Posesif

3.6K 207 0
                                        

Kalau perhatian menurutmu berlebihan, menjaga kau bilang posesif. Kapan kau bisa menghargai kepedulian seseorang?
-Samudera

❤❤❤❤❤

Setelah dari rumah Daniel, Sam langsung pulang.

Sam tidak pernah menginap di rumah sahabat-sahabatnya. Dia selalu pulang, semalam apapun itu. Karena di balik sikap dingin dan acuhnya, Sam tetap manusia biasa yang butuh kehangatan. Satu-satunya yang mampu menghangatkan pria es batu itu hanya keluarganya.

Sam menyelonong masuk ke rumahnya. Terlihat keluarganya sedang berkumpul dengan kegiatan masing-masing.

"Abang udah pulang?" Tanya Maya, Mama Sam.

"Hm." Sam duduk di sebelah Sem. Adik terakhir Sam.

Josemy Abraham yang biasa dipanggil Sem itu duduk di bangku kelas VIII. Meskipun nama panjangnya berbeda jauh dengan Sam, dia sengaja dipanggil Sem, agar mirip dengan Sam.

"Dari mana lo, Bang?" Tanya Sem.

"Adek, udah Bunda bilang jangan pakai lo-gue." Peringat Maya.

"Ck. Iya-iya, Bun."

"Emang songong dia tuh." Cibir Oceana Octari, yang biasa dipanggil Anna. Adik Sam, yang tentu saja Kakak perempuan Sem.

"Lo juga songong." Cibir Sem.

Anna dan Sem memang hanya terpaut satu tahun, saat ini, Anna duduk di bangku kelas IX.

"Adek!" Maya melotot.

Sem hanya meringis menanggapinya.

Tin.. tin..

Suara klakson mobil terdengar dari luar. Sam dan keluarganya terkejut dan penasaran, tapi tidak dengan Anna. Anna justru tersenyum cerah dan sibuk merapikan bajunya.

Anna beranjak dengan meraih tas slempang yang sejak tadi dia simpan di samping tempat duduknya. Dia bergegas keluar untuk menemui empu klakson itu.

"Ke mana?" Suara dingin tiba-tiba menghentikan langkah Anna.

"Keluar." Jawab Anna tenang.

Sam melihat Ayahnya. Sekilas, Angkasa, Ayah Sam, juga melihat Sam. Matanya seolah berkata.. urus semuanya.

Sam berdiri dan berjalan mendahului Anna. Anna dan Sem mengekor di belakang Sam.  Tentu saja dengan keperluan yang berbeda. Anna ingin menemui entah siapa, dan Sem yang kepo dengan semuanya.

"Siapa?" Sam menoleh kepada Anna saat mendapati mobil warna putih berhenti di depan rumahnya.

"Teman Anna. Anna keluar ya, Bang."

"Jemput kamu?" Sam mengabaikan permintaan Anna.

Anna mengangguk.

"Cewek?"

"Cowoklah." Jawab Sem meremehkan.

Anna menatap Sem, tajam.

"Masuk." Perintah Sam dingin.

"Tapi Bang-"

"Masuk, Oceana." Kali ini lebih dingin dari sebelumnya.

"Tau tuh. Masuk sono! Mau lo dimarahin sama Abang?" Sem tersenyum remeh.

Anna mendecak dan masuk dengan menghentak-hentakkan kakinya. Tentu saja Sam tidak peduli.

"Sem?"

"Hm?"

"Siapa?"

"Rafa."

"Lo kenal?"

"Kakak kelas gue."

"Temen Kak Anna, tapi beda kelas." Imbuh Sem.

Kedua lelaki itu masih di depan rumah.

Sam masuk ke rumah diikuti oleh Sem.

"Abang apaan, sih! Anna kan mau keluar." Anna merajuk.

"Nggak boleh." Sem menjawab.

"Apa sih lo, bocah!"

"Kakak!" Lagi-lagi Maya memberi peringatan.

"Emang mau ke mana?" Tanya Sam.

"Keluarlah. Ini kan malam Minggu."

Ah, bahkan Sam lupa jika ini malam Minggu. Malam panjang bagi mereja yang memiliki pasangan, tentu saja tidak berlaku bagi Sam.

"Ke mana?"

"Nonton." Jawab Anna ketus.

"Ya udah. Nonton sama Abang." Sam meraih kunci motor yang ia letakkan di meja saat pulang dari rumah Daniel.

"Nggak!"

"Terus lo mau pergi sama bocah nggak sopan itu?"

"Abang apaan dah. Rafa tuh sopan."

"Ck. Sok-sokan ngebela." Cibir Sem.

"Apaan sih, Ayah aja biasa aja."

"Siapa bilang?" Suara bariton itu cukup menarik perhatian. Angkasa sama dinginnya dengan Sam.

"Tapi Ayah tadi kan B aja." Anna tidak terima.

"Ngapain Ayah repot kalau sudah ada Abang?"

Kalimat itu membuat Sam tersenyum menang. Dia melirik Anna yang sedang menekuk wajahnya. Anna harus menerima takdirnya, dikelilingi oleh tiga lelaki posesif.

"Lo jangan coba-coba keluar sama bocah nggak sopan itu." Peringat Sam.

"Tapi Bang, Rafa sopan, kok."

"Sem." Sam memanggil Sem.

"Kalau sopan, dia bakalan masuk. Minta ijin sama Ayah, sama Abang. Bukannya diem di mobil sambil pencet-pencet klakson." Sem seperti mengerti apa yang dipikirkan oleh Sam.

"Paham?" Tanya Sam.

Anna hanya mendengus. Dia kesal dengan kedua saudara dan juga ayahnya yang posesif itu.

"Jadi nonton nggak?" Tanya Sem antusias.

"Nggak!" Anna bangkit dari duduknya dan bergegas ke kamar.

"Kalian itu, ya. Kakak udah dandan daritadi lho. Kasihan, kan." Ucap Maya.

"Biarin aja, Bun. Si Rafa itu tengil. Pacarnya banyak." Sem kesal sendiri.

"Dia modusin Anna?" Tanya Sam.

Sem mengangguk sembari memakan kerupuk yang ada di toples.

"Jaga Anna. Jangan sampai dia deket sama Rafa dan sebangsanya." Sam bangkit dan berjalan ke kamarnya.

"Siap, Bos!" Sem berpose hormat.

_____

Hai hai

Maafkan author yang telat update pakai banget 😭😭😭

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang