Ipk tinggi dan nilai akademik selalu predikat A bukan tolak ukur kepintaran seseorang. Untuk apa ada bakat? Jika pintarnya seseorang dinilai dari sebuah angka?
Follow Instagram:
@oktvnptrprtwi_
@rendigrahaarf_
@amandaputrishalsa_
@kevinreynandadmtr_
@andrealvrrmdhn_H A P P Y R E A D I N G
Ketika gadis itu sampai di rumah, Amanda melihat Rey sedang menonton televisi di ruang tamu. Tapi, mengapa kedua mata Rey tidak menghadap ke tv? Ia justru melamun seraya menatap langit-langit dengan pandangan kosong. Apa ini ada hubungannya dengan bodyguard tadi pagi yang menghampiri dirinya dan Viona?
"Pa, Amanda, pulang!" seru gadis itu memberi tahu.
Namun Rey tak menggubris, ia masih melamun dengan ekspresi benar-benar tak tenang dan gelisah.
"Papa," kali ini Amanda menepuk bahu Rey, menyadarkannya.
"Eh--sayang, bikin kaget papa aja," Rey seketika terkejut. "Sampai kapan, kamu? Kok papa nggak tau?" Amanda lantas mencium punggung tangan Rey dan duduk di sebelah Rey.
"Bukannya Papa nggak tau, tapi Papa dari tadi ngelamun. Hm, Papa nggak kerja? Bukannya ini udah sore, ya, Pa?"
"Eh--it--itu Papa kerjanya libur. Iya, hm, libur hehe." Rey nampak sekali sedang menutupi sesuatu.
Amanda menatap Rey penuh selidik. "Papa nggak usah bohongin aku, Amanda udah tau semua dari Mama tentang masalah Papa. Insya Allah, Amanda akan bantu, Pa, Amanda juga tau pasti tadi pagi bodyguard atasan Papa ke sini, kan?"
Rey mencoba untuk tersenyum, menghibur putrinya. "Papa nggak papa, kok."
"Papa jangan tertutup gitu sama aku. Sebagai anak Papa, aku harus tau masalah Papa. Ya, meskipun aku belum cukup umur untuk tahu soal ini. Tapi, bisa aja kan aku cari bantuan untuk nyelsaiin masalah ini?"
"Sayang, dengerin Papa," Rey menangkup pipi anak gadisnya. "Papa nggak ingin membebani kamu, kamu urusin aja sekolah kamu, ini salah Papa sayang. Jadi, udah tanggung jawab Papa," kata Rey menenangkan.
"Tapi, apa Papa punya uang sebanyak itu? Amanda dikit-dikit mau bantu, meskipun nggak seberapa."
"Memangnya kamu ada tabungan?"
"Teman-teman Amanda katanya mau membantu kita."
"Papa nggak pengen mengikut sertakan temen kamu ke masalah Papa, Sayang. Mereka nggak tau apa-apa. Papa nggak mau memberatkan orang lain," Rey menolak halus.
"Pa, dengerin aku," pinta Amanda. "Temen-temen Amanda ikhlas pengen membantu Papa. Jadi, Papa harus mau, Pa. Amanda nggak mau nikah sama anak atasan papa itu, lagipula Amanda nggak kenal sama dia." Amanda menangis.
"Tapi kan, Papa bisa aja kasih sertifikat rumah ini ke mereka. Nggak apa, Sayang, kita pindah ke rumah yang lebih kecil," putus Rey.
"Tapi, Pa, aku nggak mau kehilangan rumah ini. Bukan masalah aku nggak suka rumah yang lebih kecil. Tapi, rumah ini banyak kenangannya, Pa."
Dengan berat hati, Rey akhirnya mengangguk. "Ya sudah, Papa izinkan jika temanmu mau bantu keluarga kita."
Amada tersenyum, lantas memeluk Rey.
***
Tak hanya Rey yang menonton televisi sambil melamun, calon menantunya--ralat, Rendi maksudnya, lelaki itu juga menonton televisi channel kesukaannya, akan tetapi matanya malah menatap dinding kamar dengan cat abu-abu muda. Dan pikiranny terus menerus memikirkan masalah yang Amanda dan keluarganya hadapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFICILE [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW PENULISNYA TERLEBIH DAHULU!] HARAP REFRESH HANDPHONE ANDA, ATAU SCROLL LAYAR. KARENA PART AWAL ADA YANG BARU SAYA REVISI, TERIMAKASIH. DAN TERKAIT CERITA YANG MASIH TIDAK JELAS PENULISANNYA, ITU BELUM SAYA REVISI ADA PENJELASANNYA DI PART T...