Heboh

3.4K 213 0
                                        

Hanun dan Sam tiba di sekolah. Hanun benar-benar risih, seluruh pasang mata tengah menatapnya. Seperti Hanun dan Sam memang ada untuk dipertontonkan, padahal baru kemarin dia berkata kepada Gavin bahwa dirinya bukan tontonan. Ck!

Sam memarkirkan motornya di parkiran biasa dia parkir. Parkiran khusus yang tidak ada yang berani menempatinya kecuali Sam.

Seperti biasa, Ando, Daniel dan Gara menunggunya. Mereka benar-benar terkejut ketika melihat Sam datang bersama Hanun. Bahkan Gara sedikit berbeda menatap Hanun, tatapan yang membuat Hanun salah tingkah.

"Thanks!" Hanun memutuskan untuk segera ke kelas.

Sam justru mengikutinya dari belakang dalam diam. Sam terus berjalan di belakang Hanun tanpa mengajaknya berbicara.

Setelah Hanun masuk ke kelas, Sam meneruskan langkahnya. Hanun lupa jika Sam berada di kelas XII IPA 4, yang jika ingin ke sana harus melewati kelasnya dulu, XII IPA 2. Bagaimana bisa Hanun sangat percaya diri jika Sam mengikutinya. Dasar bodoh! Kamu terlalu percaya diri, Hanun! Hanun terus mengumpat dalam hati.

"Lo kenapa bisa berangkat sama Hanun dah?" Tanya Gara tanpa basa-basi.

Sam hanya mengedikkan bahunya.

"Lo jemput?"

"Hm."

"Lo gila?!" Daniel terkejut.

"Nggak usah teriak, bego!" Ando menoyor Daniel.

Ando menceritakan kepada Gara dan Daniel jika kemarin Hanun di sekolah, bahkan dia terluka.

"Jadi Hanun kemarin di sekolah? Dan dia terluka gegara Dendy?" Gara memastikan.

"Iya. Kemarin Sam sama Dendy lagi duel. Terus gue nggak tahu kenapa si Hanun bisa keluar dari gerbang, padahal kan kemarin kita udah mastiin kalau sekolah udah steril." Jelas Ando.

Sam hanya duduk sembari memainkan ponselnya.

"Han, Hanun?!" Lala berteriak heboh ketika masuk ke kelas.

"Lo beneran berangkat sama Sam?!"

"Gila. Gila. Gila."

"Lo apaan, sih?" Hanun menatapnya risih, karena teman-teman kelasnya mulai memperhatikan mereka.

"Ya udah jelasin kenapa lo bisa berangkat sama Sam?" Lala duduk di bangkunya, dia menghadap ke belakang. Siap mendengarkan cerita Hanun.

Dengan malas, Hanun menceritakan semuanya, lengkap.

"Jadi lo terlibat tawuran kemarin? Mana yang sakit?" Lala membolak-balik badan Hanun, tanpa sadar dia memencet luka Hanun.

"Aw!"

Lala membuka seragam yang menutupi lengan Hanun.

"Perbannya gede banget, Han. Luka lo parah?"

Hanun hanya mengedikkan bahunya, "Nggak tahu."

"Terus kemarin Sam nyobek seragamnya? Ya ampun! Idaman banget!"

Hanun memicing.

"Seragamnya mana? Buat gue ya? Ya? Ya? Ya?"

"Seragam sobek mau lo apain? Nyumpel mulut lo?" Sarkas Airin yang baru datang, namun sudah mendengar semuanya.

"Yeee. Kan jarang kek gitu. Eh, Han, jadi lo udah ditolongin dua kali dong sama Sam, terus dua kali juga dia ngorbanin seragamnya buat lo. Ya ampun, kok gue gemes yaaa!"

"Udah sono, ah!" Hanun mendorong bahu Lala pelan agar dia menghadap ke depan.

Hanun menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Kalau dipikir-pikir benar juga ucapan Lala. Sam sudah menolong Hanun dengan seragam sekolahnya sebanyak dua kali. Mungkin jika hal itu terulang sekali lagi, Sam akan mendapat piring cantik.

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang