Di mana?

3.1K 206 7
                                        

Hanun sengaja berangkat sangat pagi hari ini. Sekolah masih sepi. Bahkan Hanun adalah siswa pertama yang tiba di kelasnya.

Hanun menenggelamkan wajahnya di antara tumpukan tangan. Sepi. Hening. Nyaman sekali rasanya. Rupanya, Hanun memang tidak cocok dengan keramaian, dan kepopuleran. Bukan Hanun sekali.

Hanun tertidur saat teman-temannya tiba.

"Han?" Lala membangunkan Hanun.

"Lo nginep di sekolah?" Tanya Lala saat Hanun bangun.

Hanun mengernyit,

"Lo nginep di sekolah?" Ulang Lala.

"Nggaklah."

"Kok udah di sini aja pagi-pagi buta?" Lala memastikan.

Hanun hanya diam dan kembali menaruh kepalanya di meja, namun Lala mencegahnya.

"Jangan bilang lo takut."

"Gue nggak takut."

"Terus buat apa lo berangkat pagi-pagi?"

"Nggak apa."

"Han, jujur, aja. Lo ngindarin Desi?"

"Lo takut dia balas dendam?"

"Dia nggak bakal sentuh lo lagi. Gue yang jamin."

Hanun tersenyum, "Gue nggak takut, La. Lo tenang aja. Makasih udah peduli, lo emang terbaik."

"Hanun, lo sahabat gue. Gue nggak bakal biarin lo kenapa-kenapa."

Lala memeluk Hanun erat.

"Han, lo nangis?" Tanya Lala saat tubuh Hanun bergetar di pelukannya.

"Gue kangen Diego, La." Ucap Hanun dengan nada bergetar.

Hati Lala mencelos, Lala pikir, Hanun sudah melupakan Diego selama ini.

"Han.."

"Gue kangen, La. Gue kangen lihat dia makan apel, gue kangen lihat lesung pipinya, gue kangen lihat dia receh di depan gue, gue kangen dipanggil Putri Tidur sama dia, gue kangen dibonceng motornya, gue kangen cara dia jaga gue, gue kangen, La. Diego nggak pernah kasar. Dulu, gue nggak pernah ngrasa setakut ini. Dulu gue bahagia banget. Ada Diego yang selalu ada buat gue. Kalau dia masih di sini, pasti gue nggak perlu ngalamin ini semua, ya, La.. pasti gue bakal tetap aman di bumi."

Lala hanya bisa diam mendengar semua penuturan Hanun. Hati Lala sakit. Rasanya Lala ingin ikut menangis bersama Hanun. Rupanya Diego masih jadi yang tersayang untuk Hanun, rupanya Hanun masih sangat menyayangi Diego.

"La, apa Diego di sana lihat gue, ya? Apa Diego bakal balas semua orang yang jahatin gue?"

"Diego pasti lihat lo, kok. Diego kan udah bilang, dia bakal jaga lo dari jauh." Lala mengelus punggung Hanun.

"Kenapa ya semesta semena-mena?" Hanun melepas pelukannya, mengusap matanya yang sudah basah penuh air mata.

"Semesta nggak semena-mena, Hanun. Kamu cuma butuh jadi pribadi yang lebih kuat lagi."

"Kalau Diego di sini, pasti dia yang bakal kuatin gue, ya.."

"Iya, pasti. Tapi sayangnya Diego nggak di sini. Jadi lo harus kuatin diri lo sendiri. Diego pasti nggak mau lihat lo lemah gini."

"Yang kaya Diego itu, cuma ada satu di bumi, ya?" Hanun menatap Lala penuh harap, berharap Lala menunjukkan Diego yang lain kepadanya.

"Hanun, Allah ciptakan orang berbeda-beda. Supaya mereka bisa mencintai dengan cara yang berbeda pula. Itu namanya ciri khas dalam cinta. Kita nggak bisa maksa mereka buat jadi seseorang di masa lalu, hanya agar kita merasakan cinta yang sama. Bisa jadi dia justru kasih cinta yang lebih besar dibanding masa lalu kita, dengan caranya sendiri tentunya."

Hanun terpejam. Rupanya dia sama sekali tidak menemukan Diego atau seseorang yang mirip dengan Diego dijawaban Lala.

Tapi Hanun inginnya Diego, atau minimal yang seperti Diego. Yang berlesung pipi, yang tidak menyakitinya, yang selalu menjaganya. Hanun ingin yang seperti itu.

Semesta, di mana Hanun harus mencarinya?

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang