Not The Shadow of King

4.2K 261 1
                                    

Siang itu, Hanun tidak dijemput.
Airin dan Lala juga sudah pulang karena mereka ada urusan. Hampir satu setengah jam Hanun menunggu angkutan umum, namun sama sekali tidak ada yang lewat.

Hanun berusaha bersabar dan tetap menunggu karena ia tidak tahu lagi harus melakukan apa. Hanun benar-benar tidak tahu jalan karena selama ini dia selalu diantar oleh Pak Beno dan Hermawan ke manapun. Jadi lebih baik dia di sini-halte bus-dari pada tersesat dan tidak tahu arah jalan pulang.

Di tempat lain, disebuah warung kecil di belakang sekolah. Gerombolan anak laki-laki dengan jumlah yang lumayan banyak sedang berkumpul. Kurang lebih 60anak berada di sana, mereka terlihat memenuhi warung kecil itu bahkan sama sekali tidak terlihat seperti warung. Di dalam, seorang lelaki duduk dengan tenang bersama beberapa temannya.

“Oke sekarang gimana?”

Lelaki itu diam.

“Kita langsung serbu aja gimana?”

“Jangan.” Kali ini dia berbicara.

“Nunggu apalagi sih?”

“Jangan gegabah. Jangan serbu mereka. Kita buat mereka yang nyerang kita.”

“Gegabah gimana? Kita nggak bisa terus diem gini. Ervan di rumah sakit. Dia pasti kecewa kalo kita nggak ngelakuin apa-apa!” Ucap salah satu dari mereka, Riky.

“Siapa bilang kita nggak ngelakuin apa-apa?” Tanya lelaki itu tetap tenang, ya lelaki itu adalah Sam.

“Lo tenang dulu Rik. Jangan gegabah, bisa-bisa nanti jadi boomerang buat kita sendiri. Bener kata Sam. Kita buat mereka nyerang, dengan begitu kalau mereka kalah, mereka bakal dapat dua kekalahan. Satu kekalahan fisik, dua kekalahan mental gara-gara kalah di kandang lawan.” Jelas Ando. Cara pikir Ando memang hampir sama dengan Sam.

“Iya kalo mereka kalah, kalo menang?” Riky tetap menyangkal.

“Nggak mungkin.” Jawab Sam dengan nada yang sangat dingin dan sorot mata yang tajam, mata elang itu.

“Gue yakin Ervan nggak bakal kecewa, karena kita nggak bakal diem aja. Di sini kita ada leader, jangan buat keputusan tanpa persetujuan dia. Lagian juga Sam belum pernah ngecewain kita kan?” Tambah Daniel.

Riky, juga teman-teman yang lain mengangguk paham. Ya, Sam adalah ketua geng yang ada di sekolahnya. Geng tersebut terdiri dari kelas X, XI, dan XII yang menjadi satu. Tidak sembarang orang bisa bergabung dengan mereka. Sam, dengan segala kecerdikan, keberanian, rasa tanggungjawab, juga solidaritasnya, ia berhasil menduduki posisi tertinggi di sana. Sebagai ketua, leader the bad boys.

Sam tidak akan tinggal diam jika kelompok mereka direndahkan, Sam juga tidak akan tinggal diam jika salah satu dari mereka disakiti. Baginya, hutang nyawa dibayar nyawa. Kaki patah, harus bisa dibalas dengan mematahkan kaki juga. Sadis memang, tapi itulah Sam.

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang