Sam sudah menunggu Hanun di depan kelasnya. Sepertinya hari ini Hanun benar-benar harus pulang dengan Sam. Hanun keluar dengan jaket jeans di tangannya. Hanun masih ragu memakai jaket itu di sekolah karena ia yakin seluruh siswa mengenali jaket itu. Beberapa kali Hanun berangkat dan pulang bersama Sam saja dia sering mendapat tatapan aneh dan cacian dari mereka yang mengaku fans Sam, apa lagi kalau Hanun memakai jaket ini.
Ketika Hanun keluar kelas, Sam yang awalnya bersandar di dinding pun berdiri tegak. Hanun tersenyum, Sam membalas dengan sangat tipis. Hanun mulai terbiasa dengan sikap Sam yang berubah-ubah. Mungkin Sam adalah seorang aktor yang mampu berganti peran dengan cepat.
Hanun dan Sam berjalan berdampingan, dalam diam. Hanun sibuk menetralkan detak jantungnya. Ada rasa cemas yang tidak baik-baik saja ketika seluruh mata menatapnya sinis.
Hanun dan Sam telah meninggalkan sekolah sejak 15menit yang lalu. Sekarang mereka berada di salah satu supermarket.
Sam membeli beberapa makanan ringan, dan merekapun kembali melanjutkan perjalanan.
"Kita mau ke mana?" Tanya Hanun.
Sam tidak menjawab, mungkin tidak mendengarnya.
Motor Sam berhenti di sebuah rumah yang pagarnya terbuka. Rumah dua lantai itu minimalis. Hanya memiliki taman kecil di depan, tapi terlihat sangat rapi dan terawat. Tidak ada rumput yang menjulang, bunga-bunga tertata rapi. Hanun menyukai rumah ini.
"Sam, ini rumah siapa?" Tanya Hanun.
"Gue."
"Ha? Ru-rumah, lo?"
Sam hanya diam dan menarik tangan Hanun.
Hanun menatap tangannya yang ditarik oleh Sam. Ini bukan yang pertama, tapi rasanya masih sama.
"Udah pulang, Bang?" Tanya Sem yang tetap fokus dengan ponselnya.
"Hm. Bunda mana?"
"Dapur."
Hanun menatap Sem. Benar-benar mirip dengan Sam. Seperti pinang yang dibelah dua. Bibirnya, alisnya, hidungnya, bentuk wajah dan rahang tegasnya, sangat mirip.
Sam menatap Hanun dan mengarahkan kepalanya ke kursi di depan Sem. Sementara dia ke dapur dengan kantong plastik yang berisi makanan ringan. Setelah menaruh kantong plastik, Sam berlari menaiki tangga. Hanun yang dudukpun bingung melihat Sam. Sedangkan Sem masih fokus dengan ponselnya. Gamers garis keras.
"Adek? Ini siapa yang beli makanan sebanyak ini?" Suara teriakan terdengar dari dapur.
"Adek, kalo Bun-" Ucapan itu terhenti ketika wanita paruh baya melihat Hanun.
Hanun hanya berdiri dan tersenyum kikuk.
"Adek, ini siapa?"
"Heh!"
"Adek!" Maya, wanita itu menggoyang-gouangkan tubuh Sem.
"Argh! Mati, kan! Apa sih, Bun-"
"Lo siapa?!" Sem tak kalah terkejut.
"Bun kenapa ada bidadari di depan Sem?" Sem mendongak.
"Atapnya nggak bocor, kok. Jatuh dari mana?" Sem memasang wajah konyol.
"Ish! Kamu itu." Maya mencubit lengan Sem.
Lagi-lagi Hanun hanya tersenyum. Hanun menyalami Maya.
"Saya Hanun, Tante." Ucapnya lembut.
"Cantik sekali." Maya menyentuh lembut pipi Hanun.
Suara derap kaki terdengar menuruni tangga.
"Abang, ada bidadari turun dari surga di depan gue." Sem sangat antusias.
Sam hanya menatap adiknya malas.
"Abang yang ajak Hanun ke sini?"
"Hm."
"Serius Bang?!" Sem terkejut.
"Hanun benar ke sini sama Abang?" Tanya Maya lembut.
"Iya, Tante." Hanun tersenyum.
"Ishh! Jangan panggil tante. Panggil Bunda aja."
"Eh?" Hanun terkejut.
"Anna ke mana?" Tanya Sam.
"Di kamar. Adek, panggilin Kakak."
Sem yang merasa diperintahpun berdiri dan berjalan menyusuri tangga.
"Woy! Turun! Ada kakak ipar." Teriak Sem dari balik pintu kamar Anna.
"Apaan sih! Lo pikir di hutan!" Sakras Anna.
"Bodo!" Sem turun, diikuti Anna di belakangnya.
Anna tampak terkejut ketika melihat Hanun. Hanun sendiri juga terkejut. Karena gadis di depannya ini adalah gadis yang sempat Hanun lihat tempo lalu.
"Siapa?" Tanya Anna to the point.
"Hanun."
"Oceana, panggil Anna aja."
"Dia ke sini sama Abang." Bisik Maya.
Anna terkejut bukan main. Hanun yang mendengarnya hanya tersenyum. Sedangkan Sam, dia menatap tajam Bundanya.
"Berkah ini mah." Mata Anna berbinar.
"Abang sekarang udah gedhe, udah berani bawa cewek ke rumah." Sam menepuk-nepuk pundak Sam yang dihadiahi sikutan oleh empunya.
"Kak, kok mau sama Abang?" Celethuk Anna.
"Eh?" Hanun terkejut.
"Kak, Abang tuh kalau marah nyeremin banget tahu." Anna melirik Sam.
"Jangan jadi racun." Sam ketus.
"Keong racun dia tuh." Cibir Sem.
"Udah, udah. Kasihan Hanun pusing nonton kalian ribut." Lerai Maya.
"Hanun pacar Abang?"
Hanun dan Sam terkejut bukan main.
"Bu-bukan Bun-"
"Belum." Potong Sam.
"Belum berarti bakal dong?" Goda Anna.
Hanun menunduk memegang pipinya. Kadang Hanun benci dengan pipinya yang suka memerah tiba-tiba. Benar-benar tidak bisa diajak kompromi.

KAMU SEDANG MEMBACA
K I N G [Completed]
Fiksi RemajaSamudera. Lelaki jangkung bermata elang, siswa paling disegani di sekolah. Penunggang RX King yang tidak pernah jatuh cinta. Samudera lelaki berhati dingin yang suka tawuran. Hidupnya jadi berantakan sejak dia bertemu dengan Hanun. Selalu ada keada...