Balas Dendam

3.8K 224 0
                                    

Bukan balas dendam, hanya ingin mempertahankan harga diri. Itu saja. –Diego Dirgantara.


😑😑😑😑😑😑😑

Diego sudah sembuh sekarang. Dia dan teman-teman gengnya berada di basecamp mereka-rumah Tomy. Rumah Tomy memang digunakan untuk basecamp karena dia tinggal sendiri. Orang tuanya sibuk bekerja di luar kota. Hanya sesekali mereka pulang. Saat orang tua Tomy ada di rumah, Diego dan teman-temannya tidak berkumpul di sana. Mereka mencari tempat lain, alternative basecamp.

Di sana ada Bevan-alumni geng di sekolah Diego. Dia dijuluki kuda hitam SMA Bhakti Karya karena sejauh riwayat dia bergabung dan menjadi anggota geng di sekolah itu, dia yang paling kuat setelah Roy, mantan ketua mereka.

Roy dan Bevan sangat sulit dikalahkan, bahkan bisa dikatakan tidak bisa dikalahkan, kecuali oleh Vero, mantan ketua geng di sekolah Sam dan Vano, kaki tangannya.

Bevan tahu, jika Diego sangat mahir bela diri, namun kemampuannya tetap sedikit di bawah Sam. Hanya Sam yang dapat mengalahkannya. Selain itu, tidak akan bisa. Hanya Sam yang menjadi lawan yang seimbang bagi Diego, meski beberapa kali Diego mengalami kekalahan dan hampir tidak pernah menang bahkan menyamai Sam. Tapi Bevan sangat suka dengan Diego, dia tetap terus mencoba dan mempertahankan nama baik kelompok mereka. Meski Diego harus berkali-kali mengalami kekalahan, harus berkali-kali menerima luka dan sakit yang lebih banyak dari teman-temannya karena yang dihadapinya adalah Sam, dia tetap tidak ingin ada orang yang menyebut kelompoknya pecundang.

“Lo udah sembuh beneran?” Tanya Bevan.

Diego mengangguk mantap.
“Udah Bang.”

Bevan tersenyum bangga.

Our leader!” Ucapnya dengan bangga sembari menepuk pundak Diego.

Diego hanya tersenyum mendapat perlakuan dari seniornya itu.

“Jadi gimana?” Tanya Jaka.

“Secepatnya kita balas dendam.” Ucap Diego dengan tegas, dengar sorot mata yang sangat tajam.

Dia tidak rela harga dirinya dan teman-temannya diinjak-injak, apalagi oleh Sam dan teman-temannya. Mereka semua mengangguk mantap. Disana ada hampir 50orang.

“Kalo menurut gue, mereka kemarin sengaja mancing kita, supaya kita ke tempat mereka. Dengan begitu, mereka bakalan bisa dengan gampang menang. Karena kita yang nggak tahu kalo lagi dipancing, otomatis pasukan kita sedikit.” Jelas Tomy.

Diego mengangguk mengerti. Dia juga berpikiran begitu.

“Mereka emang licik.” Kata Diego dengan senyum sinis.

“Ayolah Diego. Biasanya lo juga punya rencana yang lebih licik lagi. Mana otak licin lo?” Tanya Bevan dengan maksud membakar semangat Diego, karena memang Diego memiliki tipu muslihat yang sangat luar biasa.

Dia selalu bisa menutupi kekurangannya dengan pikiran liciknya itu. Berkali-kali dia mengalahkan lawannya, SMA lain-bukan SMA Sam dengan akal bulusnya. Aku sendiri juga tidak tahu kenapa dia bisa selicik itu. Bahkan ia selalu memiliki cara untuk menggoda Hanun, dan membuat Hanun tidak merajuk lagi.

Diego terlihat diam dan berpikir.

“Diego lagi bego bang. Mikirin ceweknya tuh.” Ucap Ganang dengan tertawa dan diikuti tawa teman-temannya lainnya. Hampir 50orang, bisa bayangkan sendiri bagaimana kerasnya suara tawa mereka semua.

Diego hanya melirik Ganang.

“Lo masih sama cewek lo? Siapa namanya, lupa gue.”

“Hanun, bang.”

“Ah iya, lo masih sama si Hanun itu?”
Diego tersenyum dan mengangguk.

“Langgeng juga lo.”

“Dia masih sekolah di sana?” Tanya Bevan lagi.

“Masih lah bang. Lo pikir apaan main pindah-pindah seenaknya.” Jawab Diego dengan mengambil ponsel disakunya.

Bevan tertawa.

“Sejauh ini aman?”

“Aman bang. Sampai kemarin dia ngelihat kita tempur. Dia nunjukkin dirinya di depan temen-temen sekolahnya. Otomatis mereka tahu siapa Hanun, gue takut nanti dia kenapa-napa.” Ucap Diego dengan tetap menatap ke depan.

Bevan juga terlihat sedikit berpikir.

“Bahaya juga.”

“Lo tenang aja. Kita semua bakal jagain Hanun. Kan udah gue bilang kemarin?” Kata Ganang.

Diego tertawa kecil, “Gue tenang.”

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang