Murka

3.3K 220 6
                                    

Bel pulang sekolah  berbunyi. Seluruh siswa berhamburan keluar, mereka seperti terbebas dari penjara yang menyengsarakan. Hanun dan teman-temannya pun begitu. Mereka keluar kelas dengan perasaan dan wajah yang berseri.

"Hanun!" Hanun menoleh.

"Gavin?" Gumamnya.

"Pulang bareng?"

"Nggak usah." Tolak Hanun.

"Kenapa?"

"Ngrepotin-"

"Gue nggak repot kok. Pamali nolak rejeki."

Hanun terkekeh dan mengangguk.

Hanun dan Gavin tiba di parkiran, di samping motor Gavin. Gavin terlihat seperti ingin memasangkan helm ke kepala Hanun, dengan cepat Hanun memundurkan kepalanya.

"Sorry." Gavin menyerahkan helm kepada Hanun.

Hanun meraihnya. Hanun menjatuhkan tasnya karena tangannya penuh. Ada tas, jaket Sam, dan helm Gavin.

Gavin mengambilkan tas Hanun dan menyampirkannya di pundak Hanun.

Bugh!!

Tiba-tiba Gavin tersungkur saat tangannya menyentuh slempang tas yang bersebelahan dengan nametag Hanun.

"Sam!" Pekik Hanun.

Bugh!

Bugh!

Suara tinjuan terdengar berkali-kali, bahkan sudah banyak siswa yang mengerumuni mereka.

"Sam! Udah!' Hanun menjatuhkan helm Gavin dan menarik seragam Sam.

Sam berbalik dan menatap Hanun tajam. Bahkan jika tatapan itu pisau, Hanun yakin pasti retinanya sudah sobek.

"Apa gue harus bilang pulang sama gue setiap hari, biar lo nggak pulang sama yang lain?" Ucap Sam sangat pelan, namun terdengar dingin dan mencekam.

"Dan lo, ngapain pegang-pegang dia, ha?!" Sam kembali meraih Gavin untuk dihajar.

Entah apa yang Hanun pikirkan. Dia memeluk Sam untuk pertama kalinya. Hanun mendengar detak jantung Sam yang kencang dan diliputi amarah. Bahkan Hanun bisa merasakan nafas Sam yang memburu, yang siap menerjang siapa saja. Nafas Sam masih tidak beraturan, Hanun terus memeluk lelaki bertubuh jangkung itu.

Hanun terus menangis di dada bidang Sam. Bahkan dia tidak peduli jika seragam yang berkali-kali Sam gunakan untuk menolongnya itu basah. Hanun ingin melepaskan pelukan itu, namun sebuah lengan kekar justru mendekapnya.

"Maaf." Suara bariton itu terdengar sangat rendah.

"Gue takut.."

"Jangan gitu lagi." Tambah Hanun.

"Pulang sama gue." Sam melepaskan dekapannya.

Seluruh mata masih menatap mereka. Hanun mengambil helm Gavin yang tadi sempat dia jatuhkan.

"Sorry, Vin." Hanun menyodorkan helm kepada Gavin.

Susah payah Gavin berdiri.

"Gue oke."

Hanun berjalan di belakang Sam menuju motornya.

Sam sangat posesif. Bahkan dia bisa seberlebihan itu hanya karena masalah sepele. Rasanya, Sam terlalu kuat untuk Hanun.

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang