Murahan?

3.2K 228 8
                                        

"Lo emang brengsek banget, ya?" Lala tersenyum kecut.

"Lo pikir lo siapa sampai berani kaya gitu ke Hanun? Lo sobek baju Hanun, lo pikir sopan?"

"Lo mau gue telanjangin di sini, ha?!" Lala mencengkeram lengan Desi kuat.

Desi bahkan meringis dibuatnya.

"Gue udah bilang, jangan ganggu sahabat gue. Tapi lo nggak kapok, ya? Gue nggak pernah main-main sama omongan gue, Desi Ambarwati." Lala mengucap kalimat terakhir penuh penekanan.

"La.. udah." Ando memisah Lala dan Desi.

"Kesel gue Ndo!"

"Iya, gue tahu. Udah. Jangan bikin keadaan makin ribet."

Sam membentangkan tangannya, tanda bahwa peran Lala cukup sampai di sini saja.

"Selama ini gue diem karena gue mikir lo cewek. Cuma banci yang berani nglawan cewek." Sam berdiri di depan Desi dengan jarak yang cukup dekat.

"Yang perlu lo tahu, Hanun emang nggak pernah deketin gue. Gue yang deketin dia. Jadi lo nggak perlu mikir kalau Hanun murahan. Dan nggak usah bawa-bawa nyokapnya Hanun."

"Gue jadi penasaran, lebih murahan mana, Hanun apa lo yang dicium di depan umum."

"Sa-Sam.. gue nggak pernah dicium di depan umum. Ka-kamu-"

"Bukan nggak pernah, tapi belum." Sam berjalan semakin mendekati Desi, Desi yang takut pun terus memundurkan langkahnya. Namun Sam menahan tengkuk Desi dengan tangan kekarnya.

Sam mencium bibir Desi di kantin, melumatnya dengan kasar. Bahkan Desi terus meronta. Desi memang menyukai Sam, namun bukan begini juga caranya. Hancur harga diri Desi di depan warga sekolah.

Cukup lima detik. Sam melepaskan ciuman menjijikan itu.

Cuih!

Sam meludah ke kiri, dan mengusap bibirnya dengan kasar.

"Semurahannya Hanun, dia nggak pernah dicium cowok di depan umum. Apa lagi bukan siapa-siapanya."

Sam meraih gelas susunya yang masih setengah. Meneguknya sampai habis, menghapus bekas ciumannya kepada Desi dengan susu tersebut.

"Gue Samudera, dan Hanun punya gue. Jangan sentuh Hanun sedikitpun." Sam mengedarkan pandangannya ke seluruh kantin, kemudian kembali menatap Desi.

"Atau gue abisin, bahkan cewek sekalipun." Sam meremas gelas susu itu, dan membantingnya di depan Desi.

Desi terkejut bukan main, baru kali ini dia mengalami hal semengerikan ini. Rasanya lebih baik melihat Sam yang baku hantam daripada dipermalukan oleh Sam seperti ini.

Sam melenggang, meninggalkan kantin.

"Denger tuh," remeh Lala sebelum menyusul Sam.

"Boleh ikut nyium, nggak?" Ervan sudah mendekatkan wajahnya ke wajah Desi.

"Brengsek!" Desi justru mendorong tubuh Ervan kasar.

"Nggak usah sok kasar, lah. Lo juga udah bekasnya Sam ini. Enak ya dicium Sam. Pasti lo ngarepin itu kan selama ini?" Cibir Gara.

"Iya, dia ngarepin itu. Tapi nggak di depan umum juga. Di depan umumpun nggak masalah sih, asal romantis. Lah ini? Njir, anjlok harga jual adek, bang." Ervan tergelak.

Teman-teman Sam benar-benar meninggalkan kantin.

Sam mencari keberadaan Hanun sampai dia melihat Airin dan Daniel di toilet. Sam melihat Airin menangis.

"Mana Hanun?" Tanya Sam.

Airin hanya menatap pintu toilet dengan sendu.

"Hanun?" Sam memanggil Hanun pelan.

"Hanun? Keluar." Ucap Sam dingin.

"Hanun?" Ulang Sam.

Setelah menunggu beberapa lama, Hanun tak kunjung keluar.

Brakk!

Sam mendobrak pintu toilet. Terlihat Hanun sedang jongkok, memeluk lututnya di pojok toilet.

Sam menarik Hanun keluar. Rasanya sia-sia saja mengajak Hanun dengan cara baik-baik.

Hanun menunduk, keadaannya kacau. Kucir kuda Hanun berantakan, kemeja Sam masih tersampir di tubuh kecilnya.

Lagi-lagi Sam harus melihat keadaan sekacau ini. Rasanya, Hanun yang cantik cukup langka akhir-akhir ini.

Dada Sam kembali sakit melihat keadaan Hanun. Rasanya Sam gagal menjaga Hanun. Untuk apa Sam menjadi fighter terbaik, menjadi ketua geng besar yang memiliki banyak koneksi dan jaringan, untuk apa Sam ditakuti dan disegani jika menjaga gadis mungil seperti Hanun saja dia tidak mampu?

Sam menarik Hanun, membawanya ke dalam pelukannya.

"Maafin aku, Hanun. Aku gagal."

Hanun menangis dalam pelukan Sam. Pelukan ini nyaman sekali. Tapi Hanun tetap merasa takut. Tubuh Hanun bergetar hebat, dia terus teringat tentang mamanya. Untuk apa Hanun lahir di dunia jika kelahirannya justru membuat mamanya meninggal? Untuk apa Hanun lahir di dunia jika kelahirannya justru membuat mamanya dicap sebagai wanita murahan? Kurang lebih begitu pikiran Hanun.

"Aku nggak bakal biarin siapapun nyakitin kamu lagi. Siapapun itu. Aku janji, Hanun. Samudera janji." Sam mencium puncak kepala Hanun berkali-kali.

Teman-teman Sam di sana. Mereka hanya bisa diam. Gara yang biasanya mengoceh juga memilih diam. Tidak ada pilihan lain selain diam. Biarkan Sam memainkan perannya dengan baik.

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang