Saling Mengerti?

3K 189 3
                                    

Sam sudah di depan rumah Hanun.

"Aku pulang, ya." Pamit Sam.

"Kamu nggak akan langsung pulang, kan? Jangan pamit pulang. Itu namanya bohong."

Sam mengernyit, gadisnya ini semakin ke sini semakin manja dan berlebihan. Ke mana Hanun yang pendiam dan tidak peduli dengan sekitar?

"Kamu hari ini udah bilang aku bohong dua kali." Kata Sam.

"Kamu juga udah dua kali bohongin aku."

"Hanun, ada masalah yang harus kuselesaikan. Jadi tolong, ngerti."

"Aku nggak mau ngerti. Kasih pengertian ke kamu sama aja ngijinin kamu tawuran."

"Oke, kalau kamu nggak mau aku tawuran.. oke. Aku bakal berusaha biar nggak tawuran."

"Janji?"

"Hanun, kali ini aku nggak bisa janji."

"Nggak, aku maunya kamu janji."

"Hanun, jangan maksa aku buat janjiin sesuatu yang aku sendiri nggak yakin akan sesuatu itu. Aku pasti kesulitan menepatinya."

"Ya udah, berarti kamu mau tawuran."

"Aku berusaha buat nggak tawuran, Hanun. Aku usahain buat kamu. Tapi kalau emang harus tawuran, aku janji aku nggak bakal kenapa-napa."

"Bukan janji nggak bakal kenapa-napa yang aku pengen, tapi janji nggak tawuran."

"Hanun, ayolah. Aku Alpha. Aku fighter terbaik. Dan aku Samudera, aku tetap harus tanggungjawab sama kelompokku."

"Ya udah, keluar aja dari geng kamu yang nggak penting itu. Gampang."

Sam mengernyit. Dia tidak pernah berpikir bahwa Hanun akan mengucapkan kalimat itu. Menyuruh Sam keluar dari gengnya? Sama saja membunuh karakter seorang Samudera dalam diri Sam. Sam tumbuh dewasa bersama geng itu, nama Sam menjadi besar karena geng itu. Mana mungkin Sam akan berlaku seperti kacang yang lupa kulitnya?

"Hanun, jangan ngarang, deh."

"Aku nggak ngarang. Aku beneran. Lagian apa untungnya?"

"Udah, kamu masuk. Istirahat. Nanti kalau semua udah selesai, aku kabari." Sam mengecup kening Hanun.

Hanun hanya terdiam.

"Aku pergi, ya. Jangan ke mana-mana, jangan keluar rumah." Sam mengelus pipi Hanun lembut.

Sam menyalakan RX-Kingnya. Dia meninggalkan rumah Hanun, Sam harus buru-buru ke Warbang. Pasti teman-temannya sudah menunggu.

Hanun masih terdiam di tempatnya. Bulir cairan bening lolos dari mata jernihnya.

Sam meminta Hanun untuk mengerti posisinya di geng yang dia ketuai, tapi Sam sendiri tidak pernah mengerti tentang ketakutan Hanun. Sam sangat menyebalkan.

Apakah semua laki-laki itu menyebalkan? Jika iya, kenapa mereka diciptakan? Untuk membuat kesal kaum perempuan? Oh, ayolah, jenis kelamin tidak digunakan semena-mena itu.

Aku pernah ketakutan berkali-kali, Sam. Aku takut melihat orang yang aku sayangi terluka. Dan aku nggak mau itu terjadi sama kamu. Sudah cukup aku hidup dalam bayang-bayang kecemasan setiap hari.

Ingatan Hanun kembali melayang ke masa lalu.

Di mana dia selalu menangis ketika melihat Diego terluka setelah berkelahi, dan Hanun tahu persis jika Samlah satu-satunya orang yang bisa melukai Diego. Hanya Sam yang bisa mengalahkan Diego.

Meskipun begitu, bukan berarti Sam tidak bisa dikalahkan. Hanun tidak tahu apa yang akan terjadi dalam medan tempur itu. Jika nanti lawan Sam membawa senjata tajam, bagaimana? Jika Sam terluka, bagaimana? Hanun terus memikirkan hal-hal yang tidak jelas.

Kamu janji kalau kamu nggak bakal kenapa-napa, Sam. Kamu harus pulang, kembali ke sini dengan utuh. Kamu harus tetap utuh sebagai Samuderaku. Aku belum selesai berlayar di atasmu, Sam. Aku masih ingin menikmati matahari terbit dan tenggelam denganmu.

Samudera, kamu harus tetap biru untukku.

Jangan ingkar janji.

Hanun mengusap air mata di pipinya dengan kasar sebelum dia masuk ke rumah.

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang