Menepati Janji

3.5K 222 5
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi.

Hanun sudah ada janji untuk pulang dengan Tomy dan Ganang. Hanun terus menangis sepanjang pelajaran, hal itu membuat matanya semakin bengkak dan besar.

Hanun dan Airin berjalan keluar gerbang, sedangkan Lala, dia pulang mengendarai motornya.

"Hanun! Keluar juga, lo. Gue udah lumutan nungguin lo." Ucap Ganang.

"Muka lo kenapa dah? Lo nangis?" Tanyanya.

Hanun hanya menggeleng lemah.

"Hanun, lo kenapa?"

Tanya Tomy.

Hanun diam.

"Mak Lampir! Lo apain Hanun?!" Ganang bertanya kepada Airin, pura-pura garang.

"Mak Lampir pala lo!" Airin menendang kaki Ganang.

"Kaya gitu nggak mau dibilang Mak Lampir." Cibir Ganang.

"Udah napa, sih! Si Hanun kenapa? Lo pada bukannya mikirin Hanun kenapa, malah berantem. Urusan rumah tangga jangan dibawa-bawa ke sini, bego!" Tomy menoyor kepala Ganang yang dibalas dengan dengusan.

Hanun tetap diam, sedangkan Airin mulai menceritakan semua yang terjadi kepada Tomy dan Ganang, sahabat Diego yang bertugas untuk menjaga Hanun.

"Brengsek!" Tomy mengumpat.

"Majuin mobil, Nang!" Perintah Tomy.

Ganang pun mengangguk mantap. Dia masuk ke mobil dan menghidupkan mesinnya. Mobil yang awalnya terparkir di samping gerbang itu, kini sudah berada di tengah gerbang, yang tentu saja menghalangi jalan. Hari ini, Tomy sengaja membawa mobil karena dia pulang bersama Hanun. Jika tidak karena Hanun, Tomy dan Ganang lebih suka mengendarai motor. Bisa nyelip-nyelip, katanya.

"Lo berdua masuk aja." Pinta Tomy kepada Hanun dan Airin.

Hanun dan Airin bingung, namun menurutinya. Hanun bingung, kenapa ketika dia sudah duduk di dalam, Tomy dan Ganang tidak ikut masuk? Mereka justru duduk di mobil bagian depan. Terlihat dari dalam jika mereka sedang berdiskusi, membicarakan sesuatu yang sepertinya penting dan sesekali tertawa bersama.

Suara beberapa motor terdengar. Mereka berhenti di depan gerbang, namun tidak menyuruh Hanun dan teman-temannya pergi. Seluruh motor yang ingin melewati gerbang terus berhenti karena jalan yang akan mereka lalui terhalang oleh mobil Tomy. Depan gerbang sudah penuh dengan motor yang ingin keluar, namun Tomy dan Ganang justru asyik sendiri, mereka bermain batu kertas gunting yang berujung dengan saling menjitak dan terbahak bersama.

"Ada apaan, sih! Lo pada kaga pulang apa gimana?! Woy! Minggir!" Suara Gara samar-samar terdengar, mereka menepi untuk memberi Gara dan yang lainnya jalan.

"Apa-apaan, nih?!" Bentak Gara.

Tomy dan Ganang menoleh, tapi mereka tidak turun.

"Woy! Minggir! Brengsek!" Gara menendang ban depan mobil Tomy.

Tomy turun diikuti Ganang dengan seringaian di wajah mereka.

"Nggak nyangka kita bakal ketemu lagi." Ganang tersenyum remeh.

"Woy! Minggir! Cari mati, lo?!" Teriak Riky.

Tomy tahu betul dengan Riky, beberapa kali mereka menjadi lawan ketika di medan perang.

"Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Gue bakal minggir, tapi ntar. Kalau urusan gue udah selesai." Tomy kembali menyeringai.

"Lo bener-bener cari mati, ya?" Riky tersenyum sinis dan menghajar Tomy.

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang