berjalan menuju kamar, pikirannya masih tertuju pada pertemuan dirinya dengan Ezra lagi. Ini sudah kedua kalinya dalam satu hari mereka bertemu. Reva bingung dengan ucapan Ezra terakhir kali saat mereka bertemu di kafe. Apakah laki-laki itu memang tulus mencintai Dinda atau justru hanya sebagai pelampiasan untuk membalasnya?

Reva menghela nafas lagi, tiba di dalam kamar ia langsung mendaratkan tubuh nya di atas kasur tanpa membuka dress nya. Mata nya menatap langit-langit kamar. Kepala Reva menggeleng kuat, mustahil jika Ezra menggunakan Dinda hanya untuk sebagai pelampiasan untuk membalasnya apalagi saat ini mereka sudah bertunangan, itu artinya Ezra mencintai Dinda sekarang.

Ya, pasti. Ezra pasti sudah mencintai Dinda namun semakin memikirkan hal itu membuat dada Reva menjadi sesak. Sehingga ia menggulung tubuh nya sambil menekan dada nya dengan kuat, ia memejamkan matanya mengingat kembali memori yang tersimpan di ingatannya saat di mana ia dengan Ezra pergi kencan ke dufan dan sea world. Itu adalah hari yang sangat berkesan bagi Reva karena mereka sama-sama membagikan momen berdua. Kencan yang sederhana namun begitu manis bagi Reva.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang