Ketika sulit menentukan pilihan.
Follow Instagram:
@oktvnptrprtwi_
@amandaputrishalsa_
@rendigrahaarf_
@andrealvrrmdhn_
@kevinreynandadmtr_Kayaknya, part ini ending ya. Jangan sedih ataupun kecewa sama ending yang aku buat. Karena, dari awal aku buat cerita ya harus berakhir begini. Kalo sekiranya, kamu udah baca sampe bawah. Dan merasa ga puas sama endingnya, komen! Karena aku sendiri bingung, harus pake extra chapter atau udah sampe sini aja.
Kalo semisal kisah Amanda sama Rendi udah selesai, mau bikin sekuel(kelanjutan kisah mereka), atau ganti cerita tentang couple (Alena & Kevin), (Rasya & Dara), or (Andre & Fatimah) komen! Jangan malu-malu.
❤Happy Reading❤
"Vin, Ndre, Ras--" napas Rendi tercekat, di atas balkon kamar Rendi, ia dan ketiga sahabatnya itu ingin membicarakan soal beasiswa tersebut. Dipegangnya surat pemberitahuan beasiswa itu yang terbungkus amplop coklat di tangan Rendi.
Semula Kevin, Andre, dan Rasya yang sedang tertawa sambil makan kacang dan minum sirup marjan, seraya ngobrol-ngobrol ringan tentang pacar-pacar mereka terhenti, dan menoleh kepada cowok berwajah datar itu.
"Ade ape?" sahut Kevin sembari melempar kulit kacang ke lantai.
"Hm--"
Rasya dan Andre saling tatap, raut bingung terpancar di kedua wajah mereka, seolah bertanya 'ada apa'. "Kenapa cuy? Kok gugup gitu? By the way, itu apaan yang lo pegang?" tanya Andre penasaran.
"Gue mau jujur sama kalian, tapi, tolong. Jangan kasih tau Amanda dulu soal ini," mohon Rendi.
Kevin, Andre, dan Rasya memasang wajah serius. Mendengarkan apa yang ingin Rendi sampaikan. Saking seriusnya, Kevin tak sadar jika kursi yang ia duduki ambrol alhasil ia jatuh dan bokongnya terjeblos ke dalam. Bukannya Rendi, Andre, dan Rasya membantunya berdiri malah mereka tertawa terpingkal-pingkal.
"Woy, sakit bangsat! Bantuin gue!" teriak Kevin minta tolong.
"Ngakak si anjir, gue," kata Andre semakin menjadi ketawanya.
Tangan Rendi terulur, membantu sahabatnya itu berdiri. "Makanya, jadi orang tuh liat-liat dulu kalo mau duduk. Udah tau ini kursi pakunya lepas sebelah."
"Lo lagian, yang punya bukannya ngasih tau gue," jawab Kevin mengusapi bokongnya yang ngilu.
Setelah tawa ketiganya mereda, Rendi kembali bercerita.
"Jadi gini..." Rendi menarik napas.
"Lama lo, dari tadi enggak cerita-cerita," gerutu Rasya.
"Sebulan yang lalu, Pak Jono ngasih gue surat pemberitahuan beasiswa ini--" Rendi membuka amplop coklat itu, kemudian mengeluarkan suratnya. "Alhamdulillah, gue siswa yang terpilih dapet beasiswa kedokteran ke luar negri--"
"Demi apa lo? Seriusan? Woooo! Gue enggak nyangka lo bisa wujudin semua ini, Ren!" Kevin langsung heboh sendiri dan memeluk cowok blasteran Spanyol itu.
"Lepas! Jijik gue njir," sergah Rendi jijik. "Jujur, gue emang seneng. Banget malah. Karena apa yang gue cita-cita in dari dulu, terwujud sekarang. Perjuangan gue selama tiga tahun di SMA. Tapi, gue enggak tau gimana cara bilang ini ke Amanda. Gue enggak tega. Lo tau kan? Amanda orang nya gimana?" Andre menyambar kertas tersebut dari tangan Rendi, mencoba untuk membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFICILE [COMPLETED]
Fiksi Remaja[FOLLOW PENULISNYA TERLEBIH DAHULU!] HARAP REFRESH HANDPHONE ANDA, ATAU SCROLL LAYAR. KARENA PART AWAL ADA YANG BARU SAYA REVISI, TERIMAKASIH. DAN TERKAIT CERITA YANG MASIH TIDAK JELAS PENULISANNYA, ITU BELUM SAYA REVISI ADA PENJELASANNYA DI PART T...