Maut

3.3K 242 10
                                    

Kamu ke mana, Diego? -Hanuning Praswati

🎃🎃🎃🎃🎃🎃

Diego bergegas meninggalkan Hanun dan rumahnya.

“Diego!”

Diego yang sudah hampir melajukan motornya pun menatap Hanun.

“Jangan dulu, deh. Nanti aja ke rumah Tomynya.” Rengek Hanun.

Tiba-tiba saja Hanun menjadi labil.

“Kenapa?” Diego turun dari motornya.

Hanun menggeleng.

“Takut di rumah sendiri?”

Hanun kembali menggeleng.

“Terus?”

Hanun tetap diam, dia langsung memeluk Diego. Dengan satu hentakan Hanun memeluk Diego, membuat Diego terdorong ke belakang.

Diego terkekeh dan membalas pelukan Hanun, tak kalah erat.

“Kamu kenapa aneh gini coba? Tadi aja ngusir.” Cibir Diego.

Hanun hanya memukul dada bidang Diego.
Hanun sama sekali tidak berniat menjawabnya, dia justru mencari tempat ternyaman di dada bidang itu. Harum maskulin Diego yang khas, sangat memabukkan. Dan sekarang Hanun ingin berlama-lama di sana, di dada bidang Diego dengan bau maskulinnya.

Bibir Diego dengan jelas terangkat sebelum akhirnya mencium puncak kepala Hanun.

“Hanun?”

“Hm.” Hanun masih memeluk Diego, erat.

“Kamu mau meluk aku terus?”

Hanun melepaskan pelukannya, dia menatap Diego nyalang.

“Kenapa?!”

Diego terkekeh, dan mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

“Malu tuh, dilihat orang.”

“Biarin. Oh, kamu malu aku peluk?”

Diego kembali terkekeh dan merengkuh Hanun, membawanya kembali ke dalam pelukannya.

“Kasihan tetangga kamu ngintip dari lantai dua tuh!”

Hanun mendongak dan kemudian mengikuti arah pandang Diego. Benar saja, Devi, tetangga Hanun yang dua tahun lebih tua darinya sedang memperhatikan mereka dari balkon kamarnya.

“Itu sih bukan ngintip lagi.” Cibir Hanun.
Diego terkekeh dan menjitak kepala Hanun pelan.

“Aku balik, ya. Kasihan anak-anak udah nunggu.”

Hanun hanya mendengus dan mengangguk.

“Cantik.”

Diego mencium kedua pipi Hanun, kemudian keningnya, kedua matanya, hidungnya, dan terakhir dagunya.

Hanun hanya tersenyum dan Diego pergi dengan motor kesayangannya setelah mencium Hanun.

Hanun masuk ke kamar. Sama sekali tidak berniat untuk tidur. Sudah ada sebuah novel di tagannya yang ia beli satu minggu lalu dengan Diego. Lelaki itu tidak suka membaca buku, tapi dia suka mengantarkan Hanun ke toko buku. Bukan karena ribuan buku yang ada di sana, tapi karena Hanun. Menurut Diego, Hanun lucu saat sedang memilih antara dua buku, meski akhirnya Diego membelikan semuanya untuk Hanun, tetap saja Hanun bingung.

Sudah satu jam lebih setelah kepergian Diego. Harusnya dia sudah tiba di rumah Tomy dan menghubungi Hanun. Apa macet? Mengingat Jakarta memang suka menggila.

Tidak seperti yang Hanun pikirkan. Ternyata Jakarta sedang kesepian. Jalanan cukup lengang, manusia-manusia sedang tidak tertarik memenuhi jalan. Kaum kesepian itu, mungkin sedang menikmati kesendiriannya. Mereka yang jomblo, yang selalu dilarang untuk keluar di malam Minggu karena hanya memenuhi jalan, mungkin benar-benar tidak ingin keluar. Hal itu menyebabkan orang-orang yang berada di jalanan berlaku semaunya. Jalanan yang sepi membuat mereka berlaku seperti jalanan milik mereka sendiri.

Truk itu contohnya. Dia terus membelah jalanan Jakarta dengan membabi buta. Bahkan hingga di tikungan sekalipun ia enggan mengurangi kecepatannya, mungkin pengemudinya pandai menikung.. teman.
Sedangkan dari arah lain, seorang lelaki mengendarai motor kesayangannya dengan kecepatan rata-rata.

Diego, seharusnya sudah tiba di rumah Tomy sejak setengah jam yang lalu. Tapi dia berhenti disebuah supermarket untuk membeli makanan ringan. Setelah selesai dengan keperluannya di supermarket, Diego melanjutkan perjalanannya. Susahnya mengendarai motor sport adalah tidak bisa membawa banyak barang. Salah satu plastik Diego terjatuh. Diego menoleh ke belakang memastikan apakah benar-benar jatuh atau tidak.

Tin.. Tin..

Tiba-tiba suara klakson terdengar dari arah kanan. Karena jalan itu kebetulan perempatan, truk yang melaju kencang itu sudah tidak memiliki ruang untuk sekedar mengurangi kecepatannya. Diego juga sudah tidak memiliki kesempatan untuk berbalik arah atau semacamnya.

Brakkk!

Kepala truk itu menghantam Diego dan motor sport kesayangannya. Helm Diego sampai terlepas dari kepalanya, Diego terpental beberapa meter dari tempat kejadian, dan dia terseret di atas aspal kira-kira dua meter dari tempat dia terpental. Makanan ringan yang awalnya bertengger di motor Diego pun jatuh, berantakan memenuhi jalan. Jalanan yang awalnya lengang dan sepi mendadak ramai, orang-orang yang datangnya entah dari mana tiba-tiba mengelilingi Diego. Mereka seperti semut yang merubung gula.

Diego dapat melihat orang-orang itu sebelum akhirnya pandangannya kabur dan gelap. Terbesit wajah cantik Hanun yang sedang tersenyum sebelum akhirnya Diego benar-benar menutup mata.

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang