Esoknya, Hanun terbangun dengan detak jantung yang normal. Syukurlah, Hanun sudah tidak sakit.
Hanun sedang merias wajahnya, menyepol rambutnya asal hingga memperlihatkan leher jenjangnya. Hanun menaburkan bedak bayi tipis-tipis di wajah ovalnya, dan mengoleskan liptint warna peach ke bibirnya. Sesederhana itu, tidak perlu memindahkan pelangi ke wajahnya seperti Lala.
"Pagi, Pa."
"Pagi."
Hanun mengoleskan selai coklat ke roti tawarnya.
"Jadi, kenapa Papa nggak ada di runah waktu ada tamu." Ucap Hermawan entah kepada siapa.
"Jadi, siapa?" Ulang Hermawan.
"Apa?" Hanun benar-benar bingung.
"Siapa yang datang kemarin?"
Ah. Pasti Bi Inah sudah lapor ke Hermawan.
"Sam." Jawab Hanun cuek.
"Waah.."
"B aja, Pa."
"Papa B aja." Hermawan mengangkat bahunya acuh.
Hanun mendengus.
"Hanun mau berangkat sama Pak Beno." Hanun beranjak.
"Lho? Nggak bareng Papa aja?" Goda Hermawan
"Nggak!" Hanun berteriak dari ruang tamu dan Hermawan hanya terkekeh.
Hanun membuka pintu.
Dyarr!
Hanun menutup pintu itu dengan keras, jantung Hanun seperti terpacu. Hanun benar-benar terkejut.
"Hanun? Kenapa sayang?" Hermawan berlari ke luar.
"I-itu." Hanun menunjuk pintu. Wajahnya mendadak pucat.
Hermawan membuka pintu, bukannya terkejut, dia justru tersenyum lebar.
"Ganteng gini kok kaget."
Hanun perlahan mencoba melihat siapa dia. Bukan, Hanun tahu dia. Dia hanya ingin memastikan.
Seseorang yang membuat Hanun sakit jantung kemarin, tiba-tiba ada di rumahnya pagi-pagi buat seperti ini.
"Jadi gue hantu?" Suara bariton itu menggelitiki telinga Hanun.
"Lo-lo ngap-ngapain di sini?" Hanun gugup. Bahkan dia meremas-remas ujung jaket jeans yang ia kenakan. Ah, bagaimana Hanun bisa lupa jika lelaki di depannya ini adalah pemilik jaket yang ia pakai?
Sam tersenyum kecil ketika melihat jaketnya melekat di tubuh mungil Hanun.
"Kurcaci." Batin Sam karena Hanun tenggelam dalam jaketnya.
"Jemput lo."
"Boleh kan, Om?"
"Tentu. Hanun, lain kali jangan gitu. Kasihan pintunya."
"Papa!" Hanun mencubit perut Papanya yang membuat Sam terkekeh.
Gadis introvert ini, kenapa suka berubah-ubah? Pikir Sam.
Sam dan Hanun menempuh perjalanan dalam diam.
Sam terus berpikir, apakah Hanun sependiam ini? Seharusnya Sam senang karena Hanun pendiam, jadi dia tidak merasa terganggu. Tapi kenapa seperti ada yang kurang?
"Minum susu yang banyak biar tinggi." Ucap Sam dingin di koridor.
Hanun hanya menatapnya tajam.
Sam menoleh ke bawah, melihat Hanun.
Sam hanya mengangkat sebelah alisnya sebagai balasan tatapan tajam dari Hanun. Hanun hanya mendengus dan memutuskan untuk menatap lurus ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
K I N G [Completed]
Teen FictionSamudera. Lelaki jangkung bermata elang, siswa paling disegani di sekolah. Penunggang RX King yang tidak pernah jatuh cinta. Samudera lelaki berhati dingin yang suka tawuran. Hidupnya jadi berantakan sejak dia bertemu dengan Hanun. Selalu ada keada...