Akhir

5K 257 9
                                        

"Kamu tahu salah kamu apa?" Tanya Sam.

Sam sudah pulang beberapa hari yang lalu. Luka operasi Sam belum sepenuhnya kering. Tapi Sam sudah ke sekolah mengendarai motor sendiri. Sam tidak bisa berdiam diri lama-lama, dia harus menjemput gadisnya untuk berangkat sekolah bersama. Tidak pernah sekalipun Sam membiarkan Hanun hilang dari jangkauannya, apa lagi melakukan hal-hal di luar pantauan Sam.

"Kenapa sih masih bahas itu?" Hanun kesal.

"Kamu nggak ikhlas nolongin aku?"

"Keikhlasan terbesarku adalah bersamamu, Hanun. Dan itu nggak seharusnya kamu tanyakan."

Hanun terdiam. Hanun selalu kalah jika berdebat dengan Sam.

"Kemarin cuma kebetulan aku yang kena tusukan Pepen, aku terlambat satu detik aja, kamu yang kenapa-napa. Dan kamu tahu, saat itu aku pasti marah besar. Kepada Pepen, dan kamu."

"Kamu pemarah, Sam." Cicit Hanun.

"Aku marah kalau kamu terluka. Sudah kubilang, aku ingin kamu utuh."

"Jangan diulangi lagi, ya?" Sam mengacak rambut Hanun 1gemas.

Hanun menunduk, "Aku salah banget, ya?"

"Setiap orang pernah berbuat kesalahan, Hanun. Dan setiap orang yang lain wajib memaafkan, karena kita juga pernah salah dan mereka juga pernah memaafkan kita."

"Yang perlu kamu ingat adalah orang cerdas tidak pernah mengulangi kesalahan yang sama."

Hanun menangis, menjatuhkan wajahnya ke dada bidang Sam.

Semesta, Sam ini makhluk macam apa? Kenapa sabarnya tidak terbatas?

"Sam? Kenapa kamu sangat menjagaku?"

Sam menatap Hanun, "Nggak tahu, mungkin karena kamu lemah."

Hanun mendelik, "Sembarangan!" Hanun memukul dada bidang Sam.

Sam tergelak, "Kamu memang lemah, Hanun. Kamu cewek paling lemah yang pernah kutemui."

"Memangnya kamu udah ketemu berapa cewek?"

"Nggak ada, sih."

Hanun tergelak. Sam ini sok-sokan sekali.

"Aku juga nggak tahu kenapa aku bisa terobsesi buat jaga kamu terus. Pertama ketemu kamu, di supermarket itu, kan?"

"Ka-Kamu, kamu ingat?"

"Aku selalu ingat. Itu pertama kali aku lihat kamu. Awalnya kaget juga karena kita satu sekolah."

"Aku kira cuma aku yang ingat."

"Aku nggak pernah lupa, Hanun."

Hanun tersenyum.

"Waktu seragam kamu kena kuah bakso itu, nggak tahu kenapa aku pengen nolong aja. Sampai dihukum lari keliling lapangan 30kali. Untung hukumannya enteng."

"Enteng?" Keliling lapangan 30kali, dan bagi Sam itu enteng? Gila Sam ini.

"Lebih berat duduk sendiri tanpa kamu."

"Sam, apa sih. Kamu akhir-akhir ini gombal terus."

"Kamu bahagia nggak?"

"Nggak."

"Jujur."

"Iya-iya."

"Ya udah. Aku bakal gombalin kamu terus. Biar kamu bahagia terus."

"Bahagiaku nggak semurahan itu, Sam."

"Aku tahu. Kamu hal termahal di bumi."

Hanun tersipu.

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang