Mawar Putih

5.4K 306 0
                                    

Gunakan semua yang kamu miliki untuk menjaga kecantikan dan kebersihan itu, termasuk duri-duri yang ada ditubuh kamu.
–Hermawan Subagyo.


🎊🎊🎊🎊🎊🎊

“Pa?”

“Papa?”

“Papaaa?”

Hanun terus berteriak memanggil Papanya.   Ke mana Hermawan? Kenapa tidak ada di rumah?

“Iya Hanun? Papa di belakang.”

Hanun yang mendengarnya pun langsung berlari ke taman belakang.

“Papa ngapain?”

“Nanam bunga.”

“Papa nggak kerja?”

“Hari ini hari minggu, Hanuning Praswati." Hermawan menjawab tanpa melihat Hanun.

“Oh iya Hanun lupa. Itu bunga mawar warna apa Pa?”

“Kamu pasti tahu.”

“Putih?”

“Hm.”

Hermawan memang sangat  suka menanam mawar putih, karena mawar putih adalah bunga kesukaan Praswati, Istrinya. Seluruh halaman belakang penuh dengan mawar putih, jika ada satu bunga yang mati Hermawan akan dengan cepat menggantinya. Sebegitu cintanya dia kepada ibu Hanun.

Hanun memetik satu tangkai mawar putih, lalu membawanya duduk di kursi samping Hermawan yang sibuk menanam bunga.

“Kenapa?” Hermawan tahu jika Hanun sedang memandang lekat bunga itu.

“Apa spesialnya sampai Mama suka?” Tanya Hanun heran.

“Cantik dan bersih.”

“Tapi kalau kotor sedikit langsung terlihat.” Kata Hanun tak mau kalah.

“Makanya harus pandai-pandai menjaga diri biar nggak kotor dan tetap bersih. Kamu pikir gampang? Itu ibarat kamu. Harus pandai menjaga diri, jangan sampai diri kamu terlihat kotor.”

“Caranya?”

“Itu ada duri ‘kan?”

Hanun mengangguk.

“Ia gunakan untuk menjaga dirinya. Orang yang tidak benar-benar ingin memilikinya pasti akan terluka karena tidak berhati-hati. Seseorang yang bermain-main akan cenderung ceroboh dan melukai dirinya sendiri. Ia juga bisa merusak yang dipermainkan. Sama seperti kamu.”

“Hanun?”

“Iya. Kamu harus sama seperti mawar putih. Cantik, bersih dan menjaga diri. Gunakan semua yang kamu miliki untuk menjaga kecantikan dan kebersihan itu, termasuk duri-duri yang ada di tubuh kamu. Jadilah seperti bunga di taman ini, yang Papa jaga dan Papa rawat. Jangan jadi bunga di pinggir jalan yang berdebu dan mudah dipetik orang yang lewat.”

Hanun mengangguk tanda mengerti.

Hermawan juga tersenyum melihatnya. Hanun suka sekali ketika mendengar nasihat-nasihat Hermawan. Ia pernah berpikir kalau dulu Papanya adalah  seorang pujangga.

“Pa? Hanun ke supermarket ya.”

“Cari apa?”

“Lihat-lihat aja, siapa tahu ada jajanan baru.” Jawab Hanun sekenanya.

“Mau Papa antar?”

“Ck. Papa, Hanun sudah besar. Papa di rumah aja. Rawat bunga-bunga kesayangan Mama. Nanti Mama marah lho kalau Papa cuekin bunganya. Mau di marahin Mama?”

Hermawan menggeleng dengan cepat.

Hanun ertawa dan masuk ke dalam rumah. Hanun dan Hermawan memang masih menganggap Praswati ada disini karena kenyataannya Beliau memang disini, di hati.

Hanun bersiap ke supermarket. Dia memutuskan berjalan kaki karena jaraknya yang dekat dengan rumahnya.

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang