Tertolak

3.1K 197 3
                                    

Sam sudah di depan rumah Hanun. Pagi-pagi sekali Sam berangkat hari ini. Dia tidak ingin kecolongan lagi. Cukup kemarin saja.

Hari ini, Sam harus berangkat bersama gadisnya apapun yang terjadi.

"Hanun? Kenapa jam segini udah mau berangkat? Sarapan dulu." Ucap Hermawan.

"Hanun harus sampai sekolah secepatnya, Pa."

"Memang ada acara apa di sekolah?"

"Hanun harus.. piket." Jawab Hanun asal.

"Hanun, menyapu kelasmu tidak butuh waktu berjam-jam. Sarapan dulu, nanti setelah sarapan Papa antar."

"Ngggg.. Hanun diantar Pak Beno aja, Pa. Biar langsung berangkat aja."

"Dada, Pa!" Hanun mencium pipi Hermawan dan berlari keluar.

Hanun membuka pintu, betapa terkejutnya dia melihat lelaki jangkung itu duduk di atas motor, tepat di depan pintu rumahnya.

Sam, dia menyunggingkan bibir dan turun dari motornya.

"Berangkat sekarang? Yuk." Ucap Sam saat berada di depan Hanun.

"Kamu ngapain di sini pagi-pagi banget?"

Sam mengernyit.

"Jemput kamu, lah. Kamu sendiri ngapain berangkat pagi-pagi banget?"

"A-aku-"

"Menghindar dariku, ya? Kamu pikir gampang? Aku Samudera, Hanun." Sam menatap Hanun tajam.

Hanun menelan salivanya kasar, tatapan Sam benar-benar menusuk.

"Engg-enggak."

"Kita perlu banyak bicara. Tapi nggak sekarang."

Hanun bingung dengan perkataan Sam. Apa maksudnya?

"Jadi mau berangkat kapan?"

Hanun menatap Sam, kemudian melihat motornya. Motor RX-King yang sudah ada di halamannya sejak entah kapan. Motor itu terparkir dengan gagahnya.

"Sam, tapi a-aku, aku mau berangkat sama Pak Beno."

"Aku mau berangkat sama Pak Beno." Ulang Hanun lebih pelan.

"O..ke." Sam ragu-ragu.

"Kamu berangkat sama Pak Beno. Kalau gitu aku berangkat duluan."

"Ketemu di sekolah, ya." Sam mengusap puncak kepala Hanun lembut.

Sam meninggalkan rumah Hanun, suara knalpotnya terdengar sampai Sam keluar dari komplek perumahan itu.

Di sepanjang jalan Sam terus berpikir, Sam belum pernah ditolak penawarannya oleh wanita, bahkan Hanun adalah wanita pertama yang Sam tawarkan segala hal. Dan dia menolaknya. Sepertinya Hanun sedang hilang warasnya.

Hanun berdiri, terdiam di depan rumahnya. Matanya memanas. Hanun tidak ingin melakukan hal sejahat ini. Menolak ajakan Sam untuk berangkat bersama, padahal Sam sudah menunggunya sejak entah kapan.

Semesta, kenapa Hanun sejahat itu?

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang