Semuanya menjadi kacau saat pertanyaan Dinda muncul. Ezra yang sudah terlanjur emosi memilih pergi setelah membentak Dinda dengan nada cukup keras. Bahkan pengunjung yang berada di sini menatap mereka dengan sorot ingin tahu.
"Kamu itu bisa tidak jangan terlalu ingin tahu tentang hubungan kami. Ada atau gak ada antara aku sama Reva bukan urusan kamu!".
Reva merasa bersalah pada Dinda selepas perginya Ezra yang menjadi diam sambil meremas tangannya. Reva sendiri bingung dengan keadaan saat ini, setiap mereka bergabung selalu saja Dinda menyinggung masalah dirinya dan selalu berakhir dalam keadaan tidak enak seperti saat ini.
"Maafin aku ya Re? Gak seharusnya aku tanya hal kayak gini sama kalian. Dari awal aku merasa ada yang janggal saat lihat kamu," Ujar nya dengan kepala menunduk.
Reva sendiri cukup terkejut dengan ucapan Dinda padanya. Sehingga ia yang sejak tadi menutup mulutnya mencoba untuk menyentuh pundak Dinda dengan lembut dan Dinda menatap nya.
"Kita bicarakan hal ini di penginapan saja ya? Di sini bukan tempat yang tepat." Kata Reva dengan nada menenangkan. Dinda hanya menganggukkan kepalanya.
Ia pamit kepada mereka yang masih duduk untuk segera menyusul Ezra.
Saat Dinda sudah pergi keluar dari rumah makan, barulah Reva menghembuskan nafasnya sambil mengusap wajah nya. Aretha lah yang menyentuh tangannya pertama kali.
"Semua nya jadi rumit. Gue seharusnya gak datang saat Ezra udah temui cewek lain." Ujar Reva dengan nada bergetar. Sejak tadi ia menahan tangisnya.
"Ini bukan salah lo, Re. Lo di sini juga bukan salah lo. Semuanya udah jadi takdir kehidupan lo dan Ezra. Mau sampai kapan pun lo menghindar lo akan ketemu juga dengan Ezra. Gue memang gak banyak tahu tentang lo sama Ezra, tapi satu yang bisa gue lihat di keadaan sekarang. Ezra masih mencintai lo, dan lo masih mencintai dia. " Jelas Wildan dengan mimik wajah serius.
Kali ini ia tidak bercanda seperti biasa yang ia lakukan. Wildan memang mengerti dengan keadaan yang terjadi antara Reva dan Ezra dulu. Ia sendiri cukup bingung dengan keadaan nya karena memang ia bisa melihat Reva dan Ezra masih saling mencintai namun untuk keadaan sekarang mereka susah untuk kembali seperti dulu. Keadaannya sudah berubah. Ezra sudah mempunyai tunangan.
"Gue udah coba ikhlaskan dia sama Dinda. Hubungan kami kayak gini juga atas kemauan gue tujuh tahun yang lalu, gue gak mau jadi egois lihat Ezra udah mendapatkan perempuan yang jauh lebih baik dari gue." Kata Reva dengan nada bergetar. Cairan yang sejak tadi ia tahan mulai menggenang dan Reva menundukkan kepalanya. Semuanya menjadi kacau saat ia kembali ke tanah airnya.
"Udah gue bilang jangan salahin diri lo sendiri, Re. Ini semua bukan salah nya lo. Ini takdir hidup lo sama Ezra, kalian berdua mungkin memang gak di takdirkan bersama." Aretha angkat suara sambil mengusap punggung kurus Reva yang sedang menutup wajahnya menahan semua rasa yang sudah di alaminya selama di sini.
"Kamu kalau memang udah gak tahan di sini kita bisa pulang deluan, aku gak mau lihat kamu tertekan karena ada Ezra di sini." Ucapan Azka membuat Reva menurunkan tangannya. Ia menatap laki-laki yang mencintainya ini dengan pandangan sendu lalu menggeleng kepalanya lemas.
"Aku gak enak sama Dinda. Dia kelihatan semangat atas liburan kita saat ini." Jawab Reva pelan di sertai helaan nafasnya Azka.
Hilang sudah selera makan mereka atas kejadian ini. Azka berdiri terlebih dahulu membuat ketiganya menoleh pada laki-laki tampan itu. "Kalau gitu, mulai sekarang kamu tunjukan sama mereka berdua kalau kamu juga bisa bahagia terutama pada Ezra. Kamu sudah melepaskannya bukan? Sekarang izinkan aku untuk menggantikan dia sampai hati kamu bisa mencintai aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Confession Of Love
Genç Kurgu"Dia itu sebenarnya lemah tapi ia tidak pernah memperlihatkannya" ****** aku benci dia dan akan selamanya ia menjadi rivalku! dia yang selalu membuatku mendadak kesal dengan kehadirannya yang terbilang sangat sempurna yang membuatku semakin benci d...