Dipermalukan, lagi?

3.1K 212 10
                                    

Tiga hari berlalu dengan cepat. Dan Hanun masih berusaha menghindari Sam.

Hanun adalah gadis yang pemberani, tapi mental dia tidak sekuat anak lain. Hanun yang tergolong sulit bersosialisasi menjadikannya sensitif jika ada rangsangan dari luar. Hanun lebih suka menyendiri, daripada harus melakukan kontak langsung dengan dunia luar. Terlebih Diego yang selalu memanjakannya, membuat Hanun semakin sulit disentuh oleh dunia luar.

Hari ini Sam menggu Hanun di depan kelasnya. Sam yang kelasnya sudah keluar sejak tadi, memilih menunggu Hanun daripada langsung ke kantin. Sam rasa ada sesuatu yang harus diluruskan antara mereka berdua.

"Sam? Udah lama?" Tanya Airin.

Sam hanya mengangguk.

"Hanun di dalam, dia nggak mau ke kantin."

Sam langsung masuk ke kelas Hanun tanpa membalas ucapan Airin.

Airin dan Lala memutuskan untuk ke kantin.

Sam mendaratkan tubuhnya di kursi kosong sebelah Hanun, melonjorkan kaki jenjangnya dan membuka kancing kemeja bagian atasnya.

Hanun tidur dengan menenggelamkan tangannya diantara tumpukan tangan.

"Nunggu lo bangun juga gue siap." Ucap Sam entah kepada siapa.

Hanun mengangkat kepalanya pelan-pelan.

"Ngapain?" Tanya Hanun.

"Tidur aja kalau ngantuk."

Hanun diam dan menatap lurus ke depan. Rasanya, Hanun semakin mirip dengan mayat hidup.

"Kenapa nggak ke kantin?"

Hanun menggeleng.

"Lo ngantuk?"

Hanun kembali menggeleng.

"Nggak ngantuk tapi selalu tidur."

"Bukan urusan kamu, Sam."

Sam sempat terkejut dengan ucapan Hanun. Setelah penolakannya tiga hari yang lalu, rupanya Hanun justru semakin dingin.

"Kalau emang kamu takut, bilang sama aku. Siapa yang bikin kamu ketakutan. Aku Samudera Hanun, kamu seharusnya nggak perlu setakut ini dekat denganku!" Bentak Sam.

Sam berdiri, dia menarik Hanun untuk ikut dengannya. Hanun bahkan belum sempat menanggapi bentakan Sam yang membuat Hanun terkejut.

Sam mengajak Hanun ke kantin, berkumpul dengan teman-temannya, bahkan Lala dan Airin bergabung.

Hanun lebih banyak diam. Dia tidak ingin larut dalam pembicaraan mereka. Hanun diam dan duduk di sebelah Sam saja dia sudah merasa tidak nyaman, Hanun tidak nyaman karena tatapan seluruh penghuni kantin yang menghunus ulu hatinya.

Segerombolan siswi masuk ke kantin. Sudah bisa ditebak mereka siapa. Desi dan antek-anteknya memasuki kantin dengan tawa yang cukup bising. Entah menertawakan apa.

Mata Desi menangkap sosok Hanun dan langsung menampakkan senyum kecut di bibirnya.

Desi berjalan mendekati Sam dan teman-temannya.

"Sam?" Panggil Desi.

Sam diam dan meneguk susu putih hangatnya.

"Gue kira lo nggak bakal dekatin Sam lagi. Ternyata masih berani, ya?" Desi menatap Hanun.

Hanun membalas tatapan Desi tenang.

"Gue kira, lo bakalan kapok. Ternyata belum, ya? Apa gara-gara kemarin nggak ada yang lihat? Lo pengen gue permaluin di depan umum?!"

Tubuh Hanun menegang. Ingatannya kembali kepada kejadian tempo lalu, di mana Hanun disiram dengan air entah apa yang membuatnya tidak berani meninggalkan halaman belakang.

"Gue ngomong sama lo, bisu lo ya?!" Desi menarik lengan Hanun sampai Hanun terpaksa berdiri.

"Santai dong!" Lala berdiri menggebrak meja, membuat seluruh orang di meja itu terkejut.

Teman-teman Sam bahkan menunjukkan wajah terkejut dan panik dalam waktu yang sama.

"Apa sih, ini?" Ando memijat pangkal hidungnya.

"Kenapa sih cewek selalu rempong?" Timpal Gara.

"Denger ya! Jangan deketin Sam kalau lo masih pengen sekolah dengan aman!" Desi mencengkeram lengan Hanun kasar.

"Harus berapa kali gue bilang? Gue nggak deketin Sam!" Hanun menatap Desi tajam.

"Lo masih mau bilang kalau Sam yang deketin lo? Hahaha. Gila ni cewek. Sok cantik banget. Nggak punya malu, Mama lo nggak pernah ngajarin lo, ya?" Desi terlihat sangat meremehkan Hanun.

Airin terkejut, dia tahu betul jika Hanun belum pernah melihat ibunya.

Hanun tersentak, Hanun memang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, tapi bukan berarti itu menjadikannya gadis murahan seperti yang dibilang Desi.

"Jangan bawa-bawa Mama gue!"

"Kenapa?! Lo nggak terima kalau gue bilang lo murahan nurunin Mama lo?!" Desi semakin mencengkeram lengan baju Hanun.

Hanun mengibaskan lengannya dengan kasar.

Srekkkk!

Lengan baju Hanun sobek sampai batas jahitan bagian bahu. Membuat lengan putih mulus Hanjn terekspos secara sempurna.

Sam yang sejak tadi hanya duduk pun bangkit. Sam melepas paksa seragamnya, bahkan sampai kancing kemeja itu lepas dari tempatnya. Sam menyampirkan seragamnya ke tubuh kecil Hanun. Menutupi lengan Hanun yang seharusnya tidak terlihat dan ditonton seluruh warga kantin.

Hanun terkejut karena lengan seragamnya sobek.

"Lo boleh hina gue. Bilang gue murahan, nggak punya harga diri karena rebut Sam yang bahkan bukan siapa-siapa lo. Tapi jangan pernah bilang Mama gue murahan!"

Kalimat terakhir yang terucap sebelum Hanun meninggalkan kantin, bahkan Hanun menangis ketika mengucapkannya.

Hanun tidak suka jika ada orang yang menghina Mamanya. Mama Hanun, Praswati, adalah wanita terbaik, dia ibu terbaik bagi Hanun. Praswati bahkan rela kehilangan nyawanya saat melahirkan Hanun. Tidak ada wanita yang lebih luar biasa di dunia ini selain Praswati, bagi Hanun.

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang